Jeli Membidik Potensi Penjualan Buah-buahan Saat Pandemi
Pandemi Covid-19, yang mendorong masyarakat semakin berhati-hati, menciptakan pasar baru buah-buahan. Banyak usaha yang baru dimulai saat pandemi ini tetapi sudah bisa menikmati manisnya bisnis buah-buahan secara daring.
Pandemi Covid-19, yang mendorong masyarakat semakin berhati-hati, menciptakan pasar baru buah-buahan. Pelaku UKM hingga korporasi dengan sigap menangkap peluang permintaan buah-buahan yang melonjak. Banyak usaha yang baru dimulai saat pandemi, tetapi mampu menikmati manisnya bisnis buah-buahan secara daring tersebut.
Beberapa truk bermuatan buah-buahan dan sayuran diparkir rapi di sisi gudang. Di dalam bangunan itu terlihat keranjang-keranjang berisi, antara lain, jeruk, apel, dan ceri. Tak jauh dari pintu ruang penyimpanan di Ancol, Jakarta, tersebut, tumpukan paket disusun dengan rapi di lorong.
Christian Tjen meraih beberapa buah lalu mengamatinya dengan saksama. Komoditas itu tampak menggiurkan dengan pendingin udara yang menjaga kesegarannya. Setelah memastikan kualitas pangannya, supervisor digital operation Freshco tersebut beranjak ke luar.
Ia ikut turun tangan menyambut beberapa pengojek daring yang menanyakan pesanan. Mereka lantas menerima kardus kecil untuk diantar ke konsumen. ”Belanja online (secara daring) buah-buahan memang meningkat jauh di masa pandemi,” ujarnya dengan semringah, Kamis (10/6/2021).
Frehsco baru didirikan pada Juni 2020. Kini, usaha tersebut telah mampu meningkatkan komoditas, baik kategori maupun kuantitasnya. ”Waktu Freshco dimulai, kurang dari 100 produk yang tersedia. Sekarang sudah mencapai 160 produk,” ujarnya.
Order pun melonjak dari rata-rata 10 ton menjadi sekitar 50 ton per hari. Sebagian besar dari jumlah itu terdiri atas buah-buahan. ”Kami melihat kesempatan di kota-kota lain. Selain Jabodetabek, kami beroperasi di Surabaya, Denpasar, dan Makassar,” katanya.
Freshco bisa mengirimkan pesanan ke semua provinsi. Order dari Kalimantan, umpamanya, bisa dipenuhi dengan kuantitas tertentu. ”Antusiasme konsumen memesan produk Freshco luar biasa. Masyarakat enggan pergi karena takut. Mereka meminta kebutuhan diantar ke rumahnya,” katanya.
Kebanyakan konsumen memesan buah-buahan karena kepraktisan dibandingkan sayuran yang umumnya harus dimasak dulu. ”Kalau dimakan langsung, rasanya juga lebih enak buah-buahan karena manis. Jeruk, pir, dan apel paling sering dipesan,” katanya.
Freshco pun menampung buah-buahan yang dihasilkan petani lokal, misalnya di Jawa, Kalimantan, Sumatera, hingga Sulawesi. ”Mangga dari Indramayu. Durian dari Palu dan Medan. Kami juga menyerap jeruk baby pomelo dan keprok,” kata Christian.
Antusiasme konsumen memesan produk Freshco luar biasa. Masyarakat enggan pergi karena takut. Mereka meminta kebutuhan diantar ke rumahnya. (Christian Tjen)
Suara-suara konsumen yang meminta buah-buahan tertentu pun diperhatikan sehingga Freshco menambah variasi produknya. Analisis pasar juga terus berjalan. ”Kebutuhan-kebutuhan konsumen dicari. Kami juga update (memperbarui) informasi buah-buahan,” ucapnya.
Wahyu Nurhuda (42) turut membidik peluang serupa dengan memulai penjualan buah-buahan justru saat pandemi baru merebak pada Maret 2020. ”Dulu saya nyetir taksi online, lalu ordernya sepi. Saya banting setir jual buah. Paling banyak alpukat atau hampir 90 persen,” katanya.
Ia juga menjual melon, mangga, semangka, dan jeruk. Awalnya, Wahyu mengamati saudara dan temannya yang kerap makan alpukat. ”Teman-teman yang diet menunya hampir selalu ada alpukat. Kakak saya yang mengarah ke pola hidup sehat juga mengonsumsinya,” ucap warga Pondok Pinang, Jakarta, itu.
Musim alpukat terjadi bergantian di daerah yang berbeda-beda, tetapi hampir sepanjang tahun selalu tersedia. ”Kalau di Jawa sedang habis, saya ambil alpukat dari Sumatera. Usaha saya masih UKM, tapi hitung-hitung menyambung hiduplah,” katanya sambil tersenyum. Ia menjual alpukat per kilogram Rp 35.000-Rp 50.000.
Buah itu dinikmati mulai anak balita hingga orang tua. Wahyu mulai menawarkan alpukat lewat media sosialnya dengan penjualan setiap hari hanya 5-10 kg. Kini, ia juga menggunakan aplikasi percakapan, pemesanan lewat internet, dan toko daring dengan penjualan yang jauh meningkat atau berkisar 40-50 kg per hari. Ia bersyukur perkiraannya mengenai masyarakat yang enggan keluar rumah dan penjualan buah-buahan secara daring bakal meningkat tidak meleset.
Kebiasaan berubah
Peluang penjualan buah-buahan secara daring pada masa pandemi juga ditangkap PT Sewu Segar Nusantara yang memasarkan produk berlabel Sunpride. Pertumbuhan penjualan tersebut sangat pesat dengan kebiasaan dan perilaku konsumen yang berubah.
”Pertumbuhan online memang sangat pesat. Kebiasaan dan perilaku konsumen berubah. Sebelum pandemi, belanja jadi destinasi tersendiri. Bisa juga, sudah punya jadwal berbelanja mingguan, bahkan sering impulse buying (tak direncanakan, tetapi tiba-tiba ingin belanja),” ujar Luthfiany Azwawie. Head of Product Management and Marketing Department PT Sewu Segar Nusantara itu menyebut peningkatan penjualan produknya amat signifikan.
”Penjualan online memang belum menggantikan offline (di toko). Namun, tren penjualan online cenderung naik. Pasar ini diperkirakan terus membesar,” katanya.
Perusahaan itu dengan gesit mengamati peningkatan minat mengonsumsi buah-buahan dengan merilis penjualan secara daring saat pandemi baru merebak awal April 2020. Saat ini, konsumen bisa memesan buah-buahan lewat Whatsapp, toko daring, dan media sosial.
Penjualan online memang belum menggantikan offline (di toko). Namun, tren penjualan online cenderung naik. Pasar ini diperkirakan terus membesar. (Luthfiany Azwawie)
Sebagian besar pemesan produk itu terdiri atas generasi muda yang akrab dengan aplikasi internet. Buah-buahan yang paling sering dipesan ialah pisang, jambu, dan nanas.
Produk-produk utama Sunpride, yaitu pisang cavendish, jambu kristal, dan nanas honi, berasal dari perkebunan satu-satunya di Indonesia yang telah bersertifikat keamanan pangan berstandar internasional atau Global Good Agricultural Practices. Sertifikat itu menjamin seluruh proses produksi sesuai standar agrikultur dunia. Buah yang dihasilkan pun aman dikonsumsi dan menjadi pilihan tepercaya karena bebas residu pestisida, patogen, dan kontaminasi fisik lain.
Buah-buahan lain yang dapat dipesan ialah pepaya, melon, dan jeruk. Produk impor pun tersedia meski tak begitu banyak, antara lain kiwi, pir, dan apel. Buah-buahan itu bisa dipesan di Jabodetabek, Lampung, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Balikpapan.
”Pemesanan tersedia di kota-kota dengan cabang dan gudang kami. Kelancaran pasokan terus diperhatikan karena buah-buahan harus segar saat konsumen menerimanya,” kata Luthfiany.
Perusahaan itu juga bermitra dengan petani-petani lokal di sejumlah provinsi. Mereka tersebar di Jawa Barat, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, dan Lampung. ”Kami juga menjalin kemitraan dengan pemda setempat, seperti Aceh, Tanggamus, Selopuro (Blitar), dan Bali. Namun, sebagian besar buah-buahan yang didistribusikan, yaitu pisang, jambu, dan nanas, masih berasal dari kebun yang dikelola grup kami,” katanya.
Menurut dia, buah-buahan tak bisa dihasilkan mendadak. Mulai persiapan lahan, bibit, hingga masa tanam harus direncanakan paling tidak dua tahun sebelumnya. ”Waktu buah mulai ditanam, kami tak tahu pandemi akan terjadi,” ujarnya. Pandemi justru mengakselerasi PT Sewu Segar Nusantara untuk memasarkan buah-buahan secara daring.
Ke depan, pangsa pasar penjualan buah-buahan secara daring diyakini sangat besar. Perusahaan itu menerapkan program Sunpride Siap atau Susi untuk mendekatkan hubungannya dengan konsumen.
Industri buah-buahan, menurut Luthfiany, berbeda dengan lainnya karena mesti tersedia gudang khusus berpendingin dan beberapa parameter lain, seperti kelembaban. Ketepatan waktu pengiriman dan jarak juga jadi faktor utama agar buah yang diterima konsumen tetap terjaga kesegarannya. ”Manajemen rantai pasok yang menyangkut antara lain pergudangan dan pengantaran sangat penting untuk diperhatikan,” ucapnya.
Buah-buahan yang dihasilkan juga dipasok untuk Re.juve yang memasarkan produk cold-pressed juice yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Bali, baik melalui toko sendiri, situs, maupun pusat perbelanjaan ternama.
Produk itu dibuat menggunakan teknik pembuatan jus untuk mendapatkan nutrisi dengan perasan bertekanan tinggi. Panas yang dihasilkan sangat minimal. Tidak seperti blender atau metode lain sehingga vitamin dan mineral jus tetap terjaga.
Dua kali
Jumlah transaksi buah-buahan di Tokopedia pada kuartal I-2020 pun melejit dibandingkan periode yang sama tahun 2020 atau hampir dua kali lipat. ”Penjualan pisang, kelapa, anggur, dan stroberi paling tinggi pada kuartal I-2021,” kata External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya.
Peningkatan tersebut paling tinggi terjadi di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Tokopedia melakukan berbagai inisiatif bersama mitra-mitranya. ”Misalnya, Tokomart, halaman khusus yang mengusung teknologi geo-tagging, memudahkan masyarakat mendapatkan kebutuhan dari penjual terdekat,” katanya.
Jadi berkah juga untuk rantai pasok, demikian pula untuk petani. Penjualan meningkat. Dampak terbesar, pasar jadi lebih luas. (Maman Setiawan)
Guru Besar Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Maman Setiawan memperkirakan layanan pengantaran produk tak akan sama lagi. ”Termasuk buah-buahan. Bahkan, setelah pandemi usai akan tetap seperti sekarang,” katanya.
Konsumen dimanjakan servis tersebut sehingga kian nyaman. Penyedia layanan antar buah-buahan memang amat jeli membidik potensi di saat pandemi. ”Jadi berkah juga untuk rantai pasok, demikian pula untuk petani. Penjualan meningkat. Dampak terbesar, pasar jadi lebih luas,” katanya.