Kota Malang Mulai Waspadai Banjir dan Pohon Tumbang
Hujan deras dan angin kencang mulai melanda Kota Malang beberapa waktu belakangan. Warga Kota Malang diminta mewaspadai kemungkinan terjadinya banjir dan pohon tumbang.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Hujan deras dan angin kencang mulai melanda Kota Malang dalam beberapa waktu terakhir. Warga diminta mewaspadai kemungkinan banjir, longsor, dan puting beliung. Kesadaran warga mengurangi produksi dan mulai mengolah sampah juga diharapkan bisa meminimalkan dampak bencana.
Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Karangploso Malang menyebutkan, curah hujan pada dasarian III Oktober 2021 di Jawa Timur diperkirakan berkisar 21-75 milimeter, dengan peluang lebih dari 60 persen. Potensi itu juga mungkin terjadi di Malang Raya. Curah hujan dengan kategori 21-75 milimeter merupakan kategori rendah hingga menengah.
”Kota Malang menjadi salah satu titik berpotensi bencana. Apabila intensitas curah hujan meningkat, dapat menimbulkan banjir, tanah longsor, dan puting beliung. Terlebih lagi potensi banjir dapat terjadi karena sebagian wilayah Kota Malang berimpitan dengan sungai,” kata Wali Kota Malang Sutiaji, Selasa (25/10/2021).
Menurut Sutiaji, kewaspadaan itu harus dilakukan agar tidak menimbulkan korban. Salah satunya, mendata pohon-pohon tua rawan tumbang. Penyiapan pompa air juga harus disiapkan. ”Selain itu, ayo kita menjaga kebersihan dengan mencegah timbunan sampah menyumbat aliran-aliran sungai,” kata politisi Partai Demokrat ini.
Selain banjir dan pohon tumbang, beberapa wilayah permukiman di Kota Malang juga rawan longsor. Lokasinya di sekitar daerah aliran Sungai Brantas, Metro, Bango, dan Amprong.
Kepala Kepolisian Resor Kota Malang Kota Ajun Komisaris Besar Bhudi Hermanto mengatakan, polisi mendukung penuh kegiatan kewaspadaan bencana hidrometeorologi. Bentuk dukungannya menyiagakan personel, bakal membangun dapur umum, dan mengevakuasi warga.
”Semoga ancaman bencana ini bisa dihadapi dengan baik dan tidak menimbulkan korban,” kata Bhudi.
Sementara itu, timbunan sampah di sungai juga memicu genangan air di Jalan Kedawung, Jalan Ahmad Yani, Jalan Soekarno Hatta, Jalan Ir Rais, dan Jalan Jupri. Jika hujan deras, titik-titik tersebut akan tergenang 50 sentimeter hingga 1 meter. Di beberapa lokasi cekungan, genangan air masuk ke dalam rumah.
Keberadaan sampah juga masih menjadi masalah. Saat ini, sampah di Kota Malang mencapai sekitar 148 ritase pengangkutan per hari. Satu ritase memuat sampah 4-11 ton sampah. Namun, jumlah itu hanya sampah yang terangkut Dinas Lingkungan Hidup. Total sampah di Kota Malang diperkirakan 350-400 ton per hari.
Untuk mendukung gerakan pengendalian sampah plastik tersebut, Kota Malang memiliki gerakan pemilahan dan pengolahan sampah. Salah satu upayanya dengan membangun tempat pengolahan sampah reduce, reuse, and recycle (TPS 3R), dengan sasaran 98,02 persen sampah plastik di Kota Malang.
Pemkot Malang memiliki Surat Edaran Wali Kota Malang Nomor 660/829/35/73/307/2018 tentang imbauan pengurangan penggunaan plastik. Poin penting dari surat edaran tersebut, imbauan terhadap rumah makan, restoran, kafe, warung, kantin, dan usaha sejenisnya agar tidak menyediakan wadah bahan plastik sekali pakai, baik makan di tempat maupun bawa pulang.
”TPS 3R mempermudah masyarakat mengolah sampah. Harapannya, pencemaran dapat berkurang dan melalui pengolahan yang tepat, sampah dapat menghasilkan produk bernilai ekonomis,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Wahyu Setianto.
Saat ini, Kota Malang memiliki tiga TPS 3R di Balai Arjosari, Bandung Rejosari, dan Merjosari. Masih ada satu infrastruktur serupa yang tengah dibangun di kawasan Buring. Di TPS 3R ini akan dilakukan pencacahan sampah dengan mesin, lalu diayak hingga menjadi kompos.
Dengan terus menyosialisasikan pengelolaan sampah 3R, Wahyu berharap, pola pikir masyarakat mulai berubah, dari hanya membuang sampah menjadi mau mengolah sampah. Kesadaran mengolah sampah dinilai akan mendorong pada kebersihan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan.