Antisipasi Gelombang Ketiga Sumsel Percepat Vaksinasi
Percepatan vaksinasi menjadi salah satu langkah antisipasi risiko gelombang ketiga pada akhir tahun nanti. Hanya saja, pemerintah terkendala akses ke wilayah pelosok dan keterbatasan vaksin yang masih saja terjadi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Topografi wilayah dan terbatasnya pasokan menjadi kendala vaksinasi di Sumsel. Hingga hari ini cakupan vaksinasi di ”Bumi Sriwijaya” masih di bawah 37 persen. Percepatan menjadi prioritas utama menjelang akhir tahun. Tujuannya tidak lain untuk mengantisipasi risiko gelombang ketiga Covid-19.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy seusai menghadiri vaksinasi massal yang digelar oleh Akbari 90 di Palembang Sumatera Selatan, Selasa (26/10/2021). Di sana ada sekitar 1.300 orang yang mengikuti program vaksinasi.
Berdasarkan situs http://corona.sumselprov.go.id, cakupan vaksinasi untuk dosis pertama di Sumsel baru mencapai 36,21 persen, sementara untuk vaksinasi kedua sebesar 26,44 persen dari sasaran vaksinasi mencapai 6,3 juta orang. Lesty menjelaskan, masih rendahnya vaksinasi disebabkan oleh terbatasnya pasokan vaksin, di mana rata-rata kiriman dari Kementerian Kesehatan baru mencapai 471.000 dosis setiap bulan.
Padahal, untuk mencapai kekebalan komunal pada awal tahun 2022 dibutuhkan kiriman vaksin setidaknya 1,5 juta dosis per bulan. ”Namun, jumlah ini masih lebih baik dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya, di mana rata-rata kiriman vaksin hanya 350.000 dosis per bulan,” ujarnya.
Namun, kami minta jangan ada yang lengah karena bisa saja terjadi lonjakan lagi.
Secara keseluruhan, kata Lesty, Sumsel sudah menerima sekitar 4,7 juta vaksin dan yang terpakai sekitar 3,9 juta vaksin. ”Memang, masih ada stok vaksin yang tersedia dalam beberapa hari ke depan diharapkan pasokan itu dapat segera terserap,” ucapnya.
Untuk mendorong vaksinasi, Pemerintah Provinsi Sumsel bersama instansi terkait menggelar program vaksinasi gotong royong. Tujuannya, agar vaksin yang telah tiba di Sumsel dapat segera terserap sehingga vaksin tambahan bisa dikirim kembali. ”Biasanya, pengiriman vaksin dari pemerintah pusat tergantung dari ketersediaan di daerah,” ujarnya.
Topografi wilayah
Memang ada beberapa daerah yang serapan vaksinasinya masih rendah, yakni Empat Lawang dan Ogan Komering Ulu Selatan. Hal ini disebabkan ada beberapa wilayah yang sulit diakses sehingga butuh waktu untuk mendistribusikannya ke sana. ”Ada beberapa kawasan yang merupakan kawasan dataran tinggi dan perbukitan,” ujar Lesty.
Memang ada beberapa wilayah yang masih terdapat penambahan kasus, tetapi tidak terlalu signifikan. Rata-rata penambahan kasus dalam beberapa hari terakhir kurang dari 10 orang. Sementara untuk tingkat positivity rate Sumsel sudah berada di kisaran 15 persen walau masih jauh dari batas toleransi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni di bawah 5 persen. ”Namun, kami minta jangan ada yang lengah karena bisa saja terjadi lonjakan lagi,” katanya.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, pihaknya menargetkan vaksinasi di Sumsel dapat segera mencapai kekebalan komunal pada awal 2022. ”Sampai November tahun ini diharapkan cakupan vaksinasi di Sumsel bisa menyentuh angka 50 persen,” katanya. Karena itu, dia meminta agar semua instansi bersinergi mendorong vaksinasi.
Di Sumsel tersedia 475 fasilitas layanan kesehatan (fayaskes) yang dikhususkan untuk pelaksanaan vaksinasi. Ke depan, ditargetkan satu fayaskes bisa memvaksin sekitar 150 orang per hari. Menurut Herman, vaksinasi harus dipercepat untuk mengantisipasi adanya risiko gelombang ketiga pada akhir tahun mendatang.
Risiko penularan
Dalam paparannya secara virtual, Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo mengingatkan adanya risiko gelombang ketiga Covid-19 pada masa angkutan Natal dan Tahun Baru. Situasi ini sudah terlihat di beberapa negara yang mengalami lonjakan kasus Covid-19, seperti Inggris dan beberapa negara tetangga lainnya.
Tidak hanya di luar negeri, di Indonesia sekali pun ada sekitar 105 kabupaten/kota yang menunjukan tren peningkatan kasus. Hal ini menjadi peringatan bagi setiap pihak untuk selalu waspada dan tidak lengah dalam menjalankan protokol kesehatan dan menggencarkan vaksinasi. ”Apalagi saat ini sudah ada varian baru, yakni AY.4.2 yang memiliki tingkat penularan yang cukup tinggi,” kata Kapolri.
Kapolda Sumsel Inspektur Jenderal Toni Harmanto berujar, pihaknya sudah menginstruksikan semua jajaran hingga ke tingkat polsek untuk turut berkontribusi dalam mempercepat vaksinasi. Tidak hanya itu, upaya pembatasan juga dilakukan salah satunya dengan memperketat mobilitas masyarakat.
”Sudah dikeluarkan maklumat di mana warga diwajibkan untuk menunjukkan sertifikat sudah vaksin jika memasuki kawasan pusat perbelanjaan, rekreasi, atau tempat publik lainnya.
”Dengan maklumat ini, diharapkan dapat menekan mobilitas masyarakat dan memastikan mereka yang beraktivitas di luar rumah dalam kondisi sehat dan telah divaksin,” katanya.