Pandemi Melandai, Festival Budaya Menggeliat di Lampung
Situasi pandemi Covid-19 yang mulai melandai mendorong antusiasme masyarakat mengikuti berbagai kegiatan budaya di Lampung. Warga diingatkan agar tetap mematuhi protokol kesehatan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
LAMPUNG, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 yang mulai melandai mendorong masyarakat di Lampung melaksanakan pertunjukkan budaya dan festival budaya. Selain untuk promosi wisata dan pemulihan ekonomi, kegiatan itu penting sebagai upaya pelestarian budaya lokal. Dalam pelaksanaannya, pengawasan protokol kesehatan dalam kegiatan itu perlu diperketat.
Di Kabupaten Pesawaran, Lampung, masyarakat antusias menyaksikan lomba musik gojeg/gejog atau pertunjukan menabuh lesung di halaman Museum Nasional Ketransmigrasian, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Senin (25/10/2021). Kegiatan itu diikuti oleh warga Desa Bagelen, Kecamatan Gedong Tataan, Pesawaran, yang merupakan daerah pertama transmigrasi di Lampung.
Dalam kegiatan itu, ada sepuluh kelompok yang tampil membawakan lagu-lagu jawa, misalnya lagu berjudul Tombo Ati, Gethuk, dan Perahu Layar. Pertunjukan musik itu disaksikan oleh ratusan pengunjung yang sebagian besar merupakan warga desa setempat.
Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung Tommy E Handarta mengatakan, kegiatan itu digelar sebagai upaya pelestarian tradisi menabuh lesung oleh masyarakat Desa Bagelen. Mayoritas warga di desa itu merupakan keturunan transmigran asal Jawa Tengah yang ikut program transmigrasi pertama pada 1905.
Menurut Tommy, banyak nilai budaya yang bisa diwariskan dari tradisi menabuh lesung. Kebersamaan dan gotong royong masyarakat pada masa itu harus terus dipertahankan hingga saat ini. ”Semangat kebersamaan itu perlu ditularkan kepada kita semua dalam menghadapi pandemi,” kata Tommy di sela-sela acara pertunjukan.
Pada awalnya, lesung digunakan masyarakat untuk menumbuk padi menjadi beras. Di sela-sela aktivitas itu, mereka bernyanyi bersama sambil menabuh lesung untuk menghasilkan alunan musik yang merdu. Hingga kini, tradisi menabuh lesung terus dilestarian oleh keturunan transmigran.
Selain pelestarian budaya, kegiatan itu juga digelar sebagai sarana pendidikan tentang sejarah ketransmigrasian pertama di Lampung. Dalam jangka panjang, acara itu bakal ditampilkan sebagai bagian dari kegiatan wisata budaya.
Kepala Desa Bagelen Merdi Parmanto mengatakan, sejumlah warga masih memiliki lesung yang berusia lebih dari 100 tahun. Meski tidak digunakan lagi sebagai alat penumbuk padi, lesung itu tetap disimpan sebagai warisan budaya.
Hingga saat ini, pemerintah desa berupaya melestarikan tradisi menabuh lesung, bermain wayang, dan kuda lumping. Tradisi warga itu ditampilkan dalam berbagai kegiatan, seperti saat perayaan Tahun Baru Islam atau acara ulang tahun desa.
Turi Asti (48), warga Desa Bagelen, berharap pemerintah terus mendukung upaya pelestarian tradisi menabuh lesung di kalangan anak-anak muda. Salah satunya dengan menggelar berbagai kegiatan yang menampilkan kesenian tradisi itu.
Sayangnya, masih banyak warga yang tidak memakai masker dan menjaga jarak. Para peserta lomba juga tidak mengenakan masker. Panitia hanya memberikan imbauan agar penonton mematuhi protokol kesehatan melalui pengeras suara. Namun, tidak ada petugas satuan polisi pamong praja yang melakukan penertiban kepada warga yang berkerumun di lokasi itu.
Tidak ada petugas satuan polisi pamong praja yang melakukan penertiban pada warga yang berkerumun di lokasi itu.
Sekala Bekhak
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Lampung Barat juga menggelar Festival Sekala Bekhak dengan konsep hibrid dengan memadukan pertunjukan langsung dan virtual. Festival itu digelar sebagai upaya pelestarian nilai-nilai budaya di Kerajaan Adat Sekala Bekhak yang sampai saat ini masih ada di Lampung Barat.
Festival menampilkan berbagai kegiatan budaya di Lampung Barat. Selain pertunjukan seni musik dan tari, kegiatan festival juga diramaikan dengan lomba foto dan video tentang destinasi wisata di Lampung Barat.
Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus mengatakan, festival itu digelar agar pariwisata di Lampung Barat semakin dikenal di level nasional dan internasional. Selain wisata alam, Lampung Barat juga terus mempromosikan wisata budaya.
Festival itu dilakukan secara hibrid sebagai cara adaptasi pada masa pandemi Covid-19. Dengan begitu, wisatawan yang tidak bisa datang langsung ke Lampung Barat dapat menikmatinya dari tempat tinggal masing-masing.
Kendati terkendala hujan dan sinyal internet, panitia dan peserta tetap antusias mengikuti berbagai rangkaian acara. Acara itu juga diharapkan bisa mendongkrak penjualan produk UMKM asal Lampung Barat, seperti kopi bubuk robusta dan aneka keripik.
Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesra Pemerintah Provinsi Lampung Qodratul Ikhwan mengatakan, saat ini pemerintah Lampung sedang fokus mengembangkan sektor pariwisata. Salah satunya adalah dengan membangun kawasan pariwisata terintegrasi ”harbor city” di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno yang hadir secara daring mengingatkan, peserta yang hadir langsung di festival itu harus tetap menaati protokol kesehatan secara ketat. Hal itu penting agar pandemi tetap terkendali dan aktivitas pariwisata bisa tetap dilakukan.