Perkuat Jeruk Indonesia agar Bisa Bersaing dengan Impor
Jeruk Indonesia diharapkan bisa bersaing dengan jeruk impor. Untuk itu, keberadannya akan diperkuat dengan menyediakan bibit unggul hingga 1 juta batang. Bahkan, jeruk purut dari Batu juga telah diekspor ke Eropa.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·4 menit baca
BATU, KOMPAS — Jeruk Indonesia diharapkan bisa bersaing dengan jeruk impor. Untuk mendukung hal itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meminta Badan Litbang Pertanian dan Direktorat Jenderal Hortikultura bersama pemerintah daerah untuk menyiapkan 1 juta bibit jeruk unggul bebas penyakit.
Hal itu dikatakan Syahrul di sela-sela Gelar Teknologi Inovatif Perbenihan Jeruk Bebas Penyakit Mendukung Pengembangan Kawasan, di Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IP2TP)-Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) II Punten, Batu, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021).
Pada kesempatan ini, Syahrul juga melepas ekspor jeruk purut varietas Puri Agrihorti ke Perancis dan Belanda dengan volume 4 ton per bulan senilai Rp 680 juta. Jeruk ini punya rasa asam dan kulit aromatik dengan berat buah 38-56 gram. Puri Agrihorti memiliki ukuran daun lebih besar dan produksi lebih tinggi.
Jeruk purut rupanya sudah mendapat pasar di luar negeri. Dunia internasional, menurut Syahrul, punya persepsi jeruk purut Indonesia punya kualitas baik. ”Saya akan perkuat komoditas untuk disiapkan budidaya ekspornya. Integratornya sudah ada. Besok kita dorong sambil kita pecahkan kendala (ekspor) apa,” katanya.
Presiden, kata Syahrul, telah meminta agar kebutuhan nasional akan produk pertanian apa saja diperkuat. Selain itu, angka ekspor juga ditingkatkan. Pertanian menjadi sektor yang mampu melakukan perdagangan dan terus berakselerasi selama era pandemi.
Dunia yang menghadapi perubahan iklim juga butuh peran Indonesia yang iklimnya cenderung kondusif di bidang pertanian. ”Oleh karena itu, masalah jeruk kita ekspor ke beberapa negara. Dan, saya akan memerkuat komoditas itu,” katanya.
Menurut Syahrul, Batu menjadi sumber benih sehingga peran dari pemerintah daerah sangat diperlukan, jajaran Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) dan lainnya akan mendukung. ”Masyarakat Batu akan menjadi lokomotif hadirnya akselerasi pertanian, khususnya apa yang kita porsir di sini,” ucapnya.
Pada kesempatan ini, Syahrul tidak hanya melepas ekspor jeruk purut, tetapi juga melepas bantuan 100.000 bibit jeruk bebas penyakit kepada petani untuk pengembangan kawasan. Selain itu, juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama dengan beberapa pemangku kepentingan dan peluncuran buku Teknologi Inovatif Jeruk Sehat Nusantara.
Masyarakat Batu akan menjadi lokomotif hadirnya akselerasi pertanian, khususnya apa yang kita porsir di sini.
Jeruk menempati tingkat konsumsi terbanyak kedua di Indonesia setelah pisang dengan total produksi pada 2020 sebanyak 2,72 juta ton (Badan Pusat Statistik 2021).
Kepala Balitbangtan Fadjry Djufry mengatakan, lima tahun terakhir telah disebar 21,4 juta bibit jeruk bebas penyakit ke semua provinsi di Indonesia. Ke depan, pihaknya akan menyiapkan bibit unggul hingga 1 juta bibit.
Penyiapannya dilakukan, baik melalui kultur jaringan maupun teknik yang lain. ”Nanti kita pilih beberapa jenis unggul. Jeruk purut Puri Agrihorti ini juga salah satu jeruk premium yang kami miliki dan sudah diekspor rutin ke beberapa negara,” katanya.
Secara nasional, kontribusi Balitbangtan/Balitjestro terhadap luas areal jeruk nasional mencapai 73.083 hektar tersebar di seluruh Indonesia. Dari luasan itu, sebanyak 73 persen dimulai dari IP2TP Punten.
Balitbangtan memiliki 271 jenis jeruk yang dikoleksi dari seluruh Indonesia dan introduksi dari luar negeri. Setidaknya, 74 jenis jeruk sudah dilepas sebagai varietas unggul baru, di antarnya Keprok Batu 55 dari Batu, keprok Garut dari Jawa Barat, dan keprok Grabag dari Magelang.
Ada juga keprok Pulung dari Ponorogo, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SOE dari Nusa Tenggara Timur, keprok Tejakula dari Bali, keprok Madura, dan keprok Borneo Prima dari Kalimantan Timur. Selain jeruk, Balitjestro juga mengembangkan bibit lengkeng, stroberi, apel, dan buah lainnya.
Terkait dengan pengembangan jeruk, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, hingga kini ada 285 hektar lahan jeruk di Batu dengan jumlah pohon 153.000 batang dan produksi 251 kuintal per tahun. Untuk pengembangan masih ada kendala, khususnya bibit yang telah tua dan mati.
Menurut Dewanti, pandemi berpengaruh terhadap Kota Batu. Jika sebelum pandemi pertumbuhan ekonomi Batu sebagai salah satu yang tertinggi di Jawa Timur, yakni mencapai 6,52 persen, setelah pandemi turun minus 6,61 persen.
”Namun, kami masih bersyukur karena sektor pertanian kebal dari pandemi dengan angka pertumbuhan positif 1,03-1,71 persen. Meski di tengah pandemi, kami masih bisa bertahan,” katanya.
Saat ini, Batu tengah berupaya melakukan percepatan pemulihan ekonomi setelah triwulan 2 tahun ini angka kasus aktif Covid-19 terus turun dan kini memasuki pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2 Instruksi Menteri Dalam Negeri dan assessment level 1 Kementerian Kesehatan.