Implementasi Program Inklusif Percontohan di Banjarmasin
Beberapa program inklusif percontohan diimplementasikan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dalam rangka mewujudkan Banjarmasin sebagai kota inklusif. Program itu perlu didukung dan direplikasikan di banyak tempat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Yayasan Kota Kita mengimplementasikan beberapa program inklusif percontohan di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, dalam rangka mewujudkan Banjarmasin sebagai kota inklusif. Pemerintah Kota Banjarmasin sangat mendukung dan berharap program itu bisa direplikasikan di banyak tempat.
Nina Asterina dari Yayasan Kota Kita mengatakan, pihaknya menginisiasi beberapa program inklusif di Banjarmasin karena Banjarmasin telah mencatat beberapa pencapaian penting dalam upaya menuju kota inklusif.
Dari segi regulasi, Banjarmasin memiliki Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-hak Penyandang Disabilitas. Ada pendirian Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah Peduli Disabilitas Kota Banjarmasin melalui Keputusan Wali Kota Banjarmasin Nomor 352 Tahun 2016. Kota Banjarmasin juga berpartisipasi dalam Network of Mayors for Inclusive Cities (NMIC) pada 2017.
”Sebagai bagian dari Transformative Urban Mobility Initiative, kami berupaya meningkatkan kesadaran publik tentang perencanaan inklusif dan membangun kapasitas masyarakat untuk merancang dan mengimplementasikan program percontohan di Kota Banjarmasin melalui proses yang digerakkan warga,” kata Nina dalam acara media briefing secara daring, Selasa (28/9/2021).
Nina mengatakan, tiga inisiatif atau kegiatan dalam program inklusif percontohan sudah dilaksanakan di Banjarmasin. Pertama, mobilitas inklusif sebagai sumber ekonomi alternatif. Inisiatif ini bertujuan meningkatkan aksesibilitas dalam mobilisasi melalui pembuatan motor roda tiga yang dapat digunakan sebagai layanan mobilitas baru di Banjarmasin.
Perancangan dan konstruksi motor roda tiga juga melibatkan penyandang disabilitas yang nantinya menjadi penerima manfaat motor roda tiga sebagai layanan mobilitas yang aksesibel dan inklusif. ”Kami ingin memberdayakan penyandang disabilitas di Banjarmasin yang memiliki keterbatasan pilihan mobilitas untuk menjadi lebih mandiri dan membuka akses lapangan kerja,” ujarnya.
Program kedua adalah zona sekolah yang aman dan inklusif. Inisiatif ini bertujuan mengatasi permasalahan lalu lintas di zona sekolah inklusif untuk meningkatkan keamanan dan aksesibilitas di area parkir, drop-off, dan penjemputan. Dua sekolah inklusif yang jadi percontohan ialah SD Negeri Gadang 2 Banjarmasin dan SMP Negeri 10 Banjarmasin.
Adapun program ketiga adalah pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Inisiatif ini bertujuan memperbaiki manajemen sampah berbasis masyarakat di Kampung Gadang, yang berlokasi di sekitar area percontohan zona selamat sekolah. Inisiatif ini secara langsung melibatkan warga lokal dalam prosesnya melalui edukasi, peningkatan kesadaran, dan manajemen sampah.
”Program-program tersebut merupakan kerja sama kami dengan Pemerintah Kota Banjarmasin dan berbagai mitra lokal, di antaranya Kaki Kota Banjarmasin, Urban+ Institute, Difabike, serta Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan. Kami bekerja sama dengan pejabat kota, akademisi, praktisi, serta penyandang disabilitas,” tutur Nina.
Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina mengatakan, pihaknya mendapat manfaat dari program-program yang diimplementasikan Yayasan Kota Kita di Banjarmasin. Warga yang dilibatkan dalam program-program itu juga mendapat banyak pembelajaran.
Ia memastikan, Pemkot Banjarmasin akan tetap berkomitmen memberikan fasilitas publik yang ramah bagi semua warga kota, termasuk bagi penyandang disabilitas. ”Beberapa program percontohan itu menjadi pembelajaran kami ke depan dan ini akan direplikasikan di tempat lain,” ujarnya.
Sebagai komitmen mewujudkan kota inklusif, pada peringatan hari jadi ke-495 Kota Banjarmasin, pemerintah kota meresmikan RSUD Sultan Suriansyah sebagai rumah sakit yang ramah disabilitas netra atau radistra. Di rumah sakit tersebut dibuat akses bagi penyandang disabilitas netra sehingga mereka bisa lebih mudah mengakses layanan kesehatan.
”Kami juga berkomitmen meneruskan pembangunan trotoar ramah disabilitas yang masih belum selesai di beberapa ruas jalan kota. Kami berharap dukungan dari berbagai pihak untuk membangun Kota Banjarmasin yang bersih dan nyaman serta lebih bermartabat,” kata Ibnu.