Warga Pontianak Didorong Lebih Peduli terhadap Pengelolaan Sampah
Sejumlah komunitas dan sukarelawan melakukan kegiatan memungut dan memilah sampah di tepian Sungai Kapuas, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, untuk mendorong masyarakat lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah komunitas dan sukarelawan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, memungut dan memilah sampah di tepian Sungai Kapuas, Minggu (26/9/2021). Kegiatan tersebut untuk mendorong masyarakat Pontianak lebih peduli terhadap pengelolaan sampah di lingkungan.
Momentum Hari Bersih-bersih Sedunia atau World Cleanup Day (WCD) Tahun 2021 di Kota Pontianak diperingati dengan aksi memungut dan memilah sampah di kawasan tepian Sungai Kapuas (kawasan waterfront) di Kota Pontianak, Minggu. Aksi bersih-bersih tersebut melibatkan ratusan sukarelawan dari komunitas yang peduli lingkungan.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono, dalam kegiatan tersebut, mengajak seluruh masyarakat membangkitkan kesadaran menjaga lingkungan agar tetap bersih. Meskipun aksi bersih-bersih sampah hanya dilakukan di kawasan waterfront, ia berharap dampak dan pesan yang ingin disampaikan bisa sampai ke masyarakat luas.
Masyarakat diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan mengelola sampah dengan memilahnya. ”Saya berharap kegiatan ini tidak hanya sampai di sini, tetapi juga bisa memberikan pesan yang sangat positif bagi warga Kota Pontianak,” ujarnya.
Menurut Edi, rata-rata setiap orang memproduksi sampah 0,5 kilogram (kg) setiap hari. Sementara rata-rata sampah yang diproduksi di Kota Pontianak secara keseluruhan 350-400 ton setiap hari yang dikelola di Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Batu Layang, Kecamatan Pontianak Utara, dan tempat-tempat pengolahan sampah di lokasi lainnya.
”Sampah yang tidak dikelola secara baik akan menjadikan lingkungan kotor, kumuh, dan tidak sehat. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya membiasakan diri mengelola sampah dimulai dari rumah tangga dengan cara pemilahan dan pengolahan secara sederhana dengan dikumpulkan di tempat penampungan sementara untuk diangkut petugas kebersihan,” kata Edi.
Pemerintah dalam hal ini tidak bisa bekerja sendirian, diperlukan kolaborasi dengan seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu, pihaknya akan terus mengupayakan bagaimana sampah-sampah itu mempunyai nilai manfaat dengan membangun bank-bank sampah, dimulai dari tingkat RT dan RW hingga kelurahan dan kecamatan. Selanjutnya, ada bank sampah induk dan pengelolaan sampah di TPA Batu Layang.
”Kalau Kota Pontianak kebersihannya tetap terjaga, tentunya akan membuat masyarakat dan orang yang berkunjung ke kota ini merasa lebih nyaman,” katanya.
Leader WCD Kalbar Hairunnisa menjelaskan, kegiatan WCD merupakan aksi bersih-bersih lingkungan yang terbesar digelar seluruh dunia. Di Kota Pontianak, WCD digelar di kawasan waterfront. Lokasi tersebut dipilih karena sampah-sampah banyak yang berakhir pada kawasan perairan, terutama sungai dan laut.
”Harapannya kegiatan ini bisa membawa pengaruh bagi masyarakat Kota Pontianak untuk lebih peduli terhadap lingkungan, terutama persoalan sampah,” katanya.
Kegiatan WCD terdiri dari memungut dan memilah sampah. Sampah yang dipilah mencakup plastik, organik, elektronik, hingga limbah berbahaya, seperti masker. Hairunnisa mengatakan, kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan, terutama sampah, diharapkan bisa mengurangi jumlah sampah harian di rumah dan melakukan aksi pilah sampah dari rumah.
Dari pengamatan Kompas, upaya pengelolaan sampah, terutama di lingkungan di tempat umum, masih perlu ditingkatkan. Sampah masih kerap dijumpai di parit. Padahal, parit diperlukan sebagai sirkulasi keluar-masuk air.
Parit kerap dipenuhi sampah sehingga saat hujan sirkulasi air terhambat dan menyebabkan genangan. Ketika banjir, air tidak mudah surut karena jalur air untuk kembali ke sungai terhambat. Meskipun demikian, upaya menjaga kebersihan parit terus diupayakan pemerintah dengan menormalisasinya.
Upaya memilah sampah juga muncul di lingkungan. Hal itu terlihat dengan adanya bank-bank sampah di Pontianak. Catatan Kompas, setidaknya ada 13 bank sampah di sejumlah kelurahan di Pontianak.
Sampah yang telah dipilah dari lingkungan diolah menjadi berbagai kerajinan. Kerajinan yang dihasilkan pun beragam, mulai dari tempat alat tulis, pot bunga, dan tempat tisu dengan sentuhan warna yang beragam.
Keberadaan bank-bank sampah itu, meski belum sepenuhnya mengatasi masalah sampah di Pontianak, dapat menjaga kebersihan di lingkungan setempat. Kesadaran memilah sampah pun secara perlahan tumbuh di tengah masyarakat.