Operasi Laut Terpadu, Penyelundupan 122 Kilogram Sabu Digagalkan
Operasi laut terpadu selama 12 hari berhasil menggagalkan penyelundupan 122 kilogram sabu di perairan Kepulauan Riau dan Sulawesi. Lebih dari 90 persen narkoba yang beredar di Indonesia diperkirakan masuk dari laut.
Oleh
NIKSON SINAGA
·2 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Operasi laut terpadu selama 12 hari berhasil menggagalkan penyelundupan 122 kilogram sabu di perairan Kepulauan Riau dan Sulawesi. Lebih dari 90 persen narkoba yang beredar di Indonesia diperkirakan masuk dari laut. Operasi laut pun akan terus ditingkatkan.
”Narkoba yang beredar di Indonesia hampir semuanya diselundupkan dari luar negeri. Karena itu, penjagaan di pintu masuk perairan sangat penting,” kata Deputi Pemberantasan Badan Narkotika Nasional Inspektur Jenderal Arman Depari, di Pelabuhan Belawan, Medan, Sumatera Utara, Sabtu (25/9/2021).
Arman menyampaikan hal tersebut dalam acara penutupan Operasi Laut Interdiksi Terpadu 2021. Operasi itu melibatkan Korps Kepolisian Perairan dan Udara (Polairud), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Ditjen Perhubungan Laut, serta Ditjen Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
Arman mengatakan, operasi laut tersebut dilaksanakan pada 14-25 September menggunakan 15 kapal patroli dari sejumlah instansi. Patroli yang mengerahkan 388 personel itu dilakukan di perairan Selat Malaka, Selat Makassar, Laut Sulawesi, Kepulauan Seribu, serta pelabuhan-pelabuhan di wilayah itu.
”Petugas BNN dengan senjata lengkap pun ikut bergabung di setiap kapal patroli,” kata Arman.
Tim gabungan itu pun berhasil menangkap sebuah kapal yang membawa 100 kilogram sabu di perairan Kepulauan Riau. Tim pun berhasil menyita 22 kilogram lainnya dari Laut Sulawesi.
Narkoba yang beredar di Indonesia hampir semuanya diselundupkan dari luar negeri. Karena itu, penjagaan di pintu masuk perairan sangat penting.
Arman mengatakan, pantai timur Sumatera masih menjadi pintu masuk utama narkoba ke Indonesia. Namun, dengan semakin ketatnya penjagaan, sebagian mulai bergeser ke timur, antara lain melalui Laut Sulawesi.
Arman mengingatkan, selain dengan penegakan hukum, pemberantasan peredaran gelap narkoba juga harus dilakukan dengan menekan jumlah penyalah guna narkoba. Dengan kondisi permintaan yang sangat tinggi, sindikat pengedar selalu mencari cara untuk menyelundupkan narkoba.
”Penyelundupan dari jalur laut pun masih terus terjadi. Lebih dari 90 persen narkoba yang masuk ke Indonesia masuk dari laut,” ujarnya.
Kepala Korps Polairud Irjen Verdianto I Bitticaca mengatakan, sebagai negara berdaulat, Indonesia harus menjaga semua perbatasan laut, udara, dan darat. Operasi kali ini pun berfokus menjaga penyelundupan narkoba yang banyak masuk dari perbatasan laut.
”Menjaga kedaulatan bisa dilakukan dengan sinergi semua instansi penegak hukum,” kata Verdianto.
Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumut Parjiya mengatakan, ke depan, patroli rutin di perbatasan akan terus dilakukan untuk menjaga agar barang-barang selundupan tidak masuk ke wilayah Indonesia. Salah satu kendala menjaga perbatasan laut adalah panjangnya garis pantai dan terbatasnya kapal dan personel patroli.