Kebakaran Gambut di Sumsel Belum Padam, Risiko Kabut Asap Masih Tinggi
Petugas pemadam berupaya memadamkan kebakaran lahan di Pedamaran, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yang sejak tiga hari lalu terus terbakar. Apabila kebakaran terus terjadi, kabut asap masih mengancam.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
KAYU AGUNG, KOMPAS — Satuan Tugas Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Sumatera Selatan masih melakukan upaya pemadaman di kawasan Pedamaran, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, yang sejak tiga hari lalu terus terbakar. Angin kencang dan banyaknya bahan bakaran menjadi kendala utama petugas memadamkan api.
Apabila kebakaran tidak kunjung padam, risiko kabut bercampur asap di Palembang mungkin terjadi.
Hal ini disampaikan Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim, Kebakaran Hutan dan Lahan Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto, Kamis (23/9/2021). Dia menuturkan, sampai saat ini satgas darat dan udara terus berupaya memadamkan kebakaran lahan di Pedamaran, Sumsel.
Kawasan yang berkarakteristik lahan gambut itu terbakar sejak Selasa (21/9/2021) dan sampai saat ini belum padam. Kebakaran itu diindikasikan menjadi penyebab kabut bercampur asap yang terjadi di Palembang, Rabu.
Adapun persediaan air masih mencukupi. Apalagi sudah ada kiriman helikopter bom air untuk melakukan pemadaman dari udara.
Ferdian menjelaskan, dalam proses pemadaman, tim mengalami sejumlah kendala, mulai dari kencangnya tiupan angin dan banyaknya bahan bakaran yang membuat api cepat menyebar. ”Sampai saat ini, kami sedang berupaya untuk melokalisasi kebakaran agar api tidak meluas,” katanya.
Langkah ini dilakukan agar api tidak merambah ke kawasan gambut dalam. Jika hal itu terjadi, proses pemadaman akan semakin sulit. ”Untuk saat ini, kebakaran masih terjadi di permukaan gambut. Kami tetap berupaya agar tidak masuk ke gambut dalam,” ujar Ferdian.
Proses pemadaman harus dilakukan dengan tuntas dan tidak menyisakan api. Sebab, jika kebakaran tidak segera dipadamkan, bisa saja akan memunculkan titik api baru. Kawasan yang terbakar kali ini pernah terbakar hebat pada tahun 2015.
Dia berharap agar hujan lebat turun untuk memadamkan api. ”Jika hanya hujan ringan yang turun, akan membuat asap yang membubung semakin pekat. Kalau itu terjadi, risiko kabut asap di Palembang masih mungkin terjadi,” tutur Ferdian.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel Ansori mengatakan, pada musim transisi ini, titik panas masih terpantau di beberapa wilayah, terutama Ogan Komering Ilir dan Ogan Ilir. Untuk wilayah Ogan Komering Ilir, ujar Ansori, selain di Pedamaran, kebakaran lahan juga terjadi di Pampangan.
Khusus untuk di Pedamaran, pihaknya mengerahkan empat helikopter bom air. Hanya saja, titik pusat kebakaran belum padam karena petugas masih kesulitan menembus akses darat.
Adapun luasan lahan yang terbakar belum bisa dihitung karena memang kebakaran masih terjadi. ”Kemarin luas terbakar sekitar 5 hektar. Mungkin hari ini jumlahnya bisa lebih luas,” lanjutnya. Secara keseluruhan, ujar Ansori, luas lahan terbakar di Sumsel sepanjang tahun 2021 sekitar 800 hektar.
Kemarin luas terbakar sekitar 5 hektar. Mungkin hari ini jumlahnya bisa lebih luas.
Restorasi
Ketua Tim Ahli Restorasi Gambut Sumsel Syafrul Yunardi menuturkan, kondisi gambut di Sumsel terbilang sudah kritis. Karena itu, langkah restorasi harus terus dilakukan. Salah satunya, menjaga kandungan air di dalam gambut agar tidak kering dengan menanam tanaman yang ramah gambut (revegetasi). ”Karena saat kering, risiko kebakaran lahan akan semakin besar,” ucapnya.
Selain itu, kesadaran masyarakat harus terus dipupuk. ”Mereka perlu tahu bahayanya jika lahan gambut sudah terbakar,” katanya.
Beragam upaya sudah dilakukan untuk memitigasi bencana kebakaran lahan. Salah satunya, memanfaatkan teknologi untuk memantau kondisi lahan yang rawan terbakar.
Upaya lain adalah memberikan pengetahuan berkelanjutan kepada masyarakat, terutama anak, untuk memahami pentingnya pelestarian gambut bagi kehidupan.