Surabaya berkolaborasi dengan Sidoarjo dan Gresik untuk memacu program vaksinasi agar kawasan aglomerasi Surabaya Raya bisa turun ke level 2 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat dalam masa pandemi Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Situasi pandemi Covid-19 di Surabaya Raya (Surabaya, Sidoarjo, Gresik) masih berada di kriteria level 3 pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Padahal, asesmen situasi di Surabaya Raya sudah bernilai 1 atau memadai, sedangkan cakupan vaksinasi di Surabaya tinggi. Penurunan ke level 2 belum bisa diwujudkan karena cakupan vaksinasi di Gresik dan Sidoarjo belum memadai.
Kriteria level 3 Surabaya Raya tersebut berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4, Level 3, dan Level 2 Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di Wilayah Jawa dan Bali. Dalam regulasi yang berlaku pada 21 September-4 Oktober 2021, kriteria level 3, antara lain, berlaku di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo atau kawasan aglomerasi ini disebut Surabaya Raya.
Diktum kedua aturan itu menyebutkan penetapan level wilayah berpedoman pada indikator penyesuaian upaya kesehatan masyarakat dan pembatasan sosial dalam penanggulangan pandemi Covid-19 yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.
Selain itu, ada juga penambahan indikator capaian total vaksinasi dosis 1 dan vaksinasi dosis 2 bagi warga lanjut usia di atas 60 tahun dari target. Penurunan ke level 2 bisa dicapai jika vaksinasi dosis 1 minimal 50 persen dan cakupan bagi warga lansia minimal 40 persen. Penyesuaian ini juga ditempuh terhadap wilayah aglomerasi termasuk Surabaya Raya (Surabaya, Gresik, Sidoarjo).
Mengutip laman resmi https://vaksin.kemkes.go.id/, Rabu (22/9/2021), asesmen situasi di Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo bernilai 1. Kawasan ini dalam indikator kasus konfirmasi, pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit, kematian, dan penularan di komunitas bernilai 1 atau rendah. Angka 1 memperlihatkan situasi yang baik. Selain itu, tes, telusur, tangani atau 3T dan kapasitas respons atau empat indikator tersebut juga dalam kategori memadai atau baik.
Surabaya Raya termasuk dalam 19 kabupaten/kota di Jatim yang bernilai asesmen situasi 1. Dalam hal asesmen, Surabaya Raya lebih baik dibandingkan dengan 19 kabupaten/kota lainnya di Jatim yang bernilai 2, misalnya dibandingkan dengan Kota dan Kabupaten Madiun dan Kota dan Kabupaten Malang.
Meski demikian, dalam hal cakupan vaksinasi, masih mengutip https://vaksin.kemkes.go.id/, Surabaya jauh ”meninggalkan” Sidoarjo dan Gresik. Untuk dosis 1, Surabaya sudah memberikannya kepada hampir 2,341 juta jiwa sasaran atau 105,52 persen dari target. Untuk warga lansia, dosis 1 sudah diberikan kepada 228.953 orang atau cakupan 90,8 persen.
Di Sidoarjo, dosis 1 sudah diberikan kepada 827.973 orang atau cakupan 51,3 persen. Namun, bagi kelompok lansia, dosis 1 baru diberikan kepada 46.534 orang atau cakupannya 31 persen. Situasi serupa terjadi di Gresik. Di Gresik, dosis 1 sudah diberikan kepada 558.984 orang atau cakupannya 55,2 persen. Di kelompok lansia Gresik, dosis 1 baru diberikan kepada 25.731 orang atau cakupannya 23,6 persen.
Dari situasi vaksinasi terhadap kelompok lansia, Sidoarjo dan Gresik belum memenuhi ambang minimal 40 persen. Akibatnya, status level 3 bagi Surabaya Raya belum bisa diturunkan ke level 2. Surabaya tidak bisa ”mengklaim” level 2 mengingat instruksi menyatakan dengan jelas bahwa penyesuaian berlaku bagi kawasan aglomerasi (Surabaya Raya).
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memahami situasi tadi. Untuk itu, Surabaya tidak berdiam diri dan mendorong percepatan terutama vaksinasi bagi kelompok lansia di Sidoarjo dan Gresik. Surabaya telah mengirimkan 300 mobil keliling vaksinasi dan menugaskan 3.000 tenaga kesehatan khusus untuk membantu program vaksinas di Sidoarjo dalam dua pekan.
”Setelah dari Sidoarjo dengan target cakupan dosis 1 bisa tembus 70 persen termasuk kelompok lansia, Surabaya kemudian bergerak ke Gresik,” kata Eri. Diharapkan, dalam sebulan Surabaya Raya bisa mencapai penurunan kategori PPKM ke level 2 bahkan ke level 1.
Eri mengatakan, penurunan level amat penting sebagai dasar bagi kebijakan pemerintah mengendurkan pembatasan aktivitas sosial. Instruksi 43/2021 itu memberikan semacam hak khusus termasuk kepada Surabaya. Misalnya, dalam diktum kelima huruf g (3) dinyatakan, penduduk berusia di bawah 12 tahun dilarang memasuki pusat belanja/mal/pusat dagang, kecuali di DKI Jakarta, Kota Bandung, Kota Yogyakarta, dan Kota Surabaya dengan syarat didampingi orangtua.
Setelah dari Sidoarjo dengan target cakupan dosis 1 bisa tembus 70 persen termasuk kelompok lansia, Surabaya kemudian bergerak ke Gresik.
Meski demikian, anak-anak itu tidak diperkenankan masuk bioskop, sedangkan arena bermain dan tempat hiburan di mal masih harus tutup. Situasi ini tidak bisa berlaku di Sidoarjo dan Gresik.
”Di Surabaya, pedagang makanan dan minuman kami bolehkan beraktivitas sampai dengan tengah malam, tetapi dalam pengawasan dan harus patuh disiplin protokol kesehatan,” kata Eri.
Aparatur akan didorong patroli untuk memantau penerapan protokol sehingga masyarakat Surabaya diminta menyambut pengenduran aktivitas itu tidak dengan euforia, tetapi dengan waspada dan disiplin protokol. Semangat ini diperlukan untuk menekan perburukan situasi kembali.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan, dalam nilai asesmen situasi, Sidoarjo dan Gresik terlebih dahulu mencapai nilai 1 daripada Surabaya. Hal itu bukan berarti dalam hal asesmen situasi Sidoarjo dan Gresik lebih baik, melainkan ada indikator yang ”memperlemah” Surabaya, yakni penanganan pasien dirawat di rumah sakit. Sebagai ibu kota Jatim, Surabaya menjadi rujukan utama bagi pasien Covid-19 dari seluruh provinsi. Pasien yang tidak tertangani di Sidoarjo dan Gresik karena keterbasan sarana mau tidak mau ditangani di Surabaya.
Menurut Windu, hal ini menjadi konsekuensi Surabaya sebagai ibu kota provinsi dan kota terkemuka di Indonesia setelah Jakarta. Surabaya diminta tetap waspada terhadap potensi perburukan situasi pandemi. Dalam penanganan pandemi dan vaksinasi, Surabaya terdepan dan harus dipertahankan. Jika situasi yang baik di Surabaya sulit dipertahankan, hal itu akan secara umum memengaruhi kondisi di Jatim.
Secara terpisah, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali mengatakan berterima kasih terhadap dukungan Surabaya bagi Sidoarjo dalam percepatan dan perluasan vaksinasi. Surabaya amat berbesar hati karena mau meletakkan ”harga diri” untuk membantu kota-kota di sekitarnya dalam konteks kolaborasi.
”Dukungan ini harus menjadi cambuk bagi Sidoarjo agar tenaga kesehatannya bekerja lebih giat dalam vaksinasi dan penanggulangan pandemi,” katanya.