Jaga Situasi Landai, Jawa Timur Terapkan Operasi Patuh Semeru
Situasi pandemi Covid-19 yang melandai perlu dijaga dengan berbagai program bahkan operasi untuk menekan perubahan kembali memburuk.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kepolisian Daerah Jawa Timur mengerahkan lebih dari 3.340 anggota untuk Operasi Patuh Semeru dalam kurun waktu 20 September-3 Oktober 2021. Operasi bertujuan menjaga situasi pandemi Covid-19 tetap landai dengan ketertiban dalam aktivitas masyarakat.
Dalam apel pasukan, Senin (20/9/2021), Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, ada empat obyek operasi dalam dua pekan mendatang. Keempat obyek itu ialah kegiatan masyarakat yang berpotensi menimbulkan kluster Covid-19, warga yang kurang patuh protokol kesehatan, masyarakat yang tidak disiplin lalu lintas dan lokasi rawan pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, serta potensial kerumunan atau meningkatkan risiko penularan Covid-19.
”Tujuannya, keamanan dan ketertiban dalam aktivitas sosial, sekaligus mempertahankan situasi pandemi yang sedang melandai dengan mendorong masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan,” kata Nico.
Operasi ini akan dijalankan oleh seluruh resor yang mengatasi kabupaten/kota di Jatim. Di setiap daerah, petugas akan mengawasi, menegur, sampai menindak seseorang atau kelompok masyarakat yang tidak tertib, berisiko penularan, dan tidak disiplin protokol. Petugas akan mengedepankan aspek preemtif atau teguran dan preventif atau pencegahan daripada penindakan atau penegakan hukum.
”Penindakan dapat ditempuh, misalnya, terhadap masyarakat yang terlihat sengaja abai atau melanggar,” kata Nico.
Dalam operasi, lanjut Nico, petugas juga akan mengingatkan masyarakat untuk vaksinasi. Harapannya, cakupan vaksinasi di Jatim kian meluas. Masyarakat yang belum vaksin, ujarnya, perlu berkoordinasi dengan pengurus RT/RW dan kelurahan/desa sehingga segera mendapat akses program tersebut. Petugas Polri dan TNI melalui media sosial atau pesan berantai akan terus menginformasikan lokasi-lokasi pelaksanaan vaksinasi.
Mengutip laman resmi https://infocovid19.jatimprov.go.id, situasi pandemi terus menurun atau melandai. Pada awal bulan, penambahan kasus harian di Jatim tercatat 1.122 kasus, kematian 131 orang, kesembuhan 1.477 orang, dan kasus aktif atau pasien yang ditangani 10.402 orang. Pada Senin, 20 September, penambahan kasus harian hanya 142 orang, kematian 23 orang, kesembuhan 400 orang, dan pasien ditangani 3.082 orang.
Dalam 20 hari terakhir terjadi penambahan 8.974 kasus atau 448 kasus per hari. Kematian tercatat sebanyak 933 orang atau 46 orang per hari. Pasien yang sembuh ada 15.360 orang atau 768 orang per hari. Pasien ditangani berkurang 7.319 orang atau 366 orang per hari.
Data itu memperlihatkan situasi pandemi di Jatim masih melandai dan diharapkan tidak segera memburuk kembali. Menurut laman https://covid19.go.id, di Jatim hanya tersisa Kota Blitar yang berada dalam zona oranye atau risiko penularan sedang. Sebanyak 37 daerah lain masuk zona kuning atau risiko penularan rendah.
Secara terpisah, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan terus mendorong program vaksinasi agar cakupan lebih meluas. Sampai hari ini, cakupan vaksinasi dosis pertama sudah menjangkau hampir 2,325 juta jiwa atau 104,8 persen dari jumlah sasaran. Untuk dosis pertama dan dosis kedua atau komplet telah menjangkau hampir 1,479 juta jiwa atau 66,7 persen dari jumlah sasaran.
”Untuk memperluas dan mempercepat vaksinasi perlu terobosan. Salah satunya, vaksinasi drive thru atau lantatur (layanan tanpa turun),” kata Eri saat meninjau vaksinasi lantatur di Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Di kampus itu, Eri juga melihat layanan vaksinasi bagi kaum penyandang disabilitas yang memakai kursi cerdas. Layanan tanpa turun kendaraan ditargetkan menyasar 5.000 orang dalam tiga hari. Untuk hari pertama atau Senin target 1.500 orang, Selasa 1.500 orang, dan Rabu 2.000 orang. Vaksinasi lantatur juga dibuka di kampus. Selain sivitas kampus, vaksinasi juga dapat diakses oleh masyarakat umum.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Sukadiono mengatakan, vaksinasi lantatur mengurangi potensi kerumunan orang sehingga menekan risiko penularan. Lantatur sudah lazim diadakan oleh kampus, rumah sakit, bank, bahkan lembaga negara lainnya dalam berbagai program. Menghadapi situasi pandemi, lantatur kembali digunakan dengan pertimbangan efektivitas serta efisien.