Mendampingi Mimpi Anak-anak Korban Pandemi Covid-19 di Jatim
Sedikitnya 7.004 anak di Jatim menjadi yatim, piatu, bahkan yatim piatu karena kehilangan orangtua akibat Covid-19.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 telah merenggut banyak jiwa dan menyisakan duka bagi keluarga, terutama anak-anak yang kehilangan orangtuanya. Di Jawa Timur, sedikitnya 7.004 anak menjadi yatim, piatu, bahkan yatim piatu. Uluran tangan dari beragam kalangan diperlukan agar mereka mampu mewujudkan mimpi-mimpinya.
Imelda (17), Tasya (15), dan Delisia (6) tampak bahagia saat berjumpa di Alun-alun Jayandaru, Sidoarjo, Jumat (17/9/2021). Sejak Covid-19 merenggut nyawa Haryanti (42), ibu mereka, sekitar dua bulan lalu, ketiganya tak lagi tinggal serumah. Imelda dan Tasya tinggal bersama Sutik (45), budenya, sedangkan Delisia diasuh Fya (22), kakak pertamanya yang baru menikah dan tinggal bersama mertuanya.
Rumah tempat Fya, Imelda, Tasya, dan Delisia dibesarkan kini kosong. Iswahyudi, ayah mereka, meninggal saat Delisia masih di dalam kandungan Haryanti, yang kemudian berperan sebagai orangtua tunggal. Demi menghidupi keluarganya, ia meneruskan usaha suaminya berdagang ikan segar di Pasar Krian.
Tahun ini, Haryanti menyusul suaminya dan meninggalkan empat putri mereka yang masih memerlukan pengasuhan. Imelda, misalnya, masih duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah atas, Tasya duduk di bangku kelas 3 sekolah menengah pertama (SMP), dan Delisia baru masuk bangku sekolah dasar (SD). ”Saya ingin menjadi polisi wanita (polwan) supaya bisa mengabdi kepada masyarakat dan bangsa,” ujar Imelda.
Demi mewujudkan mimpinya tersebut, Imelda tetap bersemangat belajar agar nilainya bagus. Ia juga sudah menyiapkan kondisi fisiknya dengan rutin berolahraga. Gadis berperawakan tinggi dan bertubuh langsing itu sangat berharap bisa merengkuh impiannya menjadi polwan.
Kehilangan orangtuanya akibat terpapar Covid-19 juga dialami Miftakhun Nabila (14), warga Buduran. Pelajar madrasah tsanawiyah negeri ini tak kuasa menahan tangis saat bercerita tentang ayahnya yang meninggal setelah berjuang melawan virus SARS-CoV-2. Demi menghidupi keluarga dengan berjualan es, ibunya tak bisa mengantarnya ikut vaksinasi massal yang digelar Polresta Sidoarjo.
Tidak hanya di Sidoarjo, kepedihan akibat kehilangan orangtua juga dirasakan oleh anak-anak di 38 kabupaten dan kota di Jatim. Di Lamongan, misalnya, ada Febri (12) yang kehilangan ibunya dan di Kota Blitar ada Valentina Putri (12). Di luar sana, ada ribuan anak yang kini menjadi yatim, piatu, bahkan yatim-piatu karena Covid-19. Polda Jatim menyebutkan terdapat 7.004 anak yang datanya da di 38 polres dan polresta jajaran.
Berdasar data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Jatim, sampai dengan Kamis (17/9/2021), terdapat 392.659 orang terpapar Covid-19. Dari jumlah itu, sebanyak 359.454 orang atau 91,54 persen dinyatakan sembuh. Sebanyak 29.200 orang atau 7,44 persen meninggal dan yang masih dirawat 4.005 kasus.
Data 7.004 anak yang menjadi yatim, piatu, bahkan yatim piatu itu semuanya berusia di bawah 18 tahun yang masih memerlukan pendampingan intensif untuk memulihkan mental yang terguncang akibat kehilangan orangtua. Mereka juga memerlukan dukungan membangkitkan semangat.
Dalam upaya menumbuhkan kembali harapan anak-anak korban pandemi Covid-19 itu, Kepolisian Daerah Jatim menginisiasi program orangtua asuh ”Sapa Saya”. Nama itu akronim dari satu anggota Polantas, satu anak yatim piatu. Artinya, setiap anggota polantas wajib menjadi orangtua asuh bagi satu anak yatim piatu korban Covid-19. Meski demikian, program ini terbuka bagi pihak lain yang ingin berkontribusi sebagai orangtua asuh.
Kepala Polda Jatim Inspektur Jenderal Nico Afinta mengatakan, pihaknya menginiasi kebijakan agar anak-anak yang orangtuanya meninggal karena Covid-19 mendapat pendampingan psikologi, bantuan berupa materi, dan bantuan berupa fasilitasi pendidikan yang dijembatani anggota Satuan Lalu Lintas di seluruh wilayah jajaran Polda Jatim.
”Bahwa mereka (anak yatim piatu) tidak sendiri. Ada kami yang siap menjadi pendamping, pengayom, dan pelindung bagi adik-adik yatim piatu,” kata Nico Afinta pada Pengangkatan Orangtua Asuh dan Vaksinasi dalam rangka peringatan Hari Lalu Lintas Ke-66.
Wakil Kepala Polda Jatim Brigjen (Pol) Slamet Hadi Supraptoyo menambahkan, program ”Sapa Saya” diluncurkan untuk menggugah kepedulian terhadap anak-anak yang kehilangan orangtuanya. Mereka menjadi korban pandemi Covid-19 yang tidak hanya berimplikasi pada masalah kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi, dan pendidikan. Dengan bergotong royong, harapannya bisa meringankan beban anak-anak itu.
”Program orangtua asuh ini memang tidak bisa mengatasi semua permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak yang menjadi korban pandemi Covid-19. Meski demikian, program ini diharapkan bisa meringankan beban yang dihadapi sehingga mereka bisa hidup layak dan memiliki masa depan yang lebih cerah,” ucap Slamet.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Ai Maryati Solihah mengapresiasi program orangtua asuh yang diinisiasi Satlantas Polda Jatim. Program itu bisa menjadi role model atau percontohan untuk diterapkan di seluruh wilayah Nusantara. Anak-anak yang menjadi yatim piatu karena pandemi membutuhkan dukungan moral, sosial, pengasuhan, pendidikan, kesehatan, pemulihan trauma, serta bantuan materi.
”Program ini merupakan sebuah terobosan yang bisa dijadikan role model yang sangat berharga untuk dikembangkan agar anak-anak tidak kehilangan pengasuhan,” ujar Ai Maryati.
Program orangtua asuh semacam itu diharapkan bisa menjadi titik balik kebangkitan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Peran keluarga sangat penting dalam masa tumbuh kembang anak. Oleh karena itulah, KPAI mendukung program yang diinisiasi Polda Jatim serta pemda-pemda lainnya dalam upaya membantu anak-anak yang kehilangan orangtua.
Dalam situasi pandemi Covid-19 yang tak kunjung teratasi, anak-anak harus tetap terjaga tumbuh kembangnya agar Indonesia tetap memiliki generasi emas pada masa depan. Gerakan orangtua asuh yang diinisiasi Polda Jatim hanyalah titian kecil untuk mengantarkan anak seperti Imelda dan lainnya merengkuh mimpi-mimpinya.