Jenazah pemimpok kelompok teroris Ali Kalora telah dikuburkan di tempat pemakaman umum di Kota Palu, Sulteng. Aparat mengambil langkah itu untuk menghindari penularan Covid-19.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Jenazah pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur Ali Kalora dan anak buahnya, Jaka Ramadhan, dikuburkan di tempat pemakaman umum Palu, Sulawesi Tengah. Aparat telah meminta persetujuan keluarga untuk langkah tersebut sekaligus untuk menghindari penularan Covid-19.
Jenazah Ali dan Jaka dikuburkan di TPU Poboya, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulteng, Minggu (19/9/2021) pukul 19.00 Wita. TPU Poboya selama ini memang dipakai untuk penguburan jenazah anggota kelompok yang menamakan diri Mujahidin Indonesia Timur tersebut.
Ali dan Jaka tewas ditembak Satuan Tugas Operasi Madago Raya di wilayah Desa Astina, Kecamatan Torue, Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng, Sabtu (18/9) pukul 18.15 Wita. Jenazah keduanya dievakuasi pada malam harinya dan tiba di RS Bhayangkara, Palu, Minggu dini hari.
Wakil Kepala Satuan Tugas Humas Operasi Tinombala Ajun Komisaris Bronto Budiyono menyatakan, pihaknya telah menyampaikan ke keluarga soal penguburan Ali dan Jaka di TPU Poboya. Anggota keluarga menerima hal tersebut.
Ia menambahkan, penguburan di Palu juga dilakukan untuk menghindari penularan Covid-19 yang saat ini masih terjadi di Sulteng, termasuk di Kabupaten Poso. Penguburan yang dilakukan keluarga diperkirakan menimbulkan kerumunan. Menghindari kerumunan merupakan salah satu protokol pencegahan penularan Covid-19.
Identifikasi jenazah Ali dan Jaka tidak rumit karena secara fisik kondisi keduanya tidak hancur. Dengan kondisi itu, tim identifikasi tak memerlukan pencocokan sampel deoxyribonucleic acid (DNA) antara keduanya dan keluarga.
Identifikasi
Pada kasus-kasus anggota MIT yang tewas sebelumnya, identifikasi membutuhkan pencocokan DNA karena kondisi jenazah hancur akibat baku tembak atau membusuk karena lamanya evakuasi di titik pertempuran.
Ali merupakan pemimpin kelompok MIT yang selama ini masuk daftar pencarian orang Polri dan TNI. Ia memimpin grup itu setelah Santoso yang juga pendiri MIT tewas ditembak pada pertengahan 2016 dan Basri yang menyerahkan diri satu bulan setelah Santoso tewas. Kelompok itu bergerilya di hutan pegunungan Poso, Parigi Moutong, dan Sigi sejak 2012.
Selain menyasar aparat Polri dan TNI, kelompok MIT juga menebar teror dengan membunuh petani di kebun di sekitar hutan. Sejak 2014, tak kurang dari 20 orang tewas di tangan anggota MIT. Teror terakhir mereka di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, awal Mei 2021. Mereka membunuh empat petani.
Dengan tewasnya Ali dan Jaka, tersisa empat anggota MIT yang masih terus diburu Polri dan TNI dengan menggelar Operasi Madago Raya.
Kepada sejumlah wartawan di Palu pada Minggu seusai melihat jenazah Ali Kalora, Rusman (35), ipar Ali, menyatakan, keluarga ingin agar jenazah dikuburkan di Desa Kalora, Poso, tempat tinggal istri dan anaknya. Namun, keluarga akhirnya mengikuti aturan dari aparat agar jenazah Ali dikuburkan di TPU Poboya.