Tim SAR bersama masyarakat setempat menemukan tiga awak pesawat Rimbun Air PK-OTW dalam kondisi tewas. Sebanyak 203 orang dikerahkan dalam proses evakuasi para korban.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Tim SAR gabungan berhasil menemukan tiga jenazah awak pesawat Rimbun Air PK-OTW yang mengalami kecelakaan di sebuah pegunungan di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Rabu (15/9/2021). Upaya evakuasi jenazah ketiga korban itu segera dituntaskan.
Hal ini disampaikan Kepala Kepolisian Resor Intan Jaya Ajun Komisaris Besar Sandi Sultan saat dihubungi dari Jayapura, Rabu malam. Dia menjelaskan, sebanyak 203 orang yang terdiri atas tim SAR gabungan bersama warga terlibat dalam proses evakuasi ketiga awak pesawat itu. Tim tiba di lokasi jatuhnya pesawat pukul 16.30 WIT.
”Kami menemukan ketiga awak pesawat Rimbun Air dalam kondisi meninggal dunia. Lokasi jatuhnya pesawat di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut,” kata Sandi.
Pesawat Rimbun Air dipiloti Kapten Mirza dengan dua awak, yakni Fajar sebagai kopilot dan Iswahyudi sebagai teknisi. Pesawat ini lepas landas dari Nabire pada Rabu pukul 06.40 WIT. Pesawat membawa muatan material bahan bangunan.
Pada pukul 07.37 WIT, petugas Airnav Bandara Sugapa melakukan komunikasi terakhir dengan pilot sebelum pesawat hilang kontak. Seharusnya perjalanan dari Nabire ke Sugapa ditempuh selama 40 menit.
Dilaporkan, kondisi cuaca hujan dan berkabut sebelum pesawat mendarat di Bandara Bilorai Sugapa. Panjang landasan pacu Bandara Bilorai hanya 600 meter.
Sandi pun membantah kecelakaan pesawat ini karena ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata. Namun, penyebab kecelakaan diduga akibat hujan dan cuaca berkabut.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan (SAR) Timika George Leo Mercy Randang mengatakan, kondisi cuaca yang sering hujan dan jalan yang curam menjadi tantangan terbesar bagi tim SAR gabungan untuk mengevakuasi ketiga korban.
”Tim SAR gabungan terus berupaya untuk mengevakuasi semua awak pesawat. Kondisi jalan ke lokasi jatuhnya pesawat yang curam menjadi kendala bagi tim,” ujarnya.
Staf Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Perwakilan Papua Norbert Tunyanan mengatakan, pihaknya akan menginvestigasi faktor-faktor yang menyebabkan pesawat itu mengalami kecelakaan.
”Sampai saat ini kami masih menghimpun data yang berkaitan dengan pesawat tersebut, misalnya, kondisi cuaca saat penerbangan. Tim KNKT dari pusat akan tiba di Sugapa, kemungkinan beberapa hari ini,” kata Norbert.
Kecelakaan pesawat di daerah pegunungan Papua sebelumnya beberapa kali terjadi. Pada 18 September 2019, sebuah pesawat milik maskapai Rimbun Air juga jatuh di wilayah pegunungan Distrik Hoeya, Kabupaten Puncak. Tim SAR menemukan badan pesawat empat hari kemudian. Empat orang di pesawat meninggal dalam insiden tersebut.
Kemudian, tiga kecelakaan pesawat juga terjadi di daerah Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, sejak 2015 hingga 2018. Trigana Air jenis ATR yang mengangkut 54 orang di Distrik Okbape mengalami kecelakaan pada 16 Agustus 2015. Semua penumpang tewas.
Lalu, PK-FSO tipe C208 jenis Caravan dari Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, tujuan Oksibil, membawa barang kebutuhan pokok, jatuh di Bukit Anem, 12 April 2017. Terakhir, pesawat Dimonim Air PK-HVQ yang mengangkut sembilan penumpang jatuh di Gunung Menuk, 11 Agustus 2018. Delapan orang tewas dan satu orang selamat.