Seluruh PAUD dan TK di Magelang Belum Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Seluruh PAUD/TK di Kota Magelang, Jawa Tengah, menunda pelaksanaan PTM. Sementara itu, sejumlah pelanggaran protokol kesehatan terjadi di sekolah yang sudah melaksanakan PTM.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Seluruh lembaga pendidikan anak usia dini atau PAUD dan TK di Kota Magelang, Jawa Tengah, memutuskan belum menggelar pembelajaran tatap muka. Selain karena belum siap dengan sarana prasarana pendukung protokol kesehatan, keputusan itu juga muncul karena kegiatan tersebut tidak disetujui sebagian besar orangtua.
”Seluruh lembaga PAUD dan TK belum gelar belajar tatap muka. Mempertimbangkan bahaya penularan Covid-19 yang masih mengancam, banyak orantua murid masih ragu dan takut melepas putra-putrinya yang masih kecil pergi ke sekolah,” ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Magelang Kustomo saat ditemui, Rabu (15/9/2021). Data Pemkot Magelang mencatat, pada 2020 tercatat 24 PAUD dan 57 TK.
Izin dari orangtua murid menjadi syarat utama pelaksanaan PTM di semua jenjang pendidikan. Selain terkendala izin orangtua, ratusan lembaga PAUD/TK tersebut juga merasa belum siap melaksanakan proses pembelajaran sesuai denga protokol kesehatan. Selain belum siap dengan sarana dan prasarana pendukung, banyak sekolah dan lembaga juga merasa belum memiliki cukup tenaga guru untuk mengawasi perilaku anak-anak agar sesuai dengan protokol kesehatan.
Kustomo mengakui, pengawasan terkait dengan pelaksanaan protokol kesehatan pada aktivitas dan perilaku siswa memang tidak mudah. ”Pengawasan dan pemantauan protokol kesehatan pada aktivitas anak-anak memang melelahkan. Banyak guru SD dan SMP mengeluh capai karena mereka harus berkali-kali berkeliling dan mengingatkan agar anak-anak di dalam kelas selalu ingat menjaga jarak dan memakai masker dengan benar,” ujarnya.
Adapun PTM di Kota Magelang dimulai sejak Senin (13/9/2021) oleh semua SMP, 20 SMP, dan 70 SD. Di satu SD, pelaksanaan PTM sempat ditunda karena salah satu guru didapati positif Covid-19. Namun, karena guru-guru yang lain negatif Covid-19, PTM di sekolah tersebut tetap dimulai, Kamis (16/9/2021).
Banyak guru SD dan SMP mengeluh capai karena mereka harus berkali-kali berkeliling dan mengingatkan agar anak-anak di dalam kelas selalu ingat menjaga jarak dan memakai masker dengan benar.
Sementara itu, tujuh SD lainnya memilih untuk menunda dan baru siap melaksanakan PTM pada Senin (20/9/2021). Selain karena ingin terlebih dulu melengkapi sarana prasarana pendukung protokol kesehatan di sekolah, sebagian sekolah sedang melakukan ujian penilaian tengah semester (PTS) secara daring.
PTM di 20 SMP dan 70 SD di Kota Magelang dilaksanakan dengan aturan ketat. Pembelajaran hanya berlangsung selama dua jam dan diikuti separuh dari total jumlah siswa. Kantin sekolah diwajibkan tutup, sedangkan anak-anak diminta membawa bekal dari rumah.
Sementara itu, setiap siswa peserta PTM harus diantar jemput oleh keluarga. Kesanggupan mengantar jemput murid ini dinyatakan dalam surat pernyataan. Jika memang orangtua merasa tidak sanggup, sekolah pun akan fleksibel menyesuaikan dengan tetap memberikan pembelajaran jarak jauh.
Kendati sudah diatur demikian ketat, pelanggaran di lapangan tetap terjadi. Di salah satu sekolah di Kecamatan Magelang Tengah, misalnya, para siswa yang tengah menunggu giliran vaksinasi terlihat leluasa keluar masuk gerbang sekolah. Saat keluar, sebagian di antaranya melepas masker, membeli jajanan dari sejumlah pedagang yang memangkal di depan gerbang. Mereka juga santai menikmati jajanan sembari mengobrol tanpa masker dengan teman-temannya.
Terkait dengan hal itu, Wali Kota Magelang M Nur Aziz mengatakan, pelaksanaan PTM akan terus dievaluasi dan diperbaiki. Dia mengakui, berbagai pelanggaran memang berpotensi terjadi selama PTM. PTM juga tetap berisiko menimbulkan penularan Covid-19 karena dalam pelaksanaannya, para murid bertemu dengan teman-temannya yang sebagian besar berasal dari luar daerah, tepatnya dari wilayah Kabupaten Magelang.
Namun, di sisi lain, kondisi tersebut tidak mungkin dihindari. ”Kami hanya bisa bertindak lebih lanjut ketika PTM tersebut akhirnya menimbulkan kasus baru Covid-19 di sekolah,” ujarnya.