Kasus Turun Drastis, Kendari Dituntut Waspadai Gelombang Lanjutan
Jumlah kasus Covid-19 di Kendari terus menurun jauh dua pekan terakhir. Kematian juga tidak terjadi. Sementara tingkat kesembuhan tinggi. Namun, pemerintah diingatkan untuk tetap waspada dengan gelombang lanjutan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·4 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Selama dua pekan terakhir, jumlah kasus Covid-19 di Kendari, Sulawesi Tenggara, menurun drastis. Jumlah kasus harian di bawah 10 kasus, dengan rasio positif di bawah 1 persen. Meski begitu, pemerintah tetap diingatkan untuk waspada agar lonjakan kasus tidak terjadi kembali dengan tetap melakukan penelusuran masif.
Hingga Rabu (15/9/2021), jumlah kasus aktif Covid-19 di Kendari sebanyak 166 kasus, dari total kumulatif 7.659 kasus. Jumlah kasus aktif ini menurun jauh dibandingkan dengan periode yang sama bulan sebelumnya yang di atas 1.000 kasus.
”Jumlah kasus harian di Kendari juga turun jauh. Hari ini baru tercatat ada lima kasus baru dan ada delapan kasus sembuh. Setiap hari, polanya, kasus sembuh selalu lebih banyak dibandingkan dengan kasus baru,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kendari Rahminingrum.
Angka rasio positif, menurut dia, juga hanya 0,97 persen. Angka ini menurun dibandingkan dengan sebelumnya yang pernah di atas 35 persen. Kondisi ini menunjukkan kasus penyebaran Covid-19 di Kendari makin terkendali.
Tidak hanya itu, wilayah yang sebelumnya termasuk dalam zona merah kini beralih menjadi zona kuning atau hijau. Dari 67 kelurahan di Kendari, hanya tersisa satu kelurahan yang masuk dalam kategori zona oranye atau masih ditemukan maksimal lima rumah yang penghuninya terpapar Covid-19 dalam satu lingkungan.
Kondisi itu, menurut Rahminingrum, terjadi karena upaya bersama menegakkan protokol kesehatan di masyarakat. Meski masih terjadi pelanggaran, masyarakat secara sadar membatasi diri hingga berusaha mengecek kesehatan.
Tidak kalah penting ialah upaya vaksinasi yang terus digenjot, baik oleh Pemerintah Kota Kendari, TNI, Polri, maupun berbagai instansi lain. Hal itu sedikit banyak menyumbang terciptanya kekebalan bersama di masyarakat sehingga membuat kasus Covid-19 tidak makin parah.
Sejauh ini capaian dosis pertama vaksinasi di Kendari mencapai 53 persen dari target 265.147 sasaran. Capaian ini menjadi paling tinggi di antara 17 kabupaten dan kota di seluruh Sultra.
”Kami memfokuskan sumber daya, tenaga, untuk terus mempercepat vaksinasi. Untuk testing tetap kami lakukan, tetapi hanya pada kontak erat. Kami belum ada program untuk tes secara sampling karena itu menyangkut biaya, tenaga, dan lainnya,” kata Rahminingrum.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kendari Al Gazali menuturkan, tingkat kesembuhan pasien meningkat jauh, kini mencapai 96,6 persen. Sementara itu, kasus kematian tidak terjadi selama dua pekan terakhir.
Masyarakat diimbau terus menaati protokol kesehatan dan tidak terlena dengan kasus yang turun.
Meski demikian, tambah Gazali, kewaspadaan tetap harus ditingkatkan. Masyarakat diimbau terus menaati protokol kesehatan dan tidak terlena dengan kasus yang turun. Dari pengalaman, wilayah ini pernah mengalami jumlah kasus yang turun, lalu tiba-tiba melonjak drastis.
Jumlah kasus Covid-19 di Kendari melonjak tinggi pada Juni-Agustus 2021. Saat itu lonjakan kasus terus terjadi, terutama setelah musim mudik Lebaran. Pada akhir Juni hingga awal Juli, di ”Kota Lulo” juga diadakan Musyawarah Nasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang mendatangkan ribuan orang dari seluruh Indonesia.
Akibatnya, jumlah kasus melonjak dengan kematian terus bertambah. Saat itu sejumlah pejabat dan orang penting di Sultra terpapar, bahkan hingga meninggal. Pada pertengahan Juli 2021, Agista Aryani Bombay, istri Gubernur Sultra Ali Mazi, meninggal setelah dirawat beberapa waktu akibat Covid-19. Pada awal Agustus, Wakil Bupati Konawe Gusli Topan Sabara juga meninggal setelah terpapar Covid-19.
Epidemiolog Universitas Halu Oleo, Ramadhan Tosepu, sebelumnya menegaskan, berdasarkan data, jumlah kasus Covid-19 di seluruh wilayah Sultra memang jauh melandai dibandingkan dengan sebelumnya. Akan tetapi, data itu belum tentu menunjukkan kasus sebenarnya di lapangan.
Sebab, menurut Ramadhan, sejak awal, upaya penelusuran kasus di Sultra tidak pernah maksimal. Di Kendari saja, yang terdapat sejumlah alat tes, tidak pernah memenuhi target yang ditetapkan pemerintah pusat.
Oleh karena itu, dia mengatakan, pemerintah seharusnya mendorong tes yang masif di semua daerah. Namun, polanya diubah, yaitu dengan mengambil sampel di berbagai lokasi, bisa di kantor maupun permukiman. ”Jadi, kasus akan ketahuan. Hal ini sangat bergantung pada kemauan daerah untuk menangani pandemi secara maksimal. Kita tidak ingin kasus kembali melonjak seperti sebelumnya di tengah pembukaan berbagai aktivitas masyarakat saat ini,” ucapnya.