Vaksinasi Malam, Jurus Baru Tegal Memacu Target ”Herd Immunity”
Program vaksinasi malam hari di Kota Tegal, Jateng, terwujud atas usulan dari warga yang selama ini kesulitan melakukan vaksinasi pada siang hari. Program itu kini menjadi jurus baru pemerintah setempat mengejar target.
Oleh
KRISTI D UTAMI
·5 menit baca
Program vaksinasi yang selama ini lebih banyak digelar pada pagi hingga siang hari tidak bisa diikuti sebagian warga yang bekerja atau bersekolah pada waktu-waktu bersamaan. Di Kota Tegal, Jawa Tengah, vaksinasi malam hari menjadi solusi sekaligus jurus baru menggenjot capaian demi tercapainya kekebalan kelompok atau herd immunity.
Empat bulan terakhir, Hamzah (34), warga Kelurahan Debong Tengah, dihadapkan pada dilema antara mencari seuap nasi dan menambah imunitas. Bapak tiga anak itu sehari-hari bekerja di sebuah industri logam rumahan di Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal, pada pukul 08.00-17.00.
Hamzah yang biasanya bekerja dengan tiga karyawannya itu mengaku masih kekurangan tenaga. Padahal, ia kerap kali dikejar tenggat. Kondisi itu membuatnya kesulitan meninggalkan rumah produksi untuk mengikuti vaksinasi yang rata-rata digelar pagi hingga siang hari.
Kebuntuan yang dihadapi Hamzah akhirnya terpecahkan setelah ia menerima informasi terkait program vaksinasi malam hari. Pikirnya, program itu bisa menjadi jembatan yang mengompromikan keinginannya mengikuti vaksinasi dan kebutuhan mencari nafkah pada pagi hingga siang hari.
”Saya bersyukur banget ada program vaksinasi malam hari, jadi saya bisa ikut. Sedih juga soalnya, belum ada kesempatan divaksin padahal kepengin (divaksin) untuk menambah imunitas,” kata Hamzah, ditemui di sela-sela vaksinasi malam Kelurahan Debong, Kecamatan Tegal Selatan, Jumat (10/9/2021).
Kegembiraan juga dirasakan Ghatfaan Ahnaf (13), pelajar asal Kelurahan Randugunting, seusai divaksin di Kelurahan Debong Tengah pada Jumat malam. Vaksinasi membuat dirinya menjadi semakin percaya diri mengikuti pembelajaran tatap muka. Di sekolahnya, pembelajaran tatap muka digelar sejak Rabu (1/9/2021).
Mengikuti pembelajaran tatap muka dalam kondisi belum divaksin membuat orangtua Ahnaf, Irly Dewi Sinthawati (42), khawatir. Sebenarnya, Ahnaf pernah mengikuti program vaksinasi di sekolahnya, SMP Ihsaniyah Kota Tegal, pada Selasa (31/8/2021). Namun, kala itu, kondisi kesehatannya sedang kurang baik.
”Malam sebelumnya, dia (Ahnaf) makan makanan pedas lalu keesokan harinya sakit perut, terus lemas. Waktu penapisan tidak lolos karena dokter khawatir kalau anak saya dehidrasi,” ujar Irly.
Setelah Ahnaf sembuh, Irly mencoba mencari informasi terkait lokasi vaksinasi untuk anak-anak. Sebab, pihak sekolah menyarankan kepada orangtua siswa agar anak mereka yang belum divaksin di sekolah mengikuti vaksinasi mandiri.
”Program-program vaksinasi yang selama ini digelar kebanyakan sasarannya usia di atas 18 tahun. Ada sih, satu-dua program yang bisa untuk anak-anak, tapi jadwalnya bentrok sama jadwal anak sekolah,” kata Irly.
Perjuangan Irly mencarikan lokasi vaksinasi untuk anaknya menemui titik terang, Jumat siang. Kala itu, ia mendapatkan informasi dari grup percakapan WhatsApp terkait adanya vaksinasi pada malam hari di Kelurahan Debong Tengah dengan sasaran warga 12 tahun ke atas. Irly langsung meminta Ahnaf bersiap-siap.
Sejak sore, Ahnaf sudah selesai belajar dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya. Hal itu dilakukan agar seusai divaksin ia bisa langsung beristirahat.
Sembari menunggu malam tiba, ia berselancar di mesin pencari Google terkait gejala yang mungkin timbul pascavaksinasi. Mendekati waktu vaksinasi, Ahnaf mengadu kepada Irly bahwa dirinya gugup. Menurut Irly, anak sulungnya itu takut disuntik.
”Ternyata waktu disuntik tidak sakit. Tapi, setelah disuntik ada sedikit ngilu di bekas suntikannya,” kata Ahnaf ditemui di tempat observasi.
Kendati merasa sedikit ngilu, Ahnaf mengaku senang karena sudah divaksin. Ia berharap vaksin yang sudah disuntikkan ke tubuhnya bisa meningkatkan imunitasnya. Dengan begitu, ia bisa lebih percaya diri dalam mengikuti pembelajaran tatap muka.
Usulan warga
Program vaksinasi malam hari yang digelar hari Jumat lalu merupakan yang ketiga di Kecamatan Tegal Selatan. Sebelumnya, vaksinasi malam hari pernah digelar di salah satu rumah warga dan di keluarahan lain di Tegal Selatan. Camat Tegal Selatan Sartono mengungkapkan, vaksinasi malam hari dijalankan untuk merespons usulan warga. Sebagian warga Kecamatan Tegal Selatan mengaku terkendala mengikuti vaksinasi siang hari karena bentrok dengan waktu bekerja atau sekolah.
”Program ini kami jalankan atas usulan masyarakat. Alhamdulillah, antusias mereka tinggi. Malam ini saja ada 200 orang yang datang,” ucap Sartono, Jumat malam.
Menurut Sartono, sementara ini, program vaksinasi malam hari hanya ada di Kecamatan Tegal Selatan. Sebelumnya, vaksinasi malam hari pernah digelar di Dinas Kesehatan Kota Tegal pada saat Ramadhan. Program itu hanya berlangsung selama dua pekan.
Hingga Minggu (12/9/2021), capaian vaksinasi di Kecamatan Tegal Selatan 57 persen dari total sasaran 53.000 orang. Sartono berharap vaksinasi pada malam hari bisa turut mendongkrak capaian vaksinasi di wilayahnya.
Selain vaksinasi pada malam hari, Sartono juga menggunakan jurus-jurus lain untuk menggenjot capaian vaksinasi di wilayahnya. Program itu antara lain, vaksinasi rutin di puskesmas-puskesmas atau di kelurahan, vaksinasi massal berhadiah, dan vaksinasi dari pintu ke pintu.
Program itu antara lain vaksinasi rutin di puskesmas-puskesmas atau di kelurahan, vaksinasi massal berhadiah, dan vaksinasi dari pintu ke pintu.
Sesuai dengan instruksi Wali Kota Tegal Dedy Yon Suproyono, vaksinasi di wilayah tersebut harus sudah rampung pada Oktober. Berdasarkan data vaksinasi Kementerian Kesesehatan, Kota Tegal sudah memvaksin 177.588 orang hingga Minggu. Angka itu 83,36 persen dari target sasaran vaksinasi di wilayah tersebut.
Sartono menambahkan, salah satu kendala vaksinasi yang dinilai cukup mengganggu adalah tersebarnya hoaks atau informasi bohong terkait dampak vaksin Covid-19 bagi manusia. Hal itu membuat pemerintah setempat kerepotan menyakinkan warga.
”Hoaks itu kalau sudah menancap, tertanam di pikiran seseorang, akan sulit sekali dicabut. Mau dijelaskan seperti apa, kalau yang sudah terpengaruh hoaks, sudah susah,” imbuhnya.
Melihat hoaks terkait vaksin yang berkembang di Tegal Selatan membuat para tenaga kesehatan di wilayah itu geram. Kendati demikian, mereka menolak menyerah. Berbagai upaya mereka lakukan untuk meyakinkan warga bahwa vaksin halal dan aman.
Kepala Puskesmas Kelurahan Bandung, Kecamatan Tegal Selatan, Susan Rizal, misalnya, mendatangi satu per satu warga di wilayahnya, khususnya yang menolak divaksin. Kedatangan Susan untuk menjelaskan pentingnya vaksinasi sekaligus memberikan layanan pemeriksaan kesehatan gratis.
Beberapa warga yang khawatir akan dampak vaksin juga diajak berkonsultasi melalui telepon dengan dokter-dokter spesialis. Hasilnya, sejumlah warga mau divaksin setelah berkonsultasi.
”Ada warga yang takut divaksin karena sedang hamil. Sudah saya jelaskan kalau vaksinasi aman untuk ibu hamil. Yang bersangkutan masih belum yakin lalu saya ajak konsultasi dengan dokter spesialis kandungan melalui sambungan telepon. Setelah diberi penjelasan dokter spesialis kandungan, ibu hamil tersebut akhirnya mau divaksin,” ujar Susan.
Untuk menyukseskan program vaksinasi, perlu ada kesepemahaman antara masyarakat, pemerintah, dan tenaga kesehatan. Untuk mencapai hal itu, perlu dialog sehingga pemerintah atau tenaga kesehatan bisa mengetahui langsung duduk perkaranya dan bisa menyelesaikan hambatannya.