Kesulitan Belajar Daring, Sekolah di Pedalaman NTT Sambut Pertemuan Tatap Muka
Banyak sekolah di pedalaman NTT sudah memulai pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan ketat. Sejauh ini tak ada laporan terjadinya penularan Covid-19 di sekolah dimaksud.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS - Pembelajaran tatap muka di SMA atau sederajat di daerah pedalaman di Nusa Tenggara Timur, disambut baik guru dan siswa. Tanpa jaringan internet stabil, pembelajaran daring berjalan tidak efektif. Sejauh ini, belum ditemukan penularan baru Covid-19 di sekolah.
Di NTT, terdapat 903 sekolah SMA atau sederajat dan sekolah luar biasa. Lebih dari 50 persen sekolah itu terletak di pedalaman dan kini berada dalam zona hijau.
Thomas Alfa Edison, Kepala SMA Negeri 1 Amarasi Selatan, Kabupaten Kupang, dihubungi pada Minggu (12/9/2021), mengatakan, sudah memulai pembelajaran tatap muka sejak sebulan terakhir. Setiap hari, guru hadir ke sekolah. Siswa juga diminta datang sesuai dengan rombongan belajar yang ditentukan.
”Selama lebih dari satu tahun terasa kejenuhan belajar dari rumah. Selain itu, belajar dari rumah dianggap tidak efektif sama sekali. Oleh karena itu, kami putuskan tatap muka. Ini juga melihat kondisi daerah kami yang kini zona hijau,” kata Thomas.
Sebelumnya, siswa hanya datang ke sekolah untuk mengambil dan mengumpulkan tugas. Pembelajaran tidak bisa dilakukan secara daring lantaran sulit jaringan internet. Selain itu, tidak semua siswa memiliki telepon pintar. Padahal, sekolah itu hanya berjarak lebih kurang 90 kilometer dari Kota Kupang.
Sistem pembelajaran yang diterapkan saat ini, lanjut Thomas, dibagi dua sesi, yakni pagi dan siang hari. Jumlah siswa di sekolah itu 180 orang. ”Kelas yang pekan ini belajar pagi, pekan depan belajar siang. Semua guru wajib hadir setiap hari. Sudah cukup mereka santai-santai di rumah selama ini,” katanya.
Selain pembelajaran tatap muka, kegiatan ekstrakurikuler di sekolah juga sudah dimulai. Setiap akhir pekan, mereka menggelar kelas menenun sesuai gerakan tenun masuk sekolah di NTT. Pihak sekolah melibatkan penenun setempat sebagai mentornya.
Denti Anunut, guru di SMK Negeri 1 Amabi Oefeto Timur juga menuturkan, pembelajaran tatap muka di sekolah sudah mulai berlangsung. Para siswa kebanyakan berasal dari kampung-kampung yang jauh, bahkan dari kabupaten tetangga. Selama pandemi, mereka pulang kampung. Sebagian dari mereka bahkan tanpa kabar.
Menurut dia, pihak sekolah menyurati mereka untuk datang ke sekolah dan tinggal di asrama sekolah. Para guru yang sempat tinggal di kota atau pulang kampung juga diminta ke sekolah.
”Kalau pembelajaran jarak jauh ini terlalu lama, sekolah bisa ditinggal pergi. Kami sudah mulai tatap muka sebab di sini zona hijau,” ujarnya.
Sementara itu, Carles, siswa di salah satu SMA di Kabupaten Timor Tengah Utara, sempat menjadi buruh bangunan di Kota Kupang saat pembelajaran jarak jauh. Ia mengatakan, baru akan pulang setelah sekolah mulai pembelajaran tatap muka. Ia kecewa lantaran dalam satu pekan, belajar di sekolah hanya satu kali.
”Sementara uang sekolah bayar terus tiap bulan,” katanya.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur Linus Lusi mendukung belajar tatap muka di sekolah pedalaman dengan catatan sekolah itu ada di zona hijau. Ia meminta agar protokol kesehatan harus dijaga ketat. Sekolah harus berkoordinasi dengan Satgas Covid-19 setempat.
"Sejauh ini, belum ada laporan terjadinya penularan kasus Covid-19 di sekolah-sekolah pedalaman,” ujarnya.