Misteri Masih Selimuti Penyebab Kematian Tiga Bocah Bersaudara di Solok Selatan
Kematian tiga saudara di Solok, Sumatera Barat, belum terpecahkan. Pemeriksaan menjadi sulit karena orangtua korban tidak bersedia jenazah anaknya diotopsi.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Penyebab kematian tiga bocah kakak beradik di Solok Selatan, Sumatera Barat, masih menyisakan misteri. Sampel makanan yang awalnya dicurigai sebagai pemicu ketiganya keracunan dinyatakan bebas arsenik dan sianida. Pemeriksaan menjadi sulit karena orangtua korban tidak bersedia jenazah anaknya diotopsi.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Solok Selatan Ajun Komisaris Dwi Purwanto, Minggu (5/9/2021), mengatakan, polisi sudah menerima hasil pemeriksaan sampel makanan dari Balai Besar POM Padang, Sabtu (4/9/2021). Hasilnya tidak ditemukan kandungan arsenik dan sianida dari makanan yang diduga penyebab keracunan.
”Kami masih mendalami kasus ini. Dengan hasil pemeriksaan BBPOM makanan tidak mengandung racun, kami pertajam lagi penyelidikan. Anak ini meninggal kenapa? Keracunan atau diracun dan sebagainya. Ada unsur pidana atau tidak?” kata Dwi ketika dihubungi dari Padang, Minggu.
Ketiga korban, Dafa Saputra (8), Muhammad Fadil (6), dan Muhammad Hafis (2,5), meninggal pada Sabtu (28/8/2021) dan Minggu (29/8/2021). Sebelum meninggal, mereka mengalami gejala mirip keracunan di kediamannya di Nagari Pasir Talang Selatan, Kecamatan Sungai Pagu. Korban dilarikan ke RSUD Solok Selatan tetapi tidak tertolong.
Dwi menerangkan, pada Sabtu pukul 19.00, anak pertama jatuh di dekat mobil sekitar rumah dan muntah darah. Waktu itu orangtuanya baru kembali dari Bukittinggi.
Korban langsung dilarikan ke RSUD. Tak berselang lama, anak kedua dan ketiga juga mengalami gejala serupa. Anak pertama dan kedua meninggal pada hari itu. Sementara anak ketiga sempat kritis, tetapi kemudian meninggal pada Minggu malam.
Dugaan awal, anak-anak tersebut meninggal akibat keracunan makanan. Alasannya, ditemukan bungkus makanan kemasan di sekitar lokasi kejadian. Namun, dengan keluarnya hasil pemeriksaan BBPOM, dugaan itu tidak terbukti. Polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memasang garis polisi di rumah korban.
”Ketiga anak ini diduga keracunan habis makan kue (makanan kemasan). Di sekitar lokasi, ada (bungkus) makanan. Kami terus mendalami, apakah kue itu memang ada di tempat atau sengaja diletakkan di sana supaya petugas berpikiran ini keracunan. Ini sedang kami dalami,” ujar Dwi.
Dwi melanjutkan, penyelidik relatif mengalami kebuntuan dalam kasus ini karena korban tidak diotopsi untuk visum forensik. Orangtua korban menolak upaya otopsi dan segera menguburkan jenazah.
”Kalau diotopsi, pasti tahu, ini meninggal kena racun atau diracun, dan lain sebagainya. Namun, orangtuanya bersikeras tidak mau diotopsi dan jenazah dimakamkan di daerah Surian,” ujar Dwi.
Walakin, polisi terus berupaya mengungkap penyebab kematian tiga korban yang terjadi dalam waktu berdekatan ini. Sejauh ini, kata Dwi, penyelidik telah memeriksa 3-4 saksi, termasuk orangtua korban dan tetangga. Polres juga meminta polsek untuk mengawasi agar TKP tidak rusak. Tim Inafis juga terus mengumpulkan barang yang dicurigai sebagai racun.
Sampel makanan
Kepala BBPOM Padang Firdaus Umar mengatakan, timnya turun ke lokasi bersama petugas Dinas Kesehatan Solok Selatan pada Selasa (31/8/2021). Petugas mengumpulkan informasi dari ibu korban, pemilik warung, dan tetangga tentang makanan yang dikonsumsi korban.
Makanan yang dicurigai adalah makanan kemasan dan kerupuk Palembang. Namun, ibu korban juga memakan makanan tersebut dan tidak ada masalah, begitu pula anak tetangga dan anak pemilik warung.
BBPOM mengambil sampel makanan tersebut dari tempat lain dengan kode produksi sama di sekitar lingkungan itu. Alasannya, di rumah dan warung tempat makanan dibeli korban itu sudah habis.
Selain makanan kemasan dan kerupuk Palembang, kata Firdaus, tim juga menemukan ada tempat pengeringan kerupuk ubi di sekitar lokasi. Tim turut mengambil sampel kerupuk ubi mentah ini karena ubi juga punya kandungan sianida. Jadi, ada tiga jenis sampel makanan yang diperiksa, yaitu makanan kemasan, kerupuk palembang, dan kerupuk ubi mentah.
”Rabu (1/9/2021) kami uji kandungan arsenik dan sianida dalam sampel tersebut. Hasilnya negatif, tidak kami temukan arsenik dan sianida. Dari kesimpulan awal, karena makanan itu juga dimakan orang lain dan tidak ada masalah, kecil kemungkinan (korban keracunan) dari makanan. Kemudian, ini terbukti dari hasil uji,” kata Firdaus.
Sementara itu, Kepala Dinkes Solok Selatan Novirman mengatakan, awalnya ketiga korban memang diduga keracunan makanan. Namun, dari informasi direktur RSUD dan tim survei dinkes bersama Puskesmas Muaralabuh, tidak ada tanda-tanda korban keracunan makanan, seperti mulut berbusa.
”Berdasarkan visum luar, tanda-tandanya hanya kejang-kejang dan sepsis atau kebiru-biruan di tubuh. Kami juga dapat laporan korban muntah darah. Namun, dari hasil analisis, tidak ada tanda-tanda keracunan makanan,” kata Novirman.
Novirman melanjutkan, untuk memastikan penyebab kematian korban perlu dilakukan bedah otopsi mayat untuk visum forensik. Sayangnya, keluarga korban tidak bersedia. Namun, tim dinkes masih berupaya mengumpulkan informasi penyebab kematian korban.
Selain dugaan awal keracunan makanan, Novirman mengatakan, ada pula dugaan anak-anak tersebut keracunan pupuk. Sebab, rumah korban berdekatan dengan gudang pupuk di Pasar Baru, Muaralabuh.
”Anak usia paling besar mungkin menemukan sesuatu, termakan atau lain sebagainya (oleh ketiga kakak beradik itu) karena orangtuanya tidak di rumah saat itu. Itu baru dugaan sementara. Belum ditemukan tanda-tanda demikian, tetapi kemungkinannya ada. Kalau dari penyakit, saya kira tidak karena sakitnya berbarengan,” kata ujar Novirman.