228 Kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Cirebon Belum Dilaporkan
Data kematian sangat penting sebagai bahan kebijakan dan evaluasi penanganan pandemi Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·2 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Sebanyak 228 jumlah kematian akibat Covid-19 di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, belum dilaporkan karena permasalahan input data. Pemerintah Kabupaten Cirebon berjanji mengunggah data riil kematian akibat Covid-19 beberapa hari ke depan.
Data yang tidak diperbarui itu tampak dalam Data Pusat dan Informasi Covid-19 Kabupaten Cirebon. Saat diakses pada Sabtu (4/9/2021) pagi, data yang dipublikasikan masih tertanggal 1 September, Rabu lalu. Padahal, portal tersebut sebelumnya menyajikan data terbaru.
Dalam laman tersebut, jumlah kematian tercatat 876 orang atau 3,6 persen dari total kasus konfirmasi sebanyak 24.132 orang. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan persentase kematian nasional, yakni 3,3 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengakui belum memasukkan semua data kematian ke National All Record Kementerian Kesehatan. ”Untuk data delay (tertunda) ini, masih ada 228, yang tadinya 387 angka kematian,” katanya.
Pihaknya tengah berkoordinasi dengan forum komunikasi pimpinan daerah setempat untuk membahas perbaikan data kematian beberapa hari ke depan. ”Ini bukan hanya Cirebon saja, tetapi secara nasional,” ucapnya.
Pemerintah sempat tidak memakai data kematian sebagai indikator pengendalian pandemi di Indonesia. Data tersebut dinilai tidak akurat karena pelaporannya merupakan akumulasi data beberapa pekan sebelumnya. Saat itu. pembenahan data ditargetkan tuntas dua pekan (Kompas, 12/8/2021).
Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Rahmat Sutrisno mengatakan, jika 228 data kematian diunggah sekaligus, indikator risiko penyebaran kasus Covid-19 di Cirebon bisa meningkat. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Cirebon akan naik dari dari level 3 saat ini menjadi level 4. Padahal, tren penurunan kasus terus terjadi di Cirebon.
Saat ini, jumlah pasien Covid-19 yang menjalani isolasi di Cirebon sebanyak 107 orang. Pada Juli lalu, kasus terkonfirmasi positif aktif bisa mencapai lebih dari 1.000 orang.
Meski demikian, Rahmat meminta dinkes setempat melaporkan data kematian yang tertunda. ”Tetapi, nanti dibuatkan kolom khusus dan keterangan bahwa jumlah kematian itu karena cleansing (pembersihan) data, bukan data saat ini,” ujarnya.
Persoalan data kematian, menurut sukarelawan data LaporCovid-19, Said Fariz Hibban, sudah terjadi sejak awal pandemi. Buktinya, terjadi selisih (gap) data antara pemerintah daerah dan pusat. Pada awal Agustus, tim LaporCovid-19 mencatat ada lebih dari 19.000 kematian yang sudah dilaporkan oleh pemerintah kabupaten/kota, tetapi tidak tercatat di pusat.
Angka tersebut belum termasuk jumlah kematian saat pasien menjalani isolasi mandiri. Pihaknya mencatat sedikitnya 3.007 warga meninggal di luar rumah sakit sejak Juni hingga awal Agustus. ”Data ini harus dibenahi. Penanganan pandemi yang baik harus berdasarkan data yang baik,” katanya.
Data ini harus dibenahi. Penanganan pandemi yang baik harus berdasarkan data yang baik.