Banyumas Masuk Level 3, Kepatuhan Protokol Kesehatan Tetap Utama
Kabupaten Banyumas di Jawa Tengah telah memasuki level 3 penanganan Covid-19. Protokol kesehatan tetap wajib dipatuhi dan vaksinasi perlu diakselerasi supaya kasus tidak lagi melonjak.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURWOKERTO, KOMPAS — Kementerian Dalam Negeri menetapkan status penanganan Covid-19 di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, turun peringkat dari level IV menjadi level III. Sejumlah detail pelonggaran sedang diatur Pemerintah Kabupaten Banyumas. Namun, kepatuhan terhadap protokol kesehatan wajib tetap diterapkan agar kasus tidak kembali melonjak.
”Sesuai Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2021 tentang PPKM yang tadi (Senin) malam diterbitkan, alhamdulillah Banyumas sudah masuk level III. Artinya, ada beberapa kelonggaran kegiatan yang bisa dilaksanakan masyarakat,” kata Bupati Banyumas Achmad Husein lewat video yang diunggah di akun Instagram-nya, Selasa (31/8/2021).
Husein menyampaikan, pemerintah daerah masih butuh waktu 2-3 hari untuk menyusun detail pelonggaran kegiatan. Kegiatan yang hendak dimulai adalah pelaksanaan pembelajaran tatap muka dengan kapasitas 50 persen. Pelaksanaan akan dilakukan bertahap sesuai pantauan serta izin dinas pendidikan dan dengan penerapan protokol kesehatan ketat.
”Kemudian kegiatan makan-minum di rumah makan itu sudah dapat dilakukan dengan kapasitas 50 persen sampai dengan pukul 21.00. Mal juga begitu, 50 persen, buka sampai pukul 21.00 dan rumah ibadah juga kapasitas 50 persen,” tutur Husein.
Namun, menurut Husein, kegiatan kesenian yang menimbulkan kerumunan masih tidak boleh dilakukan. Pelaksanaan olahraga di tempat terbuka diperbolehkan dengan memperhatikan kapasitas 50 persen. Adapun resepsi pernikahan bisa dilakukan dengan maksimal 20 undangan dan tidak boleh mengadakan makan-minum di tempat.
Secara khusus, Husein meminta masyarakat tidak larut dalam euforia pelonggaran ini. ”Ini sudah membaik, tapi jangan euforia. Kita harus tetap hati-hati, waspada, jaga diri masing-masing,” ujarnya.
Ini sudah membaik, tapi jangan euforia. Kita harus tetap hati-hati, waspada, jaga diri masing-masing. (Achmad Husein)
Secara terpisah, ahli epidemiologi lapangan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Yudhi Wibowo, menyampaikan, apa yang sudah diatur dalam Inmendagri sudah sangat detail dan masyarakat tetap perlu mematuhinya supaya kasus tidak melonjak lagi.
”Misalnya, aturan tentang usia di bawah 12 tahun tidak ke mal, ya, itu diikuti saja karena memang pelevelan itu sudah cukup detail rambu-rambunya. Tetap waspada dan pelonggarannya tidak sekaligus, tapi bertahap dan harapannya kasus tidak lagi melonjak,” ujar Yudhi.
Yudhi kembali menegaskan pesan Presiden Joko Widodo yang meminta masyarakat untuk segera vaksin terutama berusia 12 tahun ke atas serta tetap patuh protokol kesehatan. ”Sudah terbukti negara lain yang cakupan vaksinnya tinggi, seperti Amerika Serikat, Israel, Inggris, tetap terjadi lonjakan kasus setelah ada pelonggaran. Jadi berkaca dari itu, kita mengulang kesalahan yang sama dari negara itu. Prokes harus tetap ketat dan vaksin diakselerasi,” paparnya.
Yudhi juga menggarisbawahi kritikan WHO terhadap kebijakan vaksin dosis ketiga karena dikhawatirkan melahirkan varian baru. WHO berharap negara-negara dengan cakupan vaksinasi belum maksimal, atau kebanyakan belum menerima minimal dua kali dosis, mesti dipercepat dulu. Jangan terburu-buru memberi vaksin dosis ketiga.
”Tapi, karena sudah jadi kebijakan (vaksin dosis ketiga), ya, sudah. Memberikan masukan, kan, boleh saja,” ungkap dia.
Yudhi mengatakan, berdasarkan data yang di level Pemkab Banyumas maupun nasional diperkirakan Covid-19 ini akan menjadi endemik atau bahkan hiperendemi. ”Ada kecenderungan kasus Covid-19 itu kondisinya akan dalam sisi endemik, artinya akan selalu ada. Bahkan, diperkirakan hiperendemi atau kasusnya lebih tinggi di atas endemi. Hiperendemi ini kasusnya selalu ada dan cenderung tinggi,” paparnya.
Kasus kesehatan yang disebut endemi, menurut Yudhi, seperti demam berdarah yang akan selalu ada di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan persiapan adaptasi kebiasaan baru di setiap sektor untuk hidup berdampingan dengan Covid-19. Misalnya, syarat vaksinasi di semua sektor dan protokol kesehatan mesti terus dilakukan.
”Isu-isu munculnya varian baru sudah ada. Sudah ada Delta plus, ada lagi varian baru di atas Delta plus. Jadi kita semua harus bersiap hidup berdampingan dengan Covid-19,” kata Yudhi.
Ia juga kembali menegaskan, belum ada ahli yang bisa menjawab pertanyaan kapan Covid-19 ini akan selesai. Cakupan vaksin yang tinggi diharapkan bisa menekan fatalitas dampaknya.