Minangkabau Kehilangan Penyanyi Legendaris Elly Kasim
Elly Kasim adalah bagian dari proses sejarah kebangkitan Minangkabau, terutama tahun 1980-an. Pasca-PRRI, Minangkabau mengalami krisis luar biasa.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Masyarakat Minangkabau merasa kehilangan dengan wafatnya penyanyi legendaris Elly Kasim, Rabu (25/8/2021), di Jakarta. Para budayawan di ranah Minang menilai Elly berjasa dalam memperkenalkan lagu-lagu Minangkabau hingga di kancah nasional dan mancanegara.
Elly Kasim meninggal dunia dalam usia 76 tahun di Rumah Sakit MMC Kuningan, Jakarta. Ia lahir di Tiku, Tanjung Mutiara, Agam, Sumbar, pada 27 September 1944.
Budayawan Hasril Chaniago, Rabu (25/8/2021), mengatakan, masyarakat Minangkabau merasa kehilangan dengan kepergian Elly. Meminjam kutipan Mohammad Hatta kepada Agus Salim, Hasril mengatakan, ”Elly Kasim satu orang yang dilahirkan hanya dalam satu abad. Susah mencari tandingannya.”
Hasril menjelaskan, meskipun lahir di Tiku, Agam, Sumbar, Elly Kasim tidak pernah benar-benar tinggal di Sumbar. Masa remaja banyak dilalui pelantun lagu ”Ayam Den Lapeh” ini di Pekanbaru, Riau, kemudian pindah dan berkarier di Jakarta.
Pada masa eranya tahun 1960-1980-an, Elly mampu mengangkat lagu-lagu Minangkabau menjadi sangat dikenal di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke Malaysia. ”Beliau diberikan anugerah suara yang istimewa. Beliau berjasa besar mengangkat lagu-lagu Minang menjadi sangat dikenal,” ujar jurnalis senior ini.
Selain itu, kata Hasril, Elly selama 60-an tahun berkarier sangat produktif. Sepanjang kariernya di dunia musik Minang, ia sudah melahirkan 100 album solo. Lagu yang banyak ia nyanyikan dan ia populerkan, antara lain, diciptakan oleh Syahrul Tarun Yusuf, Nuskan Sjarif, dan Masrul Mamuja.
Sementara itu, budayawan Edy Utama mengatakan, Elly Kasim adalah bagian dari proses sejarah kebangkitan Minangkabau, terutama tahun 1980-an. Pasca-PRRI, Minangkabau mengalami krisis luar biasa. ”Orang Minangkabau saat itu kehilangan kepercayaan diri dan malu mengaku orang Minang. Elly Kasim melalui lagu-lagunya membangkitkan kembali gairah dan kepercayaan diri orang Minangkabau,” ujarnya.
Elly adalah penyanyi lintas zaman. Almarhum bisa melewati dan bertahan di tengah perubahan zaman di beberapa generasi tanpa berkurangnya cara penerimaan masyarakat. ”Eksistensi Elly Kasim sebagai seniman terus bertahan dari berbagai perubahan generasi dan zaman,” kata Edy.
Menurut Edy, Elly muncul tahun 1960-an di saat sebagian besar orang Minangkabau masih takut dengan identitas keminangannya pasca-PRRI. Pada tahun 1970-an, saat generasi dalam proses mencari Minangkabau yang baru usai PRRI, Elly terus berkiprah.
Elly Kasim melalui lagu-lagunya membangkitkan kembali gairah dan kepercayaan diri orang Minangkabau.
”Tahun 1980-an, masyarakat Minangkabau mendapatkan kembali ’kepercayaan dirinya’ ketika pemerintah pusat memberinya penghargaan,” ujarnya. Kemudian, pada tahun 1990-an, menjelang reformasi, ketika generasi Minangkabau menghadapi modernisasi luar biasa, karya Elly masih bisa diterima masyarakat. Begitu pula pascareformasi, Elly Kasim masih digandrungi.
Salah satu keistimewaan Elly, menurut Edy, adalah suara dan penghayatannya yang luar biasa saat bernyanyi. Elly bisa mengungkapkan rasa keminangkabauan melalui nyanyian yang sangat pas dengan perasaan dan hati nurani masyarakat Minangkabau.
Sementara itu, pencipta lagu Minang, Agusli Taher, mengaku, ia kehilangan sosok luar biasa dengan wafatnya Elly Kasim. Elly merupakan sosok teladan bagi seniman. ”Ia memosisikan diri sebagai seniman terhormat. Tidak hanya diapresiasi oleh seniman muda, tetapi ia juga disegani dan dihormati kalangan pejabat. Kadang seniman tidak dianggap apa-apa oleh orang. Namun, Ni Elly mengatakan, ’Seniman pun adalah warga terhormat’,” kata Agus.
Penulis buku Perjalanan Panjang Musik Minang Modern ini melanjutkan, keunggulan Elly, selain suaranya yang indah, ia punya teknik dan penghayatan yang bagus dalam bernyanyi. Elly bisa memberikan rasa pada lagu.
”Lagu ’Lamang Tapai’ atau ’Bareh Solok’ tidak akan menjadi luar biasa bila tidak dibawakan oleh Uni Elly Kasim. Lagu-lagu ciptaan Uda Nuskan (Sjarif) bila dibawakan orang lain ketika itu semacam biasa-biasa saja. Paling ’Kumbang Cari’ dan ’Diak Kanduang’, itu iramanya memang enak. Lagu-lagu cepat dan lagu-lagu sedih, itu hidupnya di tangan Uni Elly,” tuturnya.
Agus menambahkan, selain mengangkat popularitas lagu-lagu Minang, Elly turut membesarkan para pencipta lagu. Beberapa pencipta lagu terkenal yang ia besarkan adalah Syahrul Tarun Yusuf dan Masril Mamuja.