Keterlambatan Vaksinasi Dosis Kedua Berpotensi Kurangi Efektivitas
Sebagian warga di Kota Surakarta, Jateng, yang mengikuti vaksinasi jalur TNI kembali mengalami penundaan penyuntikan vaksin Sinovac dosis kedua. Keterlambatan pemberian vaksin kedua bakal mengurangi efektivitas vaksin.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Sebagian masyarakat di Kota Surakarta, Jawa Tengah, yang mengikuti vaksinasi dari jalur TNI kembali mengalami penundaan penyuntikan vaksin Sinovac dosis kedua karena stok habis. Epidemiolog menilai, keterlambatan pemberian vaksin kedua bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Hal ini ditemukan pada sejumlah warga yang akan mengikuti vaksinasi dosis kedua di Graha Saba Buana, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (25/8/2021). Di pintu masuk terdapat tulisan ”Vaksinasi AstraZeneca”. Ada sebagian warga yang mengurungkan niatnya memasuki gedung setelah melihat tulisan itu.
Ternyata, mereka adalah calon penerima vaksin dosis kedua yang sebelumnya disuntik dengan produk Sinovac. Ada yang bertahan di luar gedung dengan wajah kebingungan. Beberapa di antaranya menanyakan langsung kepada petugas mengenai kejelasan jadwal penyuntikan dosis kedua dengan produk Sinovac.
Penundaan penyuntikan dosis kedua salah satunya dialami oleh Iin Karlina (43), warga Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Ia menerima vaksin dosis pertama pada 21 Juli 2021 di Balai Kota Surakarta. Menurut jadwal yang diterimanya lewat pesan singkat, vaksin dosis kedua seharusnya diberikan pada 18 Agustus 2021. Namun, hingga 25 Agustus 2021, ia tak kunjung disuntik vaksin dosis kedua.
”Dari tanggal 18 Agustus 2021 sudah diundur ke tanggal 21 Agustus 2021. Terus diundur lagi jadi tanggal 23 Agustus 2021. Sekarang, saya datang tanggal 25 Agustus 2021 juga masih akan diundur lagi,” keluh Iin, ditemui di lokasi vaksinasi.
Iin mengaku kecewa jadwal vaksinnya harus diundur beberapa kali. Terlebih, ia tidak mendapatkan kepastian waktu mendapat suntikan vaksin dosis kedua. Menurut informasi dari petugas, ia nanti bakal diberi tahu lebih lanjut terkait jadwal penyuntikan oleh bintara pembina desa (babinsa) setempat. Namun, hal itu diragukannya. Sebab, nomor kontak babinsa pun tak dimilikinya.
Pengalaman serupa dialami Yuni (36), warga Kelurahan Pucangsawit, Kecamatan Jebres. Vaksinasi dosis pertama diterimanya 23 Juli 2021. Menurut jadwal, ia seharusnya menerima vaksinasi dosis kedua pada 20 Agustus 2021.
”Saya dapat SMS disuruh ke sini lagi 20 Agustus 2021. Saya ke sini, tetapi stoknya kosong. Ini sudah bolak-balik dua kali ke sini, stoknya juga kosong terus,” kata Yuni.
Yuni menyatakan, menurut penjelasan petugas, ia diminta datang kembali ke lokasi vaksinasi empat hari kemudian. Namun, kejelasan penyuntikan vaksin dosis kedua belum diperolehnya. Pihaknya diminta menanyakan informasi lebih lanjut ke babinsa setempat.
Dihubungi terpisah, Komandan Resor Militer 074 Warastratama Kolonel (Inf) Deddy Suryadi mengatakan, stok vaksin Sinovac memang terbatas. Kata dia, banyak daerah lain yang juga mengalami kekurangan stok vaksin jenis tersebut. Ia mengungkapkan, stok vaksin tambahan bakal datang dalam waktu dekat.
”Sinovac sudah jelas dalam waktu dekat akan datang. Masyarakat tidak perlu khawatir. Bersabar saja. Tidak akan lama ini. Menurut informasi yang saya terima, ini sudah ada (stok vaksinnya),” kata Deddy.
TNI mendapat instruksi untuk terus menggencarkan vaksinasi. Untuk itu, stok vaksin yang ada dioptimalkan guna memperluas sasaran penerima vaksinasi dosis pertama.
Deddy menyampaikan, pihaknya mendapat instruksi untuk terus menggencarkan vaksinasi. Untuk itu, stok vaksin yang ada dioptimalkan guna memperluas sasaran penerima vaksinasi dosis pertama. Stok vaksin yang sulit diperoleh sewaktu-waktu menjadi kendala penjangkauan vaksinasi tersebut.
”Dari pemerintah itu memang tidak boleh menstok vaksin. Makanya, dihajar saja. Jadi, kami terus melakukan vaksinasi setiap hari. Vaksin yang ada apa dihabiskan setiap hari. Yang penting masyarakat tervaksin dulu. Cuma, di sana ada banyak yang perlu dikoordinasikan. Tidak semudah beli barang yang langsung datang,” kata Deddy.
Ditemui terpisah, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka tak memungkiri keterlambatan pasokan vaksin beberapa kali terjadi. Terkadang, jumlah vaksin yang diajukan tidak sesuai dengan yang diterima. Namun, pihaknya memastikan semua masyarakat akan tetap divaksinasi.
Gibran menuturkan, saat ini stok vaksin yang dimiliki Pemerintah Kota Surakarta adalah Moderna dan Sinovac. Meski demikian, pihaknya tidak bisa membagikan sebagian dosis vaksin Sinovac yang dimiliki untuk pelaksanaan vaksinasi Covid-19 dari jalur TNI. Ia sudah mengalokasikan agar penerima dosis pertama tetap bisa disuntik dosis kedua sesuai interval waktu yang berlaku.
”Stok dari Pemkot Surakarta sudah ada alokasinya. Kami pastikan juga barangnya (vaksin) tidak terlambat untuk dosis kedua,” kata Gibran.
Mengurangi efektivitas
Tonang Dwi Ardyanto, ahli patologi klinik dari Universitas Sebelas Maret, Surakarta, menjelaskan, vaksin kedua hendaknya diberikan sesuai jadwal. Jika terpaksa mundur, harus sesegera mungkin disuntikkan. Keterlambatan penyuntikan dosis kedua dalam jangka waktu lama berpotensi mengurangi efektivitas vaksin.
”Efektivitas berisiko menurun. Perlu waktu lagi untuk memicu antibodi bisa meningkat tinggi. Bukan tidak ada manfaatnya, hanya berkurang,” kata Tonang.
Lebih lanjut, Tonang menjelaskan, dalam pelaksanaan vaksinasi, komando utama harus ada di Kementerian Kesehatan. Selanjutnya, pelaksanaan dan perencanaan vaksinasi di daerah berada di kendali masing-masing dinas. Aparat pemerintah lainnya, seperti TNI, hendaknya sekadar bertugas memberikan bantuan.
”Jadi, terpusat perencanaan dan penahapannya. Tidak berpegang pada sentra-sentra dadakan,” kata Tonang.
Dihubungi terpisah, Riris Andono Ahmad, pakar epidemiologi dari UGM, menuturkan, vaksinasi dosis pertama dan kedua perlu diberikan dalam interval waktu yang direkomendasikan. Tujuannya agar efek vaksin bisa lebih optimal.
Untuk itu, kata Riris, perlu perencanaan matang dalam menjangkau sasaran vaksinasi. Penghitungan interval pemberian vaksin antara dosis pertama dan dosis kedua harus menjadi pertimbangan utama. Perluasan sasaran vaksin hendaknya menyesuaikan dengan kecukupan vaksin bagi penyuntikan dosis kedua. Jangan sampai pelaksanaan penyuntikan dosis kedua punya selisih waktu yang terlalu panjang dengan dosis pertama.