Nekat Gelar Tatap Muka, Warga Satu Sekolah di Surakarta Dites Antigen
Pemerintah Kota Surakarta masih menemukan sekolah yang nekat menggelar pertemuan tatap muka bagi siswanya di tengah masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4. Semua warga sekolah dites antigen.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kota Surakarta masih menemukan sekolah yang nekat menggelar pertemuan tatap muka bagi siswanya di tengah masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4. Kegiatan itu bertentangan dengan peraturan. Semua warga yang datang ke sekolah saat itu pun diminta menjalani tes antigen Covid-19.
Pertemuan tatap muka itu diketahui dari inspeksi mendadak Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka ke SMP Al Irsyad, Kota Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (24/8/2021). Ia didampingi Kepala Kepolisian Sektor Pasar Kliwon Ajun Komisaris Achmad Riedwan Prevoost. Selanjutnya, ia langsung meminta semua warga sekolah yang hadir pada hari itu dites antigen. ”Semua siswa dan guru saya minta di-swab semua sebelum pulang,” katanya.
Tes antigen dilakukan terhadap 79 orang. Sebanyak 50 orang di antaranya merupakan murid yang hadir dalam pertemuan tatap muka. Lalu, 29 orang lainnya terdiri dari guru dan karyawan. Hasil tes antigen semua warga sekolah menunjukkan negatif Covid-19.
Beberapa hari sebelumnya, SMK Batik 2 Surakarta sempat diberi teguran karena berencana menggelar pertemuan tatap muka di masa PPKM level 4. Bentuk teguran dilayangkan dengan aksi simbolis pemarkiran mobil dinas Gibran di depan sekolah. Setelahnya, pihak sekolah membatalkan rencana pembelajaran tatap muka.
”Saya berharap SMK itu menjadi percontohan dan shock therapy. Tetapi, masih ada yang ngeyel,” kata Gibran.
Gibran menyebut sudah mengetahui sejumlah sekolah lain diam-diam menggelar pertemuan tatap muka. Ia enggan membocorkan mana saja sekolah yang nekat mengadakan kegiatan tersebut.
Gibran menyebut sudah mengetahui sejumlah sekolah lain diam-diam menggelar pertemuan tatap muka. Ia enggan membocorkan mana saja sekolah yang nekat mengadakan kegiatan tersebut.
Terkait mobil dinas yang diparkirkan di SMK Batik 2 Surakarta, menurut Gibran, ada kemungkinan tak akan diambil. Namun, bisa saja ditempatkan di sekolah-sekolah lain yang melanggar ketentuan pembatasan kegiatan masyarakat.
Selain itu, Gibran mengungkapkan, pihaknya memahami banyak orangtua, guru, dan siswa yang sudah tidak sabar mengikuti pembelajaran tatap muka. Ia meminta semua pihak bersabar. Saat ini, ia tengah fokus untuk memvaksinasi para pelajar agar semakin terlindungi dari penularan Covid-19.
”Anak-anak harus diprioritaskan. Harus kita lindungi. Jadi, jangan langsung dimasukkan sekolah. Kalau kenapa-kenapa nanti kita yang rugi,” kata Gibran.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Etty Retnowati mengatakan, sekolah yang nekat menggelar tatap muka dianggap melanggar peraturan PPKM level 4. Pelaksanaan kegiatan juga dilakukan tanpa koordinasi dengan pemerintah. Pihaknya juga mengaku sudah mengingatkan kepala sekolah.
”Tidak ada konsultasi ke dinas. Sebenarnya kepala sekolah sudah diingatkan dan sudah dibatalkan. Ternyata, hari ini masih ada yang ke sekolah,” kata Etty.
Etty membenarkan informasi ada sejumlah sekolah yang masih nekat menggelar pembelajaran tatap muka. Namun, pihaknya tak merinci berapa jumlah sekolah tersebut. Ada yang tingkatnya masih taman kanak-kanak, ada pula yang masih sekolah dasar. Namun, semua sekolah itu terdiri atas sekolah swasta.
”Tidak banyak jumlahnya. Semuanya swasta. Tindakan lanjutannya saya minta buat (pembelajaran tatap muka) dihentikan. Tunggu sampai nanti (PPKM) level 3. Sekolah-sekolah mohon taati aturan,” ujar Etty.
Saya agak takut-takut juga mengadakan ini. Tetapi, sebagian orangtua memang meminta tatap muka. (Arif Budi Santoso)
Sementara itu, Kepala SMP Al Irsyad Arif Budi Santoso mengaku, pertemuan tatap muka baru digelarnya sekali saja. Pertemuan kali ini untuk mengecek hafalan pembacaan Al Quran dari para siswa. Kegiatan pun hanya diikuti siswa kelas VII dan VIII. Ia mengaku kegiatan tatap muka didasari desakan orangtua siswa.
”Satu tahun ini kami daring. Lalu, ada kekhawatiran kemampuan hafalan (Quran) siswa menurun. Saya agak takut-takut juga mengadakan ini. Tetapi, sebagian orangtua memang meminta tatap muka,” kata Arif.