Simulasi Pembukaan Wisata Guci Tanpa Pengunjung, Pedagang di Tegal Merugi
Simulasi pembukaan obyek wisata Pemandian Air Panas Guci di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, tidak jadi melibatkan pengunjung. Hal itu disesalkan sejumlah pedagang yang telanjur membuka lapak.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Simulasi pembukaan Tempat Pemandian Air Panas Guci di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, digelar Senin (23/8/2021), tanpa melibatkan pengunjung. Hal itu karena pemerintah setempat belum mendapatkan izin Menteri Dalam Negeri. Akibatnya, puluhan pedagang yang telanjur membuka lapaknya merugi.
Pekan lalu, para pelaku wisata mendapatkan pemberitahuan terkait digelarnya simulasi pembukaan Tempat Pemandian Air Panas Guci pada Senin pukul 07.00-17.00. Menurut informasi yang diterima dari Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Tegal, simulasi tersebut akan melibatkan pengunjung dari wilayah Kabupaten Tegal dengan jumlah maksimal 20 persen dari total kapasitas atau sekitar 300 orang.
Sejak Minggu (22/8/2021), para pelaku usaha wisata, khususnya pedagang, sudah bersiap-siap membuka lapak. Mereka juga sudah membeli (kulakan) barang yang akan dijual pada Senin. Atik (45), misalnya, membeli alpukat sebanyak 2 kuintal seharga Rp 2,5 juta.
”Saya sudah dua bulan tidak jualan, jadi antusias banget waktu dengar kabar mau ada simulasi, sampai pinjam uang untuk kulakan. Eh, lha kok malah tidak ada pengunjungnya seperti ini. Kalau begini, saya jadi bingung mau bagaimana karena alpukat ini kalau enggak segera dikonsumsi akan busuk,” tutur Atik saat ditemui di lapaknya, Senin siang.
Keluhan serupa diungkapkan Siti Barokah (48), penjual bakso dan mi ayam. Siti terpaksa membongkar celengannya untuk modal berjualan. Sayang, hingga lewat tengah hari, belum ada satu pun pembeli yang datang. Ia akhirnya memutuskan menutup warung dan berencana membagikan dagangannya itu kepada saudara serta tetangga.
”Dari (membongkar) celengan dapat Rp 500.000, saya pakai untuk kulakan. Ikhtiar, bantu-bantu suami bayar cicilan utang di bank yang sudah menunggak tiga bulan. Setiap satu bulan, harus bayar cicilan utang sebesar Rp 1,3 juta,” tuturnya.
Selama obyek wisata ditutup dua bulan terakhir, Siti serta keluarganya yang selama ini menggantungkan hidup pada warung bakso dan mi ayam sulit mendapat pemasukan. Suami Siti sudah berupaya beralih menjadi buruh bangunan. Namun, jarang ada yang membutuhkan jasanya.
Kendati merugi akibat penutupan tempat wisata, Siti baru sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah, yakni pada pekan lalu. Bantuan yang diterima berupa beras sebanyak 5 kilogram. Beras itu habis dalam lima hari. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarga, Siti mengandalkan uang kiriman dari anak pertama dan keduanya yang bekerja sebagai buruh pabrik di Jakarta.
”Saya berharap Tempat Pemandian Air Panas Guci bisa segera kembali dibuka supaya kami bisa kembali mendapat pemasukan. Kalau aturannya diketatkan untuk mencegah penularan Covid-19, kami siap. Pokoknya kami siap diatur asal Guci bisa segera dibuka,” ujar Siti.
Putar balik
Tak hanya pedagang, sejumlah pengunjung juga mengaku tidak tahu bahwa simulasi tidak melibatkan pengunjung. Para pengunjung yang telanjur datang akhirnya diminta putar balik.
”Kemarin dapat informasi di media sosial, katanya Guci sudah boleh dikunjungi wisatawan. Syaratnya sudah divaksin dan warga Kabupaten Tegal, jadi kami ke sini,” kata Adi (27), pengunjung asal Kecamatan Suradadi, Kabupaten Tegal.
Dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, sejumlah pelonggaran aktivitas harus mendapat izin dari Mendagri.
Secara terpisah, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Tegal Saidno menjelaskan, sedianya sebanyak 20 persen pengunjung dari Kabupaten Tegal yang sudah divaksin atau mampu menunjukkan surat negatif tes Covid-19 akan dilibatkan dalam simulasi.
Namun, rencana itu tak bisa diwujudkan karena surat izin dari Kementerian Dalam Negeri belum turun. Menurut Saidno, dalam masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, sejumlah pelonggaran aktivitas harus mendapat izin dari Mendagri.
”Simulasi hari ini kami gelar untuk para petugas dan pengelola wisata. Harapannya, apa yang sudah disimulasikan ini bisa menjadi prosedur standar operasi (SOP) layanan di semua tempat wisata. Setelah ada izin dari Mendagri, akan ada simulasi yang diikuti pengunjung,” kata Saidno.
Simulasi yang digelar Senin siang diikuti anggota Satgas Penanganan Covid-19, anggota kepolisian dan TNI, petugas dinas kesehatan, serta sejumlah pengelola wisata. Dalam simulasi yang berlangsung sekitar 45 menit tersebut, ada sejumlah peragaan, mulai dari pengecekan asal pengunjung, pengecekan suhu tubuh, pengecekan sertifikat vaksinasi atau surat bebas Covid-19, hingga pembayaran tiket masuk menggunakan uang digital.