Mobilitas Masih Tinggi, Dua Kota di Sumsel Berpotensi Masuk PPKM Level 4
Dua kota di Sumatera Selatan, yakni Palembang dan Prabumulih, berpotensi menjadi daerah yang menerapkan PPKM level 4. Kepadatan penduduk dan mobilitas yang masih tinggi menjadi pertimbangan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Dua kota di Sumatera Selatan, yakni Palembang dan Prabumulih, berpotensi menjadi daerah yang menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat level 4 pada 24 Agustus-6 September 2021. Kepadatan penduduk dan mobilitas yang masih tinggi menjadi pertimbangan. Kebijakan ini diambil karena pelaksanaan PPKM dinilai efektif untuk menurunkan jumlah kasus positif Covid-19 di Sumsel.
Hal itu disampaikan Wakil Gubernur Sumsel Mawardi Yahya setelah mengikuti rapat koordinasi secara virtual terkait evaluasi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dan penanganan Covid-19 di luar Jawa dan Bali, Sabtu (21/8/2021), di Palembang. Dari hasil rapat itu, menurut Mawardi, disimpulkan ada dua daerah di Sumsel, yakni Palembang dan Prabumulih, berpotensi menjalani PPKM level 4.
Alasannya, jumlah penduduk di kedua kota itu padat sehingga potensi penularan masih besar. ”Memang dari hasil evaluasi, perkotaan perlu menjadi perhatian karena risiko penularan masih cukup tinggi lantaran penduduknya yang lebih padat dibandingkan kabupaten,” ujar Mawardi.
Hanya, keputusan mengenai keberlanjutan PPKM di daerah dikembalikan kepada pemerintah pusat, dalam hal ini Presiden Joko Widodo. ”Ini masih rencana, tetapi keputusan tetap di tangan Presiden,” katanya.
Kalaupun harus diterapkan, Mawardi meyakini, PPKM adalah cara yang efektif untuk menurunkan risiko penularan Covid-19. Hal ini terlihat dari penurunan kasus positif Covid-19 di Sumsel yang cukup signifikan. Kini rata-rata kasus positif per hari berjumlah 200-350 kasus, jauh lebih rendah dibandingkan bulan lalu, 600-950 kasus per hari. Bahkan, pada minggu terakhir bulan Juli, kasus positif di Sumsel pernah menyentuh 1.278 kasus per hari.
Turun
Selain itu, jumlah keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) juga menurun. Sebelum PPKM, BOR di Sumsel pernah melampaui 75 persen, sekarang turun menjadi 37 persen. Angka kematian juga menurun. Di Palembang, sebelum PPKM, angka kematian per hari bisa mencapai 19 orang, sekarang menjadi 2-4 orang per hari.
”Dengan jumlah kasus yang berkurang, diharapkan kemampuan tenaga kesehatan untuk memulihkan pasien (kasus aktif) juga bisa makin cepat,” ujar Mawardi.
Kepala Dinas Kesehatan Sumsel Lesty Nurainy menambahkan, penurunan kasus positif Covid-19 juga dapat dilihat dari perubahan status zona merah di Sumsel yang jauh berkurang dari semula 12 daerah sekarang hanya tinggal tiga daerah, yakni Musi Banyuasin, Musi Rawas, dan Ogan Komering Ilir.
Bahkan, Palembang yang semula menjadi episentrum Covid-19 di Sumsel sekarang sudah masuk zona oranye. Hal ini menandakan PPKM cukup efektif menekan penularan. Hanya saja, Lesty berharap agar masyarakat tidak lengah dan tetap menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Dengan jumlah kasus yang berkurang, diharapkan kemampuan tenaga kesehatan untuk memulihkan pasien (kasus aktif) bisa makin cepat. (Mawardi Yahya)
Agar penularan tidak menyebar, lanjut Lesty, pihaknya akan memperkuat penelusuran (tracing). Sebelumnya dari satu orang positif, kontak erat yang diperiksa hanya 4 orang, sekarang akan didorong mencapai 15 orang. Langkah ini sudah disokong dengan bantuan alat tes antigen dari pemerintah pusat sebanyak 17.000 unit.
”Semua (alat tes antigen) sudah disebar ke daerah. Harapannya, pelacakan akan lebih optimal,” ujarnya.
Tidak hanya itu, vaksinasi juga akan terus didorong walau memang sampai saat ini masih terbentur ketersediaan vaksin. Hingga saat ini baru sekitar 2 juta dosis vaksin yang diterima oleh Sumsel.
Dari jumlah tersebut, baru 1,8 juta warga Sumsel yang sudah divaksin. Ini tentu masih jauh dari target sasaran vaksinasi di Sumsel, yakni 6,4 juta orang. ”Dari perhitungan, dari total sasaran vaksinasi, yang sudah menerima dua kali penyuntikan baru sekitar 9 persen,” kata Lesty.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Fery Yanuar mengatakan, sampai saat ini penyaluran vaksin jauh dari yang diharapkan. Saat ini rata-rata vaksin yang diterima hanya sekitar 40.000 vial per bulan.
Jumlah itu tentu jauh dari yang diharapkan, yakni sekitar 150.000 vial per bulan. Jika kondisi ini terus terjadi, lanjut Fery, target kekebalan komunal pada awal 2021 kemungkinan tidak tercapai.