Angka Kematian akibat Covid-19 Tinggi, Ibu Hamil di Sumsel Divaksinasi
Vaksinasi pada ibu hamil mulai dilakukan di Sumatera Selatan, Kamis (19/8/2021). Vaksinasi ini penting karena ibu hamil adalah salah satu kelompok yang rentan tertular dengan risiko kematian tinggi.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·4 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Vaksinasi pada ibu hamil mulai dilakukan di Sumatera Selatan, Kamis (19/8/2021). Program ini dinilai penting karena ibu hamil termasuk paling rentan tertular dengan risiko kematian tinggi. Bahkan, angka kematian ibu hamil di masa pandemi meningkat hingga tiga kali lipat.
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Sumsel Yusuf Effendi, Kamis (19/8/2021), mengatakan, berdasarkan kajian Kementerian Kesehatan, risiko kematian pada ibu hamil di masa pandemi ini meningkat sampai 10 kali lipat. Hal ini juga terasa di Sumsel dengan kematian ibu hamil meningkat hingga tiga kali lipat.
Di RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH), Palembang, misalnya, sejak Januari 2021, dari 173 ibu hamil yang dirawat, 16 orang meninggal karena Covid-19. ”Jumlah ini meningkat pesat dibandingkan sebelum pandemi,” ujar Yusuf.
Karena kerentanan itulah, vaksinasi pada ibu hamil dinilai sudah sangat mendesak. ”Menyelamatkan ibu hamil berarti sudah menyelamatkan setidaknya dua nyawa,” ujar Yusuf.
Hanya saja, untuk bisa mengikuti vaksinasi, ada sejumlah persyaratan yang mesti dipenuhi, antara lain usia kandungan 13-33 minggu dan jika memiliki penyakit bawaan, kondisinya masih terkendali.
Hingga kini, lanjut Yusuf, terdata sekitar 173.513 ibu hamil di Sumsel. Idealnya, semuanya mesti divaksinasi. Namun, karena keterbatasan vaksin, hingga Oktober 2021, pihaknya menargetkan setidaknya 20.000 ibu hamil divaksin. ”Terkait kelanjutannya, sangat bergantung pada ketersediaan vaksin,” ucapnya.
Anastasia Martina (27), ibu hamil yang divaksinasi di RSMH Palembang, mengatakan, ia berinisiatif mengikuti vaksinasi Covid-19 agar kondisi janin tetap sehat sampai masa bersalin. Apalagi pada Januari 2021, dia pernah terjangkit Covid-19. ”Dengan vaksinasi ini, diharapkan imunitas saya lebih baik,” ujarnya.
Karena keterbatasan vaksin, hingga Oktober 2021, ditargetkan setidaknya 20.000 ibu hamil di Sumsel sudah divaksin.
Anastasia pun tidak ragu untuk divaksinasi karena sudah berkonsultasi dengan saudaranya yang bekerja sebagai tenaga kesehatan. ”Ketika mereka bilang tidak apa-apa, saya langsung mengikuti vaksinasi,” ujar perempuan dengan usia kandungan sekitar 25 minggu tersebut.
Sebelum divaksinasi, Anastasia mengikuti sejumlah tahapan, mulai dari pendaftaran hingga penapisan kesehatan. Sebelum divaksinasi, dia juga harus melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat kondisi janin. Setelah semua dinyatakan sehat, baru dilaksanakan vaksinasi.
Setelah itu, Anastasia menjalani observasi sekitar 15 menit, kemudian kembali melakukan pemeriksaan USG. Dia pun diimbau menjalani vaksinasi dosis kedua, satu bulan setelah vaksinasi pertama.
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumsel Nopian Andusti menyampaikan, percepatan vaksinasi pada ibu hamil merupakan langkah tepat karena mereka termasuk kaum rentan tertular dan menularkan Covid-19. Menurut dia, ada tiga kelompok masyarakat yang harus diprioritaskan, yakni warga lanjut usia, anak-anak, dan ibu hamil.
Apalagi, lanjut Nopian, penularan yang paling rentan terjadi adalah di dalam rumah saat anggota keluarga tanpa sadar bisa menularkan atau tertular Covid-19. Dia mencontohkan, ketika ada seorang anak atau remaja yang berkegiatan di luar rumah dan tanpa disadari telah tertular Covid-19, potensi untuk menularkan sangat tinggi. Ketika dia masuk ke rumah sebagai orang tanpa gejala, mereka yang tinggal di rumah akan rentan tertular.
”Mungkin saja anak itu tidak bergejala karena daya tahan tubuhnya masih kuat, tetapi belum tentu buat lansia dan ibu hamil,” ujarnya.
Hal inilah yang perlu disadari semua pihak bahwa vaksinasi harus terus diupayakan. Bukan untuk mencegah penularan, melainkan untuk menekan dampak paparan penyakit. ”Semua pihak harus mendorong warga untuk segera divaksinasi agar daya tahan tubuhnya meningkat,” ungkap Nopian.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sumsel Ferry Yanuar mengatakan, saat ini vaksinasi terhadap ibu hamil sudah menjadi prioritas. Oleh karena itu, mereka dapat melakukan vaksinasi di 456 fasilitas pelayanan kesehatan yang tersebar di Sumsel.
Hanya saja, lanjut Ferry, penyalurannya masih dibatasi menyesuaikan pasokan vaksin di Sumsel yang masih minim. Sampai saat ini, jumlah warga Sumsel yang sudah divaksinasi dosis kedua sekitar 685.000 orang atau baru 11 persen dari total sasaran sekitar 5,8 juta orang. Namun, untuk penyuntikan pertama, cakupan sudah mencapai 1,05 juta orang.
Belum optimalnya vaksinasi, menurut Ferry, disebabkan oleh terbatasnya pasokan vaksin dari pusat. Hingga kini, rata-rata distribusi vaksin ke Sumsel hanya sekitar 40.000 vial per bulan. Padahal, jika ingin mencapai kekebalan komunal yang ditargetkan pada awal 2022, dibutuhkan setidaknya 150.000 vial per bulan. ”Jika tidak ada perubahan (jumlah pasokan), kemungkinan target kekebalan komunal di Sumsel bisa mundur,” kata Ferry.