Kasus Positif Covid-19 di Sumsel Turun, Daerah Zona Merah Berkurang
Jumlah kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan cenderung menurun. Jumlah daerah yang berstatus zona merah pun jauh berkurang karena efektifnya pelaksanaan PPKM.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Jumlah kasus positif Covid-19 di Sumatera Selatan cenderung menurun dan daerah yang berstatus zona merah pun berkurang. Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat dinilai efektif.
Berdasarkan situs Sumsel Tanggap Covid-19 per Rabu (18/8/2021), jumlah kasus Covid-19 di Sumsel pada rentang 10-17 Agustus mencapai 2.750 kasus. Angka itu jauh menurun dibandingkan dengan periode 2-9 Agustus 2021 yang mencapai 4.198 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan Lesty Nurainy, Rabu, menjelaskan, penurunan kasus konfirmasi positif Covid-19 itu merupakan dampak dari pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang digelar di beberapa daerah, termasuk di Palembang sebagai kawasan episentrum.
Dampak lainnya, jumlah keterisian tempat tidur (bed occupancy rate) di rumah sakit rujukan Covid-19 juga menurun dari sebelumnya pernah melampaui 70 persen kini menjadi 44 persen. Bahkan, daerah yang berstatus zona merah pun berkurang dari 12 daerah menjadi tiga zona merah. ”Bahkan, Palembang sudah turun statusnya menjadi zona oranye,” ujar Lesty.
Indikator lainnya juga terlihat dari berkurangnya kebutuhan oksigen di sejumlah rumah sakit. Bulan lalu, kebutuhan oksigen di Sumsel mencapai 30 ton per hari, sekarang menurun menjadi hanya 20 ton per hari.
Penurunan kasus ini bisa membuat petugas rumah sakit sedikit bernapas lega karena penumpukan pasien tidak lagi terjadi. Bahkan, beberapa rumah sakit mulai mengonversi tempat tidur pasien Covid-19 menjadi pasien non-Covid-19. ”Karena memang kasus non-Covid-19 juga cukup tinggi,” ujar Lesty.
Hanya saja, lanjut Lesty, pihaknya berharap masyarakat tidak lengah lantaran bisa saja kasus positif kembali meningkat jika protokol kesehatan tidak diterapkan dengan ketat. ”Kita tidak boleh bereuforia berlebihan. Sebaliknya, kewaspadaan harus tetap ditingkatkan,” katanya.
Kita tidak boleh bereuforia berlebihan. Sebaliknya, kewaspadaan harus tetap ditingkatkan. (Lesty Nurainy)
Lesty mengungkapkan, di momen ini, Sumsel berupaya membenahi sarana pendukung fasilitas kesehatan, seperti menambah tabung oksigen di setiap rumah sakit, ruang unit gawat darurat, dan mempercepat vaksinasi. ”Persiapan ini perlu segera diterapkan guna mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus,” ujarnya.
Hal ini dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga yang beroperasi di Sumsel, seperti Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Perwakilan Sumbagsel. Lembaga itu memberikan bantuan 50 tabung oksigen dan regulator kepada RSUD Sumsel Siti Fatimah yang menjadi salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Sumsel.
Kepala SKK Migas Perwakilan Sumbagsel Anggono Mahendrawan menyebutkan, pemberian bantuan disesuaikan dengan kebutuhan. ”Sekarang yang dibutuhkan adalah tabung oksigen, ya kami berikan bantuan alat itu,” ujar Anggono.
Menurut dia, bantuan ini penting guna menghadapi pandemi yang masih melanda Sumsel. ”Akibat pandemi, kegiatan di semua sektor, termasuk migas, terganggu,” ucapnya.
Karena itu, sedari awal peringatan terus dilontarkan kepada para kontraktor kontrak kerja sama yang beroperasi di Sumsel untuk menjalankan protokol kesehatan dengan ketat.
Wakil Gubernur Sumatera Selatan Mawardi Yahya beranggapan, jika pandemi sudah mereda, pembatasan bisa dilonggarkan sedikit demi sedikit. Hal ini penting agar masyarakat dapat menjalankan kegiatannya secara normal.
”Kami tidak bisa menghentikan kegiatan masyarakat karena mereka perlu bekerja,” ucapnya. Namun, Mawardi berharap agar masyarakat turut berkontribusi dalam menghadapi pandemi dengan menjalankan kegiatan sesuai protokol kesehatan.