Tambaklorok Masih Terendam Rob, Penanganan Sebatas Tambal Sulam
Semarang salah satu kota yang terdampak kenaikan air laut dengan kategori kerentanan menengah yang sudah mempunyai beberapa upaya antisipasi. Namun, tersisa beberapa daerah, seperti Tambaklorok, yang masih terendam.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Dari pantauan pada Rabu (11/8/2021) sore, sejumlah jalan gang permukiman di Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, tak beraturan. Ada yang masih rendah sehingga terlihat bekas genangan, sedangkan sebagian lagi sudah ditinggikan 70 sentimeter. Sejumlah sepeda motor pun berjajar di area yang tinggi guna menghindari rendaman rob yang datang pagi hingga siang.
”Setahun terakhir ini banjir rob tidak berhenti. Biasanya air mulai naik pukul 08.00 dan baru surut pukul 14.00. Padahal, biasanya dalam setahun itu beberapa kali saja. Ada periodenya. Namun, sekarang malah terus-terusan,” kata Harliono (57), Ketua RT 005 RW 014 Kelurahan Tanjung Emas.
Harliono menambahkan, dampak yang paling dirasakan warga adalah aksesibilitas karena sepeda motor tidak bisa melintas di jalan yang masih rendah. Ketinggian air mencapai lebih dari 40 sentimeter (cm). Peninggian jalan tidak bisa serentak karena, antara lain, bergantung pada disetujui atau tidaknya aspirasi warga yang disuarakan kepada pihak kelurahan.
Di Tambaklorok, sejumlah warga juga sudah meninggikan rumah beberapa kali karena kerap terendam. ”Sebenarnya penanganan ini hanya tambal sulam. Warga menunggu pembangunan sheet pile (dinding beton) di sekitar permukiman sini yang belum terlaksana. Informasinya dananya teralihkan untuk pandemi Covid-19,” tuturnya.
Sumiyati (46), warga RT 005 RW 013, juga mengeluhkan hal serupa. ”Lebih dari setahun banjir terus. Tidak keruan, Mas. Meninggikan jalan juga dilakukan swadaya oleh warga. Saya ninggikan rumah sudah tiga kali dari sebelum tahun 2000, tetapi jalannya tetap terendam. Mudah-mudahan ada solusi permanenlah,” ucapnya.
Ia mengatakan belum terpikirkan untuk pindah rumah. Selain tidak ada biaya, ia juga tak tahu mau pindah ke mana. Apalagi, pekerjaan suaminya sebagai nelayan mau tidak mau membutuhkan tempat tinggal yang dekat dengan dermaga tempat perahu bersandar.
Kampung bahari
Penataan Tambaklorok yang direncanakan menjadi kampung bahari memang belum tuntas. Dinding beton di dermaga, yang membentuk huruf V, sudah tuntas. Begitu juga dengan Pasar Tambaklorok beserta bangunan shelter yang sudah selesai. Namun, pembangunan dinding beton di sebelah barat dermaga belum terlaksana sehingga permukiman masih terendam rob.
Tambaklorok yang masih terendam juga dipengaruhi penurunan muka tanah serta kenaikan muka air laut. Sebelumnya, dari kajian yang dilakukan Badan Geologi, diketahui bahwa ada penurunan muka tanah hingga 10 cm per tahun di wilayah Semarang bagian utara (Kompas.id, 1 Desember 2020).
Kepala Subbidang Penelitian dan Pengembangan Fisik Prasarana dan Lingkungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang M Luthfi Eko Nugroho menuturkan, Kota Semarang menghadapi dilema dalam mengatasi persoalan lingkungan, termasuk penurunan muka tanah.
Pasalnya, sebagai ibu kota provinsi dan salah satu kota besar di Indonesia, ada nilai-nilai keekonomian yang selama ini menjadi penopang pembangunan daerah. Sejumlah industri pun ada di bagian utara Kota Semarang.
Ia mengakui belum mendapat masukan atau solusi pasti terkait penurunan muka tanah di Semarang. Adapun solusi sementara adalah dengan mengatur agar pembangunan di Semarang bagian bawah atau utara fondasinya harus berupa tanah keras. ”Jadi, membuat fondasi yang saling mengikat. Itu yang kami dorong,” kata Luthfi beberapa waktu lalu.