Bitung dan Minahasa Utara Sediakan Pusat Isolasi Terapung
Pemerintah Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara bekerja sama menyediakan fasilitas isolasi Covid-19 dengan memanfaatkan Kapal Motor Tatamailau milik PT Pelni. Pasien diharapkan lebih cepat sembuh.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
BITUNG, KOMPAS — Pemerintah Kota Bitung dan Kabupaten Minahasa Utara bekerja sama menyediakan fasilitas isolasi bagi pasien Covid-19 dengan memanfaatkan Kapal Motor Tatamailau milik PT Pelayaran Nasional Indonesia. Fasilitas isolasi terapung diyakini lebih efektif ketimbang isolasi mandiri di rumah karena mobilitas pasien bisa dibatasi.
Sebanyak 25 pasien Covid-19 yang tak bergejala, 21 orang asal Bitung dan 4 orang dari Minahasa Utara, akan mulai menghuni Kapal Motor (KM) Tatamailau, Jumat (20/8/2021), yang kini masih bersandar di Terminal Penumpang Pelabuhan Samudera Bitung, Sulawesi Utara. Kapal itu diperuntukkan bagi pasien tanpa gejala hingga bergejala sedang.
Kapal 6.041 gros ton ini pun menjadi prasarana isolasi terapung kedua yang difungsikan setelah KM Umsini di Makassar, Sulawesi Selatan. Wali Kota Bitung Maurits Mantiri mengatakan, KM Tatamailau yang berkapasitas 1.000 penumpang akan menjadi persinggahan bagi 498 pasien Covid-19.
Para pasien akan mendapatkan makan tiga kali serta makanan ringan sekali sehari, layanan binatu (laundry), dan sarana pendukung, seperti sambungan internet gratis. ”Tempat tidur sudah disiapkan. Ada sarana rekreasi juga yang akan diatur oleh tim, seperti senam tiap pagi pukul 09.00 Wita, Wi-Fi, sampai alat memancing,” kata Maurits.
Dengan beragam fasilitas ini, biaya perawatan satu pasien diperkirakan Rp 150.000 sehari. Maurits mengakui biaya itu tergolong besar untuk keadaan keuangan daerah yang sudah cukup seret. Namun, perawatan pasien akan dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Keuangan.
Berkaca dari pengalaman Pemkot Makassar, Maurits pun yakin para pasien akan lebih cepat sembuh jika mengisolasi diri di kapal ini. Risiko penyebaran Covid-19 pun bisa ditekan karena pasien praktis ”dikurung” dan tidak dapat bepergian dari KM Tatamailau yang akan melepas jangkar 1,5 mil laut (2,77 kilometer) dari dermaga. Mereka hanya bisa kembali ke dermaga dengan perahu.
”Kalau mereka isoman (isolasi mandiri) di rumah, masih ada potensi bagi pasien untuk jalan. Sekali waktu saat kami kunjungan ke pasien isoman, ternyata kepala keluarganya sedang ke pasar. Jadi, masih banyak kelemahan isoman di rumah. Kami tidak bisa jaga satu kali 24 jam. Kalau di sini, kan, bisa sehingga jumlah pasien akan berkurang lebih cepat,” kata Maurits.
Mereka hanya bisa kembali ke dermaga dengan perahu.
Sementara itu, Bupati Minahasa Utara Joune Ganda berharap fasilitas isolasi terapung dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Senada dengan Maurits, ia juga yakin fasilitas ini akan efektif mencegah penyebaran Covid-19 di Bitung dan Minut. Nantinya, pandemi di Sulut pun akan dapat ditekan.
”Pasien yang datang ke kapal ini untuk isolasi pasti akan sangat senang. Jarak (Minahasa Utara dan Bitung) tidak jadi masalah karena masih berbatasan. Di sini para pasien bisa memancing dan olahraga di atas kapal. Saya harap kesembuhan juga bisa lebih cepat,” kata Joune.
Dengan tambahan kapasitas KM Tatamailau, jumlah ruang isolasi yang disediakan Pemkab Minahasa Utara mencapai kisaran 600 tempat tidur, termasuk di rumah sakit (RS). Joune menambahkan, sebuah pusat isolasi mandiri juga akan dibuka di Kelurahan Sukur, Kecamatan Airmadidi. Adapun Bitung sebelumnya telah membuka pusat isolasi sekaligus RS darurat berkapasitas 96 orang di Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Sagerat.
Sementara itu, Kepala Cabang PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) cabang Bitung, Harianto Sembiring, mengatakan, KM Tatamailau akan terus menjadi pusat isolasi selama dibutuhkan Pemkot Bitung dan Pemkab Minahasa Utara. Sebab, kapal itu untuk sementara tidak lagi melayani rute Bitung hingga Merauke.
”Tidak ada kapal lain yang menggantikannya di rute itu karena kapal lain juga dipakai untuk isolasi mandiri, seperti di Jayapura, Sorong, dan Lampung. Memang juga sedang tidak ada penumpang,” kata Harianto.
Harianto menambahkan, tidak ada pendapatan yang mengalir ke PT Pelni dari penggunaan kapal-kapalnya untuk pusat isolasi mandiri. ”Kami sepenuhnya melaksanakan penugasan negara. Tidak ada revenue (pemasukan), tidak ada fee (biaya) sama sekali,” ujarnya.
Dua wilayah di Sulut menerapkan pembatasan kegiatan masyarakat level 4, sedangkan 13 daerah lainnya level 3, termasuk Minahasa Utara dan Bitung. Tingkat keterisian RS (BOR) di Bitung kini mencapai 22,1 persen, sedangkan Minahasa Utara 50,5 persen.
Baik Maurits maupun Joune mengatakan, jumlah pasien positif terus bertambah, tetapi begitu pula kesembuhan sehingga terjadi keseimbangan.