Jatim Siapkan Pendampingan Anak Korban Pandemi Covid-19
Pemprov Jatim menyiapkan penanganan anak-anak yang kehilangan orangtua akibat pandemi Covid-19. Setidaknya diberikan pendampingan psikososial untuk pemulihan kondisi psikis agar mereka lebih siap menata masa depan.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Timur tengah menyiapkan program penanganan anak-anak yang kehilangan orangtua akibat pandemi Covid-19. Setidaknya diberikan pendampingan psikososial untuk pemulihan kondisi psikis agar mereka lebih siap menata masa depan.
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Jatim memperkirakan terdapat lebih dari 5.082 anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19. Berdasarkan data yang diterima hingga awal Agustus, 2.077 anak tercatat kehilangan orangtua.
Kondisi anak-anak itu sangat beragam. Ada yang kehilangan salah satu orangtua sehingga menjadi yatim atau piatu. Ada juga yang menjadi yatim piatu atau kehilangan kedua orangtua. Meski demikian, belum ada data lebih rinci mengenai jumlah tiap-tiap kategorisasi tersebut.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jatim Andriyanto mengatakan, proses pendataan terhadap anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19 tengah berlangsung di tiap kabupaten dan kota.
”Berdasarkan hasil rapat dengan seluruh kepala dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak seluruh Jatim (38 kabupaten dan kota), akan dilakukan konfirmasi ulang. Setelah itu dilakukan pembaruan data,” ujar Andriyanto, Rabu (18/8/2021).
Proses pendataan anak-anak yang menjadi korban pandemi Covid-19, lanjut Andriyanto, harus melibatkan berbagai pihak. Dia mencontohkan, harus ada keterlibatan RT/RW setempat, pemerintah desa, bahkan penyuluh keluarga berencana yang tersebar di kampung-kampung. Hal itu agar data lebih komprehensif.
Pendataan, konfirmasi ulang, dan pembaruan data anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19 ini penting karena menjadi pijakan dalam menyusun strategi penanganan, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal itu tidak lain agar anak-anak tanpa orangtua ini tetap memiliki masa depan cerah.
Andriyanto menuturkan, salah satu contoh strategi penanganan jangka pendek yang disiapkan ialah pendampingan secara psikologis dan sosial bagi anak-anak korban pandemi Covid-19. Pendampingan psikologis, misalnya, diperlukan agar kondisi psikis anak cepat pulih dari trauma atau kesedihan mendalam akibat kehilangan orang terdekat.
Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor mengutarakan, pihaknya menyiapkan beasiswa pendidikan untuk anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19. Program beasiswa pendidikan ini terutama diberikan kepada anak-anak yang berasal dari kalangan ekonomi lemah.
Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah meminta kepala desa mendata anak-anak yang menjadi korban pandemi Covid-19 sesuai kondisi riil di lapangan. Setelah didata dan diverifikasi, baru ditentukan intervensi yang tepat untuk mereka. Alasannya, kondisi setiap anak berbeda-beda.
”Melihat pandemi Covid-19 yang luar biasa ini, Dinas Sosial Sidoarjo saya minta mendata setiap anak yang kehilangan orangtuanya agar kelangsungan pendidikan mereka terjamin,” kata Muhdlor.
Muhdlor mengatakan, ada banyak program beasiswa pendidikan yang disediakan Pemkab Sidoarjo. Ada beasiswa pendidikan melalui jalur prestasi akademik yang ditangani Dinas Pendidikan Sidoarjo. Ada pula beasiswa jalur prestasi keagamaan yang ditangani Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Sidoarjo.
Melihat pandemi Covid-19 yang luar biasa ini, Dinas Sosial Sidoarjo saya minta mendata setiap anak yang kehilangan orangtuanya agar kelangsungan pendidikan mereka terjamin.
Sementara itu, salah satu anak yang kehilangan kedua orangtuanya akibat terpapar Covid-19 ialah Zidan (13) dan Wildan (15). Kakak-adik yang masih duduk di bangku sekolah ini merupakan anak dari almarhum Bambang (55) dan Rosida (54), warga Kecamatan Taman.
Bambang, yang sehari-hari bekerja sebagai karyawan swasta, meninggal pada 5 Agustus 2021. Berselang sehari kemudian, istrinya yang sehari-hari merupakan ibu rumah tangga meninggal dunia. Keduanya dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Didik Yulianto (49), keluarga korban, mengatakan, Wildan saat ini duduk di bangku kelas X sekolah menengah atas. Dia menempuh pendidikan di sebuah pesantren di Malang. Sementara itu, adiknya, Zidan, merupakan anak berkebutuhan khusus. Saat ini dia menempuh pendidikan di sekolah luar biasa di Sidoarjo.
”Sepeninggal kedua orangtuanya, Zidan diasuh saudara-saudaranya di rumahnya. Adapun Wildan melanjutkan pendidikan di pesantren,” ujar Didik.
Menurut Didik, kedua keponakannya itu sangat memerlukan pendampingan, terutama untuk memulihkan kondisi psikis yang terpukul akibat kehilangan kedua orangtua pada saat hampir bersamaan. Selain itu, Zidan memerlukan penanganan tersendiri karena berkebutuhan khusus.
Keluarga korban sebenarnya tidak berharap banyak dari pemerintah. Mereka menginginkan kemudahan akses untuk mengurus hal-hal yang bersifat administratif seperti akta kematian dan pengasuhan anak. Hal itu diperlukan untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak-anak korban pandemi Covid-19.