Berbagi Kemerdekaan bagi Ratusan Anak Tanpa Orangtua di Kota Bogor
Anak-anak akan dijamin pendidikannya sampai lulus SMA, termasuk di sekolah swasta. Pendataan masih berlanjut.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Bersamaan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Ke-76 Kemerdekaan RI, Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa (17/8/2021), menyerahkan bantuan pendidikan dan program pendampingan bagi anak-anak yatim piatu akibat Covid-19.
Dimulai dengan doa bersama lintas agama di Tugu Kujang hingga upacara pengibaran dan penurunan bendera di teras Balai Kota, Wali Kota Bogor Bima Arya menegaskan perlunya terus menumbuhkan kepedulian, khususnya kepada keluarga dan anak-anak terdampak pandemi.
Pada momen HUT Ke-76 Republik Indonesia, Bima bersama Wakil Wali Kota Bogor Dedi A Rachim didampingi camat dan lurah turun ke wilayah menyerahkan bantuan kepada 133 keluarga terdampak pandemi. Lewat program ini, pemerintah berupaya memastikan anak-anak bisa terus bertahan. ”Kami pastikan tidak ada lost generation. Kita sudah mendata, ada 229 anak di bawah 18 tahun yang kehilangan orangtuanya karena terpapar Covid-19,” kata Bima, Selasa (17/8/2021).
Dari 229 anak tersebut, 150 di antaranya merupakan anak yatim, 72 anak piatu, dan 7 anak yatim piatu. Mereka berasal dari 133 keluarga, yang 46 anak di antaranya masih anak balita, SD (76), SMP (53), dan SMA (54). Data itu masih mungkin bertambah karena pandemi masih melanda.
Dari data tersebut juga dilaporkan bahwa 97 anak di antaranya telah dibantu melalui program-program bantuan keluarga tidak mampu, seperti PKH, BPNT, dan BPJS. Anak-anak yang belum menerima bantuan akan diupayakan segera memperolehnya.
Anak-anak tersebut, kata Bima, akan dijamin pendidikannya sampai lulus SMA, termasuk yang bersekolah di swasta. Momentum hari kemerdekaan menjadi penyemangat terus berjuang dengan menempatkan kepentingan yang lebih besar melalui komitmen kuat, solid, solidaritas, dan kolaborasi.
”Dananya kita usahakan ada yang dari kegiatan atau program dinas, ada juga donasi dari gaji ASN yang disisihkan, termasuk hasil lelang barang pribadi saya kemarin (Rp 53,7 juta). Kemudian semuanya juga akan didampingi konseling dari DPMPPA (Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Perlindungan Perempuan dan Anak). Mereka harus tetap bisa meraih masa depan,” tutur Bima.
Bima melanjutkan, agar program bantuan terus berjalan, ia meminta camat dan lurah terus mendata kebutuhan anak-anak yang terdampak. ”Akan dilihat kasus per kasusnya. Saya sudah minta camat dan lurah mendata kebutuhannya apa saja. Bermacam-macam, ada yang sudah tinggal dengan keluarganya, ada yang mungkin masih mencari tempat tinggal, ada yang perlu biaya kuliah semuanya di data terlebih dahulu,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto mengatakan, banyak anak-anak di Kota Bogor kehilangan orangtua saat pandemi Covid-19. Kondisinya semakin sulit disaat kedua orangtuanya tiada. Oleh karena itu, perlu ada perhatian luas untuk anak-anak yang terdampak itu.
”Pemkot bisa menggunakan dana Bantuan Sosial Tidak Terencana (BSTT) sebagai langkah awal mengatasi masalah yang dihadapi keluarga yang ditinggal wafat pasien Covid-19,” kata Atang.
BSTT itu, kata Atang, sudah dianggarkan mulai 2020 dan 2021. Pemkot Bogor bisa mengunakan dana yang sudah dialokasikan DPRD tersebut sebagai program membantu anak-anak.
Selain dana BSTT, ke depan untuk membantu warga tidak mampu akibat ditinggal keluarga dapat dipayungi Perda Santunan Kematian. Dalam perda tersebut, warga Kota Bogor yang tidak mampu mendapatkan santunan Rp 2 juta. Dengan rincian uang duka Rp 1 juta dan uang pemulasaran Rp 1 juta.
”Pembahasan sudah selesai di DPRD. Tinggal menunggu evaluasi gubernur untuk pengesahan. Semoga bisa cepat segera diselesaikan agar bermanfaat di situasi sulit seperti sekarang,” jelas Atang.
Atang menilai perlu langkah terpadu berkelanjutan dalam jangka panjang untuk menjamin pengasuhan dan pendidikan anak-anak yatim bisa terus berjalan. Salah satunya seperti beasiswa pendidikan sekaligus jaminan sosial.