Sinergi Warga Banjarmasin Menjaga Sungai di Masa Pandemi
Tak sedikit warga Banjarmasin dari berbagai komunitas peduli lingkungan berusaha menjaga marwah Banjarmasin sebagai kota sungai yang indah. Di masa pandemi Covid-19, mereka tetap turun dan beraksi membersihkan sungai.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
Sungai merupakan jati diri Kota Banjarmasin. Tak sedikit warga Banjarmasin dari berbagai komunitas peduli lingkungan berusaha menjaga marwah Banjarmasin sebagai kota sungai yang indah. Di masa pandemi Covid-19, mereka tetap turun dan beraksi membersihkan sungai.
Sabtu (7/8/2021), Banjarmasin masih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level empat. Satu per satu warga mendatangi Sungai Taluk Kubur di Kelurahan Alalak Utara, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Mereka ikut serta membersihkan sungai yang menjadi bagian dari urat nadi kehidupan kota itu
Sungai Taluk Kubur berada persis di pinggir Jalan HKSN (Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional). Panjang sungai tersebut hanya 662 meter dan lebarnya 4-5 meter. Sungai Taluk Kubur langsung bermuara ke Sungai Alalak, salah satu sungai besar di Banjarmasin. Dua sungai besar lainnya adalah Sungai Barito dan Sungai Martapura.
Ada sekitar 20 orang yang berkumpul pada akhir pekan itu. Hampir semuanya, laki-laki dan perempuan, mengenakan baju kaus lengan panjang berwarna hijau. Mereka juga mengenakan masker. Bahkan, ada yang mengenakan masker dua lapis. Mereka kemudian berbagi alat kerja. Ada yang memegang sapu lidi, serok, dan tangguk.
Ketika jarum jam menunjukkan pukul 09.00 Wita, satu per satu di antara mereka menceburkan diri ke sungai yang airnya keruh. Dengan serok dan tangguk, mereka mengangkat sampah dan gulma dari sungai. Sebagian lagi bertugas menyapu sampah dan dedaunan kering di bantaran sungai. Sampah dan kotoran itu langsung diangkut dengan mobil pikap.
”Sabtu ini merupakan aksi yang ketujuh. Jadi, sudah tujuh minggu berturut-turut kami turun membersihkan Sungai Taluk Kubur ini,” ujar Muhammad Murjani (57), warga Banjarmasin yang merupakan Sekretaris Perkumpulan Hijau Daun Banjarmasin.
Menurut Murjani, Sungai Taluk Kubur jadi prioritas pemeliharaan saat ini supaya bisa menjadi contoh bagi sungai-sungai yang lain. Hal itu penting mengingat di Banjarmasin ada 102 sungai dengan total panjang 185,30 kilometer.
Sungai di Banjarmasin terbagi menjadi sungai besar (3 sungai) dengan lebar lebih dari 50 meter dan panjang 48.271 meter, sungai sedang (45 sungai) dengan lebar 15-50 meter dan panjang 87.296 meter, serta sungai kecil (54 sungai) dengan lebar kurang dari 15 meter dan panjang 49.736 meter.
Murjani mengatakan, ada 20-30 orang yang rutin turun aksi setiap akhir pekan. Aksinya juga kerap berpindah-pindah, dari sungai yang satu ke sungai yang lain. ”Kami tidak pernah berhenti beraksi meskipun dalam kondisi pandemi. Sebab, kalau sudah menyatu dengan alam, imun tubuh juga naik,” katanya sambil tertawa.
Warga yang rutin turun aksi membersihkan sungai berasal dari berbagai komunitas peduli lingkungan, di antaranya Forum Komunitas Hijau (FKH) Banjarmasin, Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjarmasin, Perkumpulan Hijau Daun Banjarmasin, Komunitas Teratai Banjarmasin, serta didukung Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah (PD PAL) Kota Banjarmasin.
Sekretaris FKH Banjarmasin Hasan Zainuddin mengatakan, pada aksi bersih Sungai Taluk Kubur sebelumnya, mereka menebarkan 1.500 benih ikan jenis nila, patin, dan lele. Ikan-ikan itu diharapkan bisa berkembang biak dan dinikmati oleh warga. ”Ini adalah bentuk sedekah kami untuk alam dan warga. Suatu saat nanti, siapa saja boleh memancing ikan di sungai ini,” ujarnya.
Kota hijau
Menurut Hasan, warga dari berbagai latar belakang profesi yang tergabung di dalam FKH dan komunitas peduli lingkungan lainnya sangat mendukung Banjarmasin sebagai kota hijau. Setiap akhir pekan, mereka rela meninggalkan kesibukan lain demi melakukan aksi lingkungan. Semua dijalankan dengan ikhlas sejak FKH Banjarmasin terbentuk pada 2013.
”Dari dulu sampai sekarang, kami tetap bekerja walaupun tidak disuruh, tidak diberi upah, tidak minta dihargai, apalagi minta dipuji. Kami bukan siapa-siapa dan tidak ingin menjadi siapa-siapa. Kami hanya ingin Banjarmasin menjadi kota yang hijau, sejuk, rindang, dan indah,” katanya.
Hasan prihatin terhadap warga yang masih kurang sadar menjaga lingkungan. Karena itu, mereka kerap mendatangi sekolah, perguruan tinggi, komunitas, dan pengajian untuk mengedukasi warga agar peduli dan mencintai lingkungan. ”Kami tidak pernah lelah mengedukasi dan melakukan aksi untuk mengubah pola pikir (mindset) masyarakat terhadap lingkungan,” tuturnya.
Dari dulu sampai sekarang, kami tetap bekerja walaupun tidak disuruh, tidak diberi upah, tidak minta dihargai, apalagi minta dipuji. Kami hanya ingin Banjarmasin menjadi kota yang hijau, sejuk, rindang, dan indah.
Wakil Ketua Masyarakat Peduli Sungai (Melingai) Banjarmasin Mohammad Ary mengatakan, Banjarmasin sejak 2015 didorong menjadi kota ramah sungai. Banyak warga dengan sukarela bergabung dengan Melingai karena merasa terpanggil menjadikan Banjarmasin sebagai kota sungai terindah di Indonesia.
”Pada dasarnya kami prihatin terhadap kondisi sungai-sungai yang ada di Banjarmasin karena mengalami pendangkalan, penyempitan, dan pencemaran. Oleh karena itu, kami dengan semua mitra yang mau bekerja sama akhirnya terus melakukan kegiatan,” tuturnya.
Pada Januari 2021, berbagai persoalan sungai itu memuncak hingga memicu banjir. Pemerintah Kota Banjarmasin mencatat ada 152 titik banjir. Sebarannya di Banjarmasin Timur (107 titik), Banjarmasin Utara (28), dan Banjarmasin Selatan (17). Yang tidak terdampak cuma Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Tengah. Sebanyak 31.357 keluarga atau 101.601 jiwa terdampak banjir.
Karena itu, dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarmasin 2021-2026, ujar Ary, Melingai mengusulkan agar setiap kecamatan punya target untuk menata satu sungai utama dengan baik. Di samping itu, juga harus memfungsikan kembali anak-anak sungainya supaya mengalir lancar.
”Kami sudah memulainya dengan membersihkan anak Sungai Tungku di lingkungan salah satu perumahan. Sungai yang tadinya dianggap tidak ada bisa dihidupkan kembali sehingga alirannya bisa lancar kembali,” katanya.
Direktur Perusahaan Daerah Pengelola Air Limbah Kota Banjarmasin Rahmatullah mengatakan, semua harus bergerak untuk menjaga dan membersihkan sungai karena keterbatasan tenaga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Banjarmasin. ”Kita semua tentu ingin sungai-sungai yang ada berfungsi dengan baik, kebersihannya terjaga, dan juga asri,” katanya.
Tidak mudah untuk menjaga sungai-sungai di Banjarmasin, tetapi dengan bersama-sama setidaknya meringankan langkah untuk merawatnya.