Jaga Kreativitas Sineas Muda, Festival Film Purbalingga Ke-15 Digelar Daring
Pandemi Covid-19 kembali memaksa Festival Film Purbalingga digelar secara virtual untuk kedua kalinya. Meski ada penurunan jumlah film yang didaftarkan, diharapkan keberlanjutan festival ini menjaga kreativitas sineas.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
PURBALINGGA, KOMPAS — Festival Film Purbalingga atau FFP 2021 yang memasuki tahun ke-15 akan digelar pada 21-28 Agustus 2021 secara daring. Ajang tahunan yang diselenggarakan Cinema Lovers Community Purbalingga itu tetap digulir di masa pandemi Covid-19 ini agar tetap bisa mewadahi kreativitas para sineas muda di lingkup Banyumas Raya.
”Pageblug Covid-19 yang memasuki tahun kedua ini belum menurun, malah sebaliknya. Untuk itu, kami memutuskan seluruh penyelenggaraan FFP secara virtual,” kata Direktur Festival Film Purbalingga Bowo Leksono dalam keterangan pers, Sabtu (14/8/2021).
Bowo menyampaikan, masyarakat bisa menonton dan mengapresiasi program FPP 2021 melalui kanal Youtube Misbar Purbalingga dan aplikasi Zoom. Kanal Youtube dipergunakan untuk program pembukaan dan malam penganugerahan, sementara aplikasi Zoom Meeting untuk program lainnya. Untuk mendapatkan tautan Zoom, dapat diperoleh dengan cara mendaftar melalui laman bit.ly/nontonffp2021.
Menurut Bowo, saat ini pihaknya tidak bisa selalu menunggu kondisi membaik untuk menggelar kegiatan. ”Kita yang harus menyesuaikan keadaan. Bagaimana agar program kerja tetap bisa berjalan tanpa melanggar aturan,” ujar Bowo yang juga direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga.
Seperti tahun lalu, kata Bowo, program unggulan layar tanjleb keliling Banyumas Raya di FFP ditiadakan. Program utama kompetisi fiksi dan dokumenter pelajar setara SMA Banyumas Raya yang meliputi Kabupaten Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Banjarnegara, dan Kebumen secara kuantitas sedikit menurun. Dari catatan Kompas.id, Selasa (20/10/2020), tahun lalu ada 14 film fiksi dan 5 film dokumenter yang didaftarkan.
Namun, pada tahun ini, jumlah film fiksi yang didaftarkan menurun, yakni hanya ada 9 film fiksi. Adapun jumlah film dokumenter bertambah menjadi 9 film dokumenter pelajar. Bowo menyebutkan, peran guru pembina ekstrakurikuler film sangat menentukan. Dari 18 film pelajar tersebut, terkurasi 6 film fiksi dan 5 dokumenter dan berkesempatan diputar, didiskusikan, dan dinilai dewan juri.
Programmer FFP Asep Triyatno mengatakan, program film pelajar favorit penonton yang tahun lalu sempat ditiadakan pada FFP tahun ini kembali diadakan. ”Penonton akan memilih film favorit lewat aplikasi Zoom Meeting usai menonton film-filmnya,” tuturnya.
Pada program nonkompetisi, kata Asep, ada 31 film yang terkirim dari sejumlah kota di Indonesia, seperti Tangerang, Jakarta, Cianjur, Tegal, Brebes, Semarang, Klaten, Wonogiri, Malang, Blitar, Banyuwangi, Gianyar, Sintang, dan Banyumas Raya.
Kemudian, kata Asep, Programmer FFP mengurasi 31 film fiksi, dokumenter, dan animasi menjadi 10 film untuk program nonkompetisi yang dijadikan dua program pemutaran. Ada program khusus pemutaran animasi dari Ark Animasi Studio Tegal.
Sementara untuk program pemutaran dan diskusi, kata Asep, FFP akan menggandeng Ismail Basbeth yang kini rajin menyutradarai film panjang dan Chairunnisa, sutradara perempuan berbakat. Mereka berdua juga dilibatkan sebagai juri kompetisi pelajar.
Program khusus lain, kata Asep, berupa bedah buku berjudul Perlawanan Film-film Banyumas terhadap Orde Baru karya Muhammad Taufiqurrohman dan kawan-kawan, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. ”Ini buku pertama yang utuh berbicara soal perfilman Banyumas Raya,” ujarnya.
Untuk program pemutaran dan diskusi, FFP akan menggandeng Ismail Basbeth yang kini rajin menyutradarai film panjang dan Chairunnisa, sutradara perempuan berbakat.
Selain pentas seni tradisi dan modern pada pembukaan dan malam penganugerahan FFP, kata Asep, program penghargaan Lintang Kemukus bagi seniman tradisi dan modern juga dipertahankan. ”Penghargaan ini sebagai bentuk penghormatan pegiat film di Banyumas Raya kepada para seniman pendahulunya,” ujarnya.
Tahun ini, kata Asep, FFP menjalin kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Purbalingga serta didukung Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.