Gempa M 4,7 di Perairan Wawonii Terasa hingga Kendari
Gempa M 4,7 terjadi di perairan Wawonii, Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara, Selasa (10/8/2021) sore. Meski belum ada laporan kerusakan dan korban, guncangan gempa juga dirasakan di Kendari.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 4,7 mengguncang Pulau Wawonii, Kabupaten Konawe Kepulauan, Sulawesi Tenggara. Guncangan gempa turut dirasakan di sebagian wilayah Kota Kendari. Pihak berwenang masih memantau dampak gempa akibat pergerakan Sesar Naik Tolo ini.
Guncangan yang terjadi pada Selasa (10/8/2021) pukul 16.42 Wita ini berpusat di perairan Wawonii. Perairan itu memisahkan Pulau Wawonii dengan daratan utama Sulawesi. Gempa yang berlangsung beberapa detik ini berpusat di kedalaman 10 kilometer.
Kepala Stasiun Geofisika Kendari BMKG Rudin menyampaikan, gempa ini merupakan gempa bumi dangkal yang terjadi di laut akibat aktivitas Sesar Naik Tolo. Pusat gempa berada di 51 kilometer arah timur Wawonii atau di sekitar Pulau Menui.
”Gempa terjadi di laut dan cukup dangkal. Namun, gempa ini tidak berpotensi tsunami. Sampai sekarang belum ada kerusakan, tetapi kami masih memonitor dampak gempa yang terjadi,” kata Rudin di Kendari, Selasa sore.
Meski belum ada laporan kerusakan, Rudin melanjutkan, guncangan gempa dirasakan hingga sekitar Kendari. Kendari, yang berada di daratan Sulawesi, berjarak sekitar 70 kilometer dari Pulau Wawonii.
Catatan dari alat pemantauan, gempa ini dirasakan pada skala II MMI (Modified Mercalli Intensity). Sejumlah orang merasakan sedikit bergoyang, serupa ada truk yang lewat. Benda-benda di dalam rumah juga bergoyang pada skala ini.
Mutmainna (30), warga Kecamatan Abeli, Kendari, menuturkan, ia merasakan sedikit getaran saat berkendara. Akan tetapi, karena di atas kendaraan, ia mengira itu akibat terpaan angin dan guncangan dari kendaraan yang lalu lalang.
”Tadi saya terasa (guncangan), tapi saya kira cuma saya yang oleng. Ternyata dengar kabar ada gempa di Wawonii. Semoga tidak ada gempa lagi kayak beberapa tahun lalu,” katanya.
Pada 2009, gempa dengan magnitudo 5,8 terjadi di sekitar lokasi saat ini. Saat itu, ribuan orang mengungsi ke Kendari karena takut ancaman tsunami dan dampak gempa lain. Orang-orang berlarian dan mencari tempat aman di ketinggian.
Sesar aktif
Gempa pada 2009 lalu itu berasal dari pergerakan sesar yang sama seperti gempa saat ini, yaitu Sesar Naik Tolo. Sesar ini memanjang di perairan Kendari menuju Wawonii dan melingkari pulau tersebut.
Menurut Rudin, Sesar Naik Tolo memang merupakan sesar aktif yang terus bergerak. Setelah mengguncang pada 2009, sejumlah guncangan gempa lain tercatat dengan magnitudo di bawah 2.
Setelah lebih dari 10 tahun, tambah Rudin, baru kali ini Sesar Naik Tolo tercatat mengguncang dengan kekuatan M 4,7. Pihaknya belum mencatat adanya gempa susulan dari gempa kali ini.
”Kami imbau juga kepada masyarakat untuk tidak memercayai berita hoaks atau informasi sesat lainnya. Sejauh ini belum ada dampak gempa dan ancaman yang lain, seperti tsunami. Jika ingin mengetahui informasi lain, silakan menghubungi kantor kami,” tuturnya.
Selain Sesar Naik Tolo, di Sultra terdapat sejumlah sesar aktif, di antaranya Sesar Buton, Sesar Kendari, dan Sesar Lawanopo. Catatan BMKG, sejumlah gempa terjadi di beberapa wilayah pada 2021 ini.
Sesar Buton termasuk yang cukup aktif, ditandai dengan guncangan gempa yang terjadi beberapa kali di wilayah ini. Sesar ini memiliki pergerakan 0,1 milimeter per tahun dan terbagi menjadi dua segmen, yaitu segmen A sepanjang 60 kilometer di Pulau Muna dan segmen B sepanjang 29 kilometer di Pulau Buton.
Medio Agustus 2020, tiga gempa dengan kekuatan hingga M 4,6 mengguncang Kabupaten Buton Utara. Gempa ini diakibatkan peningkatan aktivitas Sesar Buton, khususnya segmen B.