Gubernur Jawa Barat Lobi Pusat Longgarkan Ekonomi secara Bertahap
Sektor usaha kafe dan restoran terkapar selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Pelonggaran kegiatan ekonomi diusulkan diterapkan secara bertahap, tetapi dengan pembatasan pengunjung.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Selain mengendalikan pandemi Covid-19, pemulihan ekonomi warga juga menjadi pekerjaan rumah terbesar pemerintah daerah selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Namun, pelonggaran kegiatan ekonomi mesti melalui pertimbangan matang karena penularan virus korona masih tinggi.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku telah melobi pemerintah pusat agar melonggarkan kegiatan ekonomi masyarakat, tetapi tetap dengan pembatasan pengunjung untuk meminimalkan potensi penularan Covid-19.
”Senin (9/8/2021), Presiden (Joko Widodo) akan mengumumkan. Kemungkinan ada kelonggaran-kelonggaran dan saya sudah sampaikan, mohon restoran, kafe, dibuka. Mau (pengunjung) 10 persen, 20 persen, 50 persen, sudah kami perjuangkan dengan melobi pemerintah pusat sehingga ekonomi bisa jalan lebih baik lagi,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (8/8/2021).
Sejumlah pengusaha kafe dan restoran di beberapa daerah, salah satunya di Kota Bandung, menolak perpanjangan PPKM pekan lalu. Mereka meminta intervensi kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan sektor usaha tersebut.
Emil, sapaan Ridwan Kamil, mengklaim PPKM berhasil menurunkan tingkat epidemiologi Covid-19. Hal itu salah satunya diindikasikan oleh keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR) di rumah sakit yang terus menurun.
BOR Jabar sempat di atas 90 persen pada akhir Juni dan awal Juli. Keterisiannya konsisten menurun dalam tiga pekan terakhir hingga menjadi 42 persen, Sabtu (7/8/2021).
Sejumlah pengusaha kafe dan restoran di beberapa daerah, salah satunya di Kota Bandung, menolak perpanjangan PPKM pekan lalu. Mereka meminta intervensi kebijakan pemerintah untuk menyelamatkan sektor usaha tersebut.
Total kasus Covid-19 di Jabar berjumlah 634.734 kasus. Sejumlah 518.502 orang sembuh, 105.913 orang masih dirawat atau diisolasi, dan 10.319 orang meninggal.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar Herman Muchtar mengatakan, pandemi Covid-19 menyebabkan sektor usaha tersebut terkapar. Bahkan, sejumlah hotel, kafe, dan restoran tutup karena sudah menyerah dengan situasi pandemi.
Herman menyebutkan, pihaknya telah menyampaikan surat permohonan kebijakan pemerintah tentang penyelamatan, pemulihan, dan penormalan ekonomi pariwisata, khususnya sektor hotel dan restoran. ”Kami menyadari di masa pandemi memberikan dampak yang sangat dirasakan oleh semua pihak, baik secara kesehatan maupun ekonomi. Harapan kita semua untuk mendapatkan solusi agar dapat bertahan untuk melewati masa krisis ini,” ujarnya.
Ekonomi Jabar tumbuh 6,13 persen secara tahunan (year on year) pada triwulan II-2021. Hal ini menjadi perbaikan setelah empat triwulan terakhir ekonomi terkontraksi karena terdampak Covid-19.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar Dyah Anugrah mengatakan, pertumbuhan itu merupakan buah dari program pemulihan ekonomi di pusat dan daerah. Selain itu, juga kontribusi masyarakat dan dunia usaha dalam berinovasi untuk tetap bertahan di tengah pandemi.
Level produk domestik regional bruto (Jabar) atas dasar harga konstan pada triwulan II-2021 sebesar Rp 374,69 triliun. Angka ini mendekati nilai PDRB triwulan II-2019 (sebelum pandemi) senilai Rp 375,22 triliun.
Dari sisi produksi secara tahunan, hampir semua lapangan usaha tumbuh positif, kecuali pertanian dan jasa pendidikan. Industri selaku lapangan usaha utama di Jabar memiliki kontribusi 41,1 persen atau tumbuh 7,26 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh industri nonmigas.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 5,63 persen, pembentukan modal tetap bruto tumbuh 11,19 persen, dan ekspor tumbuh 27,77 persen.