Tidak perlu diplomasi yang rumit untuk mengirimkan bantuan. Hanya melalui sambungan telepon, bahkan ”video call”, bantuan bisa terkirim untuk menyambung napas mereka yang membutuhkan. Karena, ini semua demi kemanusiaan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·6 menit baca
Di posko yang didirikan di dalam kawasan kantor PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang, Sumatera Selatan, Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru, duduk di atas kursi plastik berwarna biru, Jumat (30/7/2021). Posko yang beroperasi selama 24 jam itu merupakan tempat pengisian oksigen cair gratis bagi semua golongan masyarakat, mulai dari warga biasa, rumah sakit, hingga bagi warga di provinsi tetangga.
Sembari berbincang dengan Wakil Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin, Herman memperhatikan setiap mobil bak terbuka yang datang bergantian membawa tabung oksigen berukuran 1 meter kubik dan 6 meter kubik. Sebuah kendaraan tangki (iso tank) berkapasitas 11 ton oksigen dari Provinsi Bengkulu juga sedang diisi.
Namun, karena kapasitas oksigen di PT Pupuk Sriwidjaja hanya 3 ton per hari, truk tangki itu pun tidak bisa mengisi penuh kapasitas tankinya. ”Semoga oksigen ini cukup untuk masyarakat Bengkulu. Kalau habis tinggal, datang lagi saja ke Palembang,” ujar Herman.
Herman lalu meminta ajudannya untuk menghubungi Gubernur Bengkulu Rohidin Mersyah malalui sambungan Whastsapp. Di layar telepon genggam munculah wajah Rohidin mengenakan peci dan baju koko khas Melayu.
”Sudah saya isi, ya, Pak Gubernur,” ucap Herman kepada Rohidin sembari menunjuk ke arah truk tangki yang ada di posko tersebut.
Rohidin pun menyampaikan rasa terima kasih kepada Gubenur Sumsel dan masyarakat umum terkait dengan sumbangan oksigen yang diberikan Sumsel kepada Bengkulu. ”Terima kasih saya ucapkan kepada masyarakat Sumsel,” ujar Rohidin.
”Ya… ya, Pak, semoga bermanfaat,” ujar Herman Deru. Perbincangan kurang dari tiga menit itu diperlihatkan kepada awak media yang hadir di sana.
Herman mengatakan, tidak hanya Bengkulu, beberapa daerah di Indonesia juga telah menghubunginya untuk meminta bantuan oksigen. Salah satunya Gubenur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Gubenur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
”Ketika Gubernur Jabar menelepon saya malam hari, saya langsung menginstruksikan untuk segera mengisi oksigen ke Jawa Barat,” ucapnya. Hanya saja, ujar Herman, dirinya hanya bisa memberikan oksigen kepada daerah yang membawa sendiri tangkinya.
Ini bukan urusan politik, melainkan sudah mengarah pada kemanusiaan.
Jawa Barat bisa mengangkut sekitar 85 ton oksigen karena membawa sendiri tangki dari Jawa Barat ke Sumsel. Demikian juga Lampung. Sumsel memberi bantuan sekitar 12 ton oksigen ke sana.
”Selagi Sumsel masih memiliki kemampuan untuk memberikan bantuan kepada daerah lain, ya sudah kewajiban kita untuk melakukannya. Ini bukan urusan politik, melainkan sudah mengarah pada kemanusiaan,” ucapnya.
Sumsel memang dianugerahi pasokan oksigen medis yang melimpah. Setidaknya ada dua perusahaan menghasilkan oksigen medis dengan jumlah yang cukup besar.
PT OKI Pulp and Paper menghasilkan sekitar 30 ton oksigen cair per hari dan PT Pusri menghasilkan 3 ton oksigen cair per hari. Oksigen itu merupakan hasil pemisahan rekasi kimia dari nitrogen yang menjadi bahan pembuat pupuk dan juga bubur kertas.
PT OKI Pulp and Paper bahkan memiliki tanki penampungan yang dapat menampung oksigen hingga 170 ton. Namun, permasalahannya adalah alat angkut yang memang sangat terbatas. ”Jadi, memang yang ingin meminta oksigen harus membawa tabung dan kendaraan iso tank sendiri,” ucap Herman.
Herman menjamin pengiriman oksigen ke sejumlah daerah tidak akan mengganggu pasokan oksigen di Sumatera Selatan. ”Kami terus memasok oksigen ke sejumlah rumah sakit di Sumsel jangan sampai ada yang kehabisan oksigen,” ucapnya.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, sejak layanan oksigen gratis perdana digelar pada 30 Juli lalu, PT Pusri sudah membagi 104,7 ton dan 8.209 tabung oksigen kepada 1.139 warga yang membutuhkan dan 139 rumah sakit di DKI Jakarta, Lampung, Bengkulu, Solo, dan Sumsel. Selain itu, Pusri bersama OKI Pulp and Paper telah menyalurkan iso tank Pusri dengan total sebanyak 152,22 ton untuk wilayah Sumsel dan Lampung.
”Bantuan obat, vitamin, dan oksigen tak hanya bagi karyawan, tetapi juga kepada masyarakat yang membutuhkan merupakan cermin bahwa perusahaan BUMN harus berorientasi pelayanan. Di tengah kondisi seperti ini, pelayanan untuk membantu rakyat dengan aksi nyata akan memberikan dampak langsung bagi pemulihan pasien,” ujar Erick.
Direktur Keuangan dan Umum PT Pusri Saifullah Lasindrang mengatakan, awalnya dalam menyalurkan oksigen, pihaknya mengacu pada keputusan Kementerian BUMN. Pengiriman oksigen dilakukan hingga ke DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Namun, akibat beberapa wilayah di Sumsel menjalani pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), penyaluran oksigen dikonsenterasikan ke Sumsel dan Lampung. ”Karena memang itu adalah wilayah produksi Pusri,” ucapnya.
Kini, penyaluran juga dikoordinasikan dengan Pemerintah Provinsi Sumsel. Managing Director Sinar Mas Saleh Husin mengatakan, pihaknya mengoptimalkan produksi oksigen hariannya dan bahkan memproduksi ekstra untuk turut dapat berpartisipasi dalam pengadaan oksigen untuk pasien Covid-19.
”Sinar Mas berharap bantuan dukungan oksigen untuk masyarakat bisa bermanfaat untuk menolong pasien Covid-19 sambil terus berdoa agar pandemi ini cepat berlalu. Kami akan terus membantu kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan oksigen kesehatan selama pandemi Covid-19,” kata Saleh.
Menurut dia, pengadaan oksigen untuk kebutuhan kesehatan selama pandemi Covid-19 merupakan bagian dari komitmen APP Sinar Mas sebanyak 1,200 ton tiap bulannya yang dipasok OKI Pulp and Paper Mills (Sumsel), PT Indah Kiat Pulp and Paper, Tbk Perawang Mills (Riau), dan PT Lontar Papyrus Pulp and Paper Industry (Jambi).
Bupati Bengkulu Selatan Rifai Tajudin mengatakan, bantuan oksigen dari Sumsel tidak hanya digunakan untuk masyarakat Bengkulu Selatan, tetapi juga ke masyarakat Bengkulu secara keseluruhan. Pemerintah memang harus menyewa tangki agar kebutuhan oksigen masyarakat Bengkulu bisa terpenuhi.
Namun, hal itu penting dilakukan karena banyak masyarakat Bengkulu yang tidak bisa mendapatkan oksigen lantaran tidak memiliki tabung. ”Harga tabung pun meningkat pesat dari yang semula Rp 1,5 juta per tabung kini sudah Rp 4 juta,” ujar Rifai.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bengkulu Sisardi mengatakan, kebutuhan oksigen saat pandemi memang meningkat pesat. ”Biasanya kami hanya menghabiskan sekitar 320 tabung per hari, sekarang menjadi 800 tabung per hari,” ucapnya. Karena itu, keberadaan oksigen sudah harus diantisipasi.
Kini, ujar Sisardi, kebutuhan oksigen di Bengkulu bukan lagi harian, melainkan hanya menghitung waktu. ”Untuk pasien yang kritis, satu tabung hanya cukup untuk 12 jam. Inilah yang harus kita antisipasi,” ujar Sisardi.
Dengan bantuan itu, diharapkan pasokan oksigen bisa cukup hingga 1 minggu ke depan.
Oksigen liquid itu harus segera didistribusikan agar tidak mubazir.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Lesty Nurainy menjamin kebutuhan oksigen medis di Sumatera Selatan tidak terganggu karena pasokan yang ada jauh melebih kebutuhan. Pasokan oksigen cair di Sumsel sekitar 33 ton per hari, adapun kebutuhan sekitar Rp 20 ton-25 ton per hari.
”Oksigen liquid itu harus segera didistribusikan agar tidak mubazir,” ujarnya. Agar oksigen itu bisa dikirim ke semua rumah sakit di Sumsel, PT Pusri dan PT Ligasin menyediakan lima unit iso tank yang secara berkala mengantarkan oksigen itu ke semua RS.
Kebutuhan oksigen memang disalurkan agak banyak ke RS yang memiliki fasilitas HFMC (high flow nasal cannula /terapi oksigen beraliran tinggi). Namun, dibutuhkan iso tank yang lebih banyak agar distribusi oksigen bisa lebih merata ke semua daerah.
Warga Kelurahan 2 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Bayu Andi Rianto, yang ayahnya harus mendapat perawatan dengan bantuan oksigen, menilai, program ini sangat membantu karena sekarang harga oksigen cukup tinggi. Untuk satu tabung berukuran 1 meter kubik seharga Rp 50.000. Naik dari harga sebelumnya, yakni Rp 30.000. ”Kadang yang diisi juga tidak penuh,” ucapnya.
Itu hanya cukup untuk lima hari. ”Semoga dengan bantuan ini, dapat membantu ayah saya untuk kembali pulih dan bisa terus bernapas,” kata Bayu.