Pengisian oksigen gratis dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jateng yang bekerja sama dengan PT Langgeng Gas Njata digelar di Balai Kota Semarang, Jumat (6/8/2021). Solidaritas diperlukan di tengah pandemi.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Lonjakan kasus Covid-19 pascalibur Lebaran 2021 membuat kebutuhan oksigen meningkat drastis, bahkan menjadi barang langka disertai kenaikan harga. Saat itulah rantai kemanusiaan bekerja. Bantuan pasokan oksigen untuk masyarakat mengalir tanpa melihat latar suku, ras, dan agama. Solidaritas sesama di atas segalanya.
Puluhan tabung gas oksigen bervolume 1 meter kubik (tinggi 70 sentimeter) dijajarkan rapi di salah satu sudut Balai Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (6/8/2021). Begitu tiba urutannya, tabung gas dinaikkan petugas ke atas dudukan di dekat truk. Melalui sejumlah selang, dialiri gas oksigen yang bersumber dari tabung berukuran 6 meter kubik di dalam truk.
Berjarak sekitar 10 meter, sambil memegang dorongan tabung oksigen, Deki Setiawan (48) dengan sabar menunggu namanya dipanggil, yang berarti pengisian selesai. Pengajar bantu di salah satu madrasah di Kecamatan Tembalang, Semarang, itu kemudian berdiri dan beranjak setelah tabung terisi. Ia memanfaatkan fasilitas oksigen gratis.
”Kemarin ada teman yang susah mencari oksigen. Maka, begitu tahu ada program ini, langsung saja ikut. Antisipasi karena enggak tahu kapan Covid-19 menyerang. Kebetulan di pondok pesantren ada empat tabung oksigen. Kalau ada warga yang membutuhkan, nanti bisa kami pinjamkan,” ujar Deki.
Deki adalah salah satu pemanfaat program pengisian oksigen gratis oleh Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jateng bekerja sama dengan PT Langgeng Gas Njata. Adapun Pemkot Semarang sebagai penyedia tempat. Pada Jumat, pengisian oksigen gratis disediakan bagi 200 warga ber-KTP Semarang, masing-masing 1 meter kubik. Pada Jumat pekan depan, kegiatan itu akan dilakukan lagi juga dengan kuota 200.
Budiari (39), warga Tlogosari Kulon, Pedurungan, juga memanfaatkan program itu. Beberapa waktu lalu, saat suaminya terkonfirmasi positif Covid-19 dan harus isolasi mandiri di rumah, ia sempat kesulitan mencari tabung oksigen baru. Sempat keliling Semarang, ia tak mendapatkannya. Hingga akhirnya ia membeli secara daring.
”Waktu itu di mana-mana habis. Adanya isi ulang, sedangkan tabungnya enggak boleh dibeli. Akhirnya dapat beli online Rp 1,8 juta. Mungkin dua kali lipat dari harga normal. Namun, tidak apa-apa yang penting suami tertolong. Sekarang, begitu ada isi gratis, saya manfaatkan saja. Apalagi ada orangtua di rumah. Untuk jaga-jaga,” ujarnya.
Ketua II DPD Walubi Jateng Tanto Harsono menuturkan, program itu dilaksanakan karena masyarakat kekurangan pasokan oksigen. Harga pasaran juga relatif tinggi. Oleh karena itu, pihaknya bergerak agar masyarakat dapat terbantu dan menunjukkan jika stok oksigen masih ada.
Sikap saling membantu, sebagai bangsa, penting di tengah pademi Covid-19. ”Seperti halnya bakti sosial lain saat bencana, kami tidak melihat latar belakang atau bicara agama tertentu. Ketika ada yang butuh bantuan, kami akan turut membantu,” kata Tanto.
Andi Darmawan dari pemasaran PT Langgeng Gas Njata, Semarang, mengungkapkan, lonjakan permintaan oksigen, terutama di rumah sakit, terasa 2-6 pekan lalu. Namun, permintaan itu kini sudah menurun dan oksigen relatif tersedia, termasuk bagi masyarakat yang membutuhkan. ”Kami ingin masyarakat tahu bahwa oksigen tidak langka. Yang gratis pun ada,” ujarnya.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menuturkan, kerja sama bakti sosial menjadi contoh kolaborasi yang dibutuhkan di tengah pandemi Covid-19. Kebersamaan dalam rangka kemanusiaan akan turut meringankan beban warga.