Data Bermasalah Di Balik Kasus Covid-19 Kepri Yang Menurun
Satgas Covid-19 Nasional mengapresiasi penurunan kasus baru Covid-19 di Kepulauan Riau. Namun, akurasi data bermasalah dan cakupan tes PCR masih rendah.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nasional mengapresiasi pembatasan mobilitas dan capaian vaksinasi di Kepulauan Riau. Kedua hal itu dinilai berperan membuat penularan Covid-19 di provinsi itu mulai terkendali. Namun, sebenarnya masih banyak masalah yang harus dibereskan, termasuk soal akurasi data dan jumlah tes yang rendah.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Ganip Warsito di Batam, Sabtu (7/8/2021), mengatakan, penularan Covid-19 di Kepri saat ini mulai bisa terkendali. Ia menilai, capaian itu berkat pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 yang ketat dan capaian vaksinasi.
Dua daerah di Kepri, yakni Batam dan Tanjung Pinang, melaksanakan PPKM level 4 sejak 20 Juli hingga 9 Agustus. Data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan, kini temuan kasus baru di Batam turun dari sebelumnya rata-rata 2.000 kasus per minggu menjadi 1.000 kasus per minggu. Di Tanjung Pinang, kasus baru juga turun dari 1.000 kasus per minggu menjadi 300 kasus per minggu.
Namun, Kepala Balai Pelatihan Kesehatan Batam Asep Zaenal Mustofa menyatakan, data kasus Covid-19 di Kepri selama ini terkesan masih semu. Ia mendapati masih banyak laboratorium yang tidak disiplin melaporkan hasil tes reaksi berantai polimerase (PCR) kepada Satgas Penanganan Covid-19 di masing-masing kabupaten/kota.
Selain itu, tingkat tes PCR harian di sejumlah daerah di Kepri juga masih rendah. Salah satu contohnya Batam, dengan rasio positif 5,37 persen seharusnya Satgas Penanganan Covid-19 di kota itu melakukan tes PCR terhadap minimal 3.307 orang per hari. Kenyataannya jumlah tes saat ini jauh dari kriteria minimal tersebut.
Saat ini, Riau merupakan daerah dengan penularan Covid-19 tertinggi di luar Jawa dan Bali. Hingga 6 Agustus, total kasus Covid-19 di Riau mencapai 105.125 orang.
"Pelaporan yang lambat dan tes yang rendah itu membuat pemerintah pusat sulit mengetahui kondisi sebenarnya di daerah. Padahal, dalam situasi pandemi seperti ini data yang akurat sangat diperlukan untuk mengambil keputusan yang tepat," kata Asep.
Asep meminta warga Kepri tetap waspada karena pandemi masih jauh dari berakhir. Temuan sejumlah varian baru SARS-CoV-2 juga menambah kekhawatiran. Pada 23 Juli, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan mengonfirmasi temuan kasus SARS-CoV-2 varian alpha di Tanjung Pinang dan penularan SARS-CoV-2 varian delta di Batam.
SARS-CoV-2 varian delta memang terbukti lebih mudah menular dan memicu kenaikan kasus secara signifikan seperti terjadi di Jawa dan Bali. "Kepri, terutama Batam, sebagai beranda terdepan Indonesia yang berbatasan dengan negara tetangga harus memperhatikan betul penapisan terhadap pelaku perjalan dari luar negeri," kata Ganip yang juga Ketua Satgas Covid-19 Nasional.
Selain berbatasan dengan negara tetangga, Kepri juga berbatasan dengan Provinsi Riau. Menurut Ganip, saat ini Riau merupakan daerah dengan penularan Covid-19 tertinggi di luar Jawa dan Bali. Hingga 6 Agustus, total kasus Covid-19 di Riau mencapai 105.125 orang. Adapun total kasus Covid-19 di Kepri jumlahnya 47.587 orang.
Secara terpisah, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kepri, Tjetjep Yudiana, mengatakan, Pemerintah Provinsi Kepri selalu berupaya maksimal mengawasi mobilitas orang antardaerah. Penurunan kasus baru di Batam dan Tanjung Pinang dinilai belum cukup membuat status PPKM level 4 dicabut. Oleh karena itu, ia meminta agar warga bersabar mematuhi pembatasan mobilitas yang berlaku hingga 9 Agustus.
Selain memperketat pembatasan mobilitas, Pemprov Kepri juga berupaya memperluas cakupan vaksinasi. Rencananya, petugas kesehatan di seluruh kota/kabupaten akan mulai mendapat suntikan vaksinasi ketiga pada 9 Agustus.
"Dari 1.060 vial stok vaksin Moderna yang dimiliki provinsi, sebanyak 304 vial telah didistribusikan ke lima kabupaten/kota. Sisanya akan didistribusikan pada 8 Agustus. Vaksin itu khusus dosis ketiga bagi tenaga kesehatan," ucap Tjetjep.