Sumatera Mulai Kewalahan Alami Lonjakan Kasus Covid-19
Lampu darurat kasus Covid-19 di Sumatera sudah menyala. Segala sesuatu harus dipersiapkan agar tidak mengulang tragedi kolapsnya rumah sakit di Jawa beserta fasilitas dan logistik penunjangnya.
Oleh
Ahmad Arif
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan kasus Covid-19 melanda berbagai daerah di Pulau Sumatera dan menyebabkan rumah sakit mulai penuh. Terbatasnya fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan berbagai fasilitas pendukung lain berisiko meningkatkan angka kematian pasien.
Tren peningkatan kasus Covid-19 di wilayah Sumatera ini disampaikan sejumlah dokter dari Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, hingga Kepulauan Riau dalam pertemuan daring yang diselenggarakan Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Rabu (28/7/2021).
Ketua Pelaksana Harian Tim Mitigasi Dokter IDI Mahesa Paranadipa Maikel mengatakan, kasus Covid-19 secara nasional masih meningkat, sekalipun untuk Jakarta sudah mulai tanda-tanda penurunan. Antrean di instalasi gawat darurat (IGD) sejumlah rumah sakit juga mulai menurun, sekalipun ICU masih penuh. ”Kita berharap jumlah pasien akan terus menurun,” katanya.
Kalau ada nakes yang alami pemburukan akan menyulitkan untuk evakuasi. SDM juga terbatas, bahkan di beberapa kabupaten tidak ada spesialis paru dan anestesi.
Penurunan pasien akan memberi jeda bagi tenaga kesehatan yang sudah kelelahan dan banyak menjadi korban. Berdasarkan data Tim Mitigasi IDI, hingga 27 Juli 2021, terdapat 598 dokter meninggal karena Covid-19. Sementara itu, data LaporCovid-19, total ada 1.577 tenaga kesehatan yang meninggal, dengan 318 peristiwa di antaranya terjadi pada Juli.
Laporan Kementerian Kesehatan, jumlah kasus secara nasional bertambah 47.791 kasus dan korban jiwa bertambah 1.824 orang pada Rabu. Penambahan terbanyak terjadi di Jawa Barat sebanyak 8.366 kasus baru dan 205 korban jiwa. Adapun di Jawa Timur terdapat penambahan 6.422 kasus baru dan 401 korban jiwa. Jakarta bertambah 5.525 kasus baru dan 69 korban jiwa, sedangkan Jawa Tengah bertambah 4.666 kasus baru dan 398 korban jiwa.
Di luar Jawa, penambahan kasus terbanyak terjadi di Kalimantan Timur sebanyak 2.129 kasus dan 87 korban jiwa. Berikutnya, Sumatera Utara bertambah 1.588 kasus dan 23 korban jiwa.
Situasi di Sumatera
Ketua Satgas Covid-19 IDI wilayah Jambi Nirwan Satria mengatakan, kasus Covid-19 di Jambi mulai meningkat pesat sejak 18 Juli. ”Dari sebelumnya kasus di bawah 100 orang per hari, tiba-tiba di atas 400 pada hari itu. Saat ini stabil di atas 200 orang,” ujarnya.
Lonjakan pasien ini, menurut Nirwan, menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur (BOR) di rumah sakit mulai penuh. ”Di RS Raden Mattaher, satu-satunya rujukan Covid-19 di Jambi, BOR untuk tempat tidur isolasi sudah 90 persen, demikian juga ICU,” tuturnya.
Nirwan juga mengkhawatirkan adanya temuan varian Delta Plus atau B.1.617.2.1 yang di antaranya ditemukan di Jambi, selain di Mamuju, Sulawesi Barat. ”Dikhawatirkan varian ini meningkatkan risiko penularannya. Padahal, sumber daya fasilitas dan nakes lebih terbatas dibandingkan di Jawa,” ucapnya.
Menurut Nirwan, selama pandemi sudah 90 dokter terinfeksi dan saat ini ada 48 dokter menjalani isolasi mandiri, 7 orang dirawat di rumah sakit dan 1 orang di ICU. ”Ada tiga orang yang meninggal, semuanya dokter spesialis,” ujarnya.
Ketua IDI Aceh Safrizal Rahman mengatakan, kenaikan kasus di Aceh rata-rata terlambat dua bulan dibandingkan kenaikan kasus di Jawa. ”Di tahun 2020, penyebaran kasus Covid-19 Aceh terlambat dua bulan. Ketika Jawa berkurang, Aceh mengalami peningkatan. Itu terjadi juga pada 2021 ketika Jawa-Bali berkurang, di luar Jawa, terutama di Sumatera, meningkat. Padahal, kesadaran dan kepatuhan masyarakat tidak berubah lebih baik,” paparnya.
Dia menambahkan, sejauh ini ada 326 dokter yang terkonfirmasi positif Covid-19, sembilan orang di antaranya meninggal. ”Hari ini ada 41 yang isoman, 25 orang PPDS (program pendidikan dokter spesialis). Sebanyak 5 orang dirawat dan 1 orang kritis,” kata Safrizal. Tak lama kemudian, dia meralat dengan menginformasikan bahwa satu dokter yang tengah dirawat baru saja meninggal karena Covid-19.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan Trisnawarman mengatakan, BOR rumah sakit di wilayahnya sudah 80 persen dengan tren meningkat. ”Saat ini banyak pasien yang ditolak masuk RS karena sudah penuh. Karena itu, kami mulai menyiapkan tempat isoman terpusat,” katanya.
Di tengah lonjakan kasus ini, menurut Trisnawarman, cakupan vaksin masih sangat kurang. ”Kita masih kekurangan vaksin. Sebelumnya, cakupan di atas 100 persen, tetapi kemudian vaksin tidak turun. Apalagi, varian Delta juga meluas. Pasien isoman juga semakin banyak. Juga oksigen, serta sumber daya manusia. Ini mengkhawatirkan,” tuturnya.
Perwakilan IDI Kepri Rusdani juga melaporkan adanya lonjakan kasus Covid-19. ”Batam yang punya dua ICU Covid-19 penuh semua. Untuk daerah terpencil, tidak ada ICU. Jadi, kalau ada nakes yang alami pemburukan, akan menyulitkan untuk evakuasi. SDM juga terbatas, bahkan di beberapa kabupaten tidak ada spesialis paru dan anestesi,” katanya.
Masalah lainnya, tambah Rusdani, pelacakan kasus tidak berjalan dengan baik, menyebabkan kasus penularan terus membesar. ”Obat juga sudah banyak yang mengeluhkan, remdesivir menipis. Demikian juga untuk yang isoman, obat kosong di puskesmas. Beberapa bulan susah mencari obat antivirus. Obat sangat terbatas,” ujarnya.