Solidaritas orang Indonesia tidak mati meski dihantam pandemi. Dari pelosok desa di Cirebon, energi itu tetap terjaga.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·4 menit baca
Penularan Covid-19 yang tiada henti membuat sebagian warga RW 007, Desa Kalikoa, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menjelma jadi sukarelawan. Mereka menyiapkan makanan, sembako, hingga tabung oksigen untuk tetangga yang menjalani isolasi mandiri.
Ophie Wijaya (39), warga RW 007, merasa tak berdaya ketika terkonfirmasi positif Covid-19 akhir Juni 2021 lalu. Tubuhnya demam dan linu. Kepalanya pusing bukan main. Bersama satu anak dan istrinya, ia harus menjalani isolasi mandiri.
Selain terpisah sementara dengan empat anaknya yang lain, beban psikologisnya kian bertambah kala mendengar pengumuman dukacita melalui pengeras suara di masjid. Ia juga harus memikirkan cara memenuhi kebutuhan harian meski tak keluar rumah.
Beruntung, setelah menginformasikan dirinya positif di grup percakapan warga, bantuan berdatangan. ”Tapi, saya kok dapat makanan banyak sekali. Ditolak enggak mungkin, dikasih yang lain juga enggak bisa. Akhirnya, mubazir,” katanya, Senin (2/8/2021).
Ophie yang bekerja di sektor properti pun berpikir, belum tentu warga lainnya menerima makanan seperti dirinya. Bahkan, boleh jadi ada pasien isolasi mandiri (isoman) yang telantar. Ia lalu berkoordinasi dengan RT dan RW agar kebutuhan warga isoman terpenuhi.
Gayung bersambut, aparat RT dan RW bersama warga membangun posko untuk menampung sekaligus mendistribusikan pemberian itu. Poskonya bernama Sambatan, akronim dari saling bantu antarteman. Dalam bahasa setempat, sambatan serupa pertolongan.
”Dengan Sambatan ini, kami ingin yang terpapar tidak merasa canggung dan dikucilkan. Covid-19 ini bukan aib. Kalau warga memberi tahu, pasti dapat support (dukungan),” ujar Ketua RT 004 Deni Hamzah (40).
Sumbangan pun mengalir ke posko. Dari beras 95 kilogram, vitamin, hingga uang donasi yang mencapai total Rp 11,8 juta. Semuanya swadaya warga. Dana itu antara lain dibelikan makanan bagi warga isoman.
”Kebetulan ada warga yang buka katering. Jadi, kami pesan ke sana sekaligus memberdayakan usahanya. Alhamdulillah, dapat potongan harga,” ungkap Deni diiringi tawa. Menu makanan juga dibedakan. Warga lanjut usia, misalnya, bisa menikmati bubur.
Makanan itu diantar setiap siang dan malam hari oleh sukarelawan. Mereka adalah pegawai negeri sipil, polisi, karyawan swasta, hingga wiraswasta. Kalau di pekerjaannya mereka digaji, saat jadi sukarelawan, tak dapat sepeser pun. Malah, duitnya yang keluar.
”Warga yang bekerja sebagai perawat, misalnya, ikut memasangkan oksigen untuk yang isoman,” kata Deni yang bekerja di media. Posko memiliki dua tabung oksigen demi menolong warga yang sesak napas. Tiga alat pengukur saturasi oksigen juga disiapkan.
Menurut Ketua RW 007 Totong Teddy Setiadi, berbagai upaya tersebut demi mencegah penyebaran Covid-19 meluas. ”Intinya agar warga tertib. Sebelumnya, yang positif tetap berkeliaran karena harus mencari makan. Sekarang, makanan kami siapkan,” ujarnya.
Kehadiran posko dan sukarelawan Sambatan ini penting agar pasien yang isoman tetap terpantau. Apalagi, keterisian ruang isolasi di rumah sakit di Cirebon sempat mencapai 90 persen. Sementara kasus positif harian pernah mencapai 500 orang per hari.
Di RW 007 yang berpenduduk 465 keluarga, tercatat 116 kasus positif di wilayah dalam dua bulan terakhir. Dari jumlah tersebut, sebanyak enam warga meninggal dunia meski sempat dirawat di rumah sakit. Sebanyak 100 orang sembuh dan 10 orang masih menjalani isoman.
Menurut Teddy, lonjakan kasus Covid-19 terjadi karena pelacakan berjalan. Pihaknya bersama ketua RT mampu meyakinkan warganya yang kontak erat dengan kasus positif untuk menjalani tes usap. Ini mempermudah tugas tenaga kesehatan di puskesmas yang juga disibukkan dengan vaksinasi.
Bahkan, tim sukarelawan memiliki catatan kasus positif yang terpampang di papan pengumuman dekat kompleks Griya Caraka. Mereka juga mencatat detail usia, waktu warga terkonfirmasi positif Covid-19, hingga golongan darah penyintas untuk mengantisipasi permintaan plasma konvalesen.
”Beberapa hari lalu, ada warga yang punya komorbid jantung dan butuh donor plasma. Alhamdulillah, ada warga kami bersedia. Dia enggak mau disebut namanya. Total tiga warga sudah mendonor. Bahkan, satunya dikasih ke orang luar (RW). Posko ini akan terus ada sampai kami zero (nol) kasus,” papar Teddy.
Meskipun operasional posko dari swadaya warga, lanjutnya, Pemdes Kalikoa turut mendukung. ”Tiga warga positif Covid-19 yang meninggal bisa dimakamkan di tempat pemakaman desa karena bantuan pemdes sehingga enggak ada penolakan,” ungkapnya.
Teddy, Deni, dan Ophie berharap, gerakan sambatan itu bisa diadopsi di RW lain di Cirebon. ”Seandainya posko Sambatan ada di seluruh Indonesia, pasien yang isoman pasti terjaga. Mungkin PPKM (pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat) darurat tidak perlu dilakukan,” ujar Ophie.