Marak Titik Panas di Kalbar, Revitalisasi Embung dan Patroli Digencarkan
Sebanyak 180 titik panas muncul di Kalimantan Barat. Antisipasi mulai dilakukan dengan patroli dan pembuatan embung. Bahkan, sudah ada lahan gambut yang terbakar dalam beberapa pekan terakhir.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Ratusan titik panas mulai bermunculan di Kalimantan Barat beberapa pekan terakhir. Bahkan, di sejumlah daerah, sudah ada lahan terbakar meski berhasil diantisipasi sejak dini sehingga tidak meluas. Daerah telah menyiapkan langkah antisipatif, mulai dari patroli hingga revitalisasi embung sebagai sumber air.
Berdasarkan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), hingga Kamis (5/8/2021), pantauan 24 jam terakhir terdapat 180 titik panas di Kalbar. Titik panas tersebut tersebar di 10 kabupaten dan terbanyak di Kabupaten Sanggau, yakni 77 titik.
Koordinator Manggala Agni Kalbar Sahat Irawan Manik, Kamis (5/8/2021), mengatakan, hingga Kamis ini, operasi pemadaman masih dilakukan. Pemadaman dilakukan di daerah Kecamatan Singkawang Selatan, Kota Singkawang. Berdasarkan laporan, lahan yang terbakar kemungkinan ada yang berupa gambut. Perkiraan awal, luas yang terbakar sekitar 1 hektar (ha). ”Kawasan yang terbakar adalah tempat warga membuang sampah,” katanya.
Pantauan 24 jam terakhir terdapat 180 titik panas di Kalbar. Titik panas tersebut tersebar di 10 kabupaten dan terbanyak di Kabupaten Sanggau yakni sebanyak 77 titik.
Pemadaman juga dilakukan di Kabupaten Sambas, sekitar 2 ha dengan jenis lahan yang terbakar berupa lahan gambut. Operasi pemadaman masih dilakukan. Kebakaran lahan di Kalbar mulai terjadi sejak 20 Juli.
”Namun, kali ini penanganan lebih cepat dan didukung juga oleh cuaca yang kadang hujan sehingga api tidak sempat membesar. Ketika ada titik api, tim gabungan darat dan udara cepat menangani. Titik api muncul karena sempat tanpa hujan sekitar dua minggu,” ujarnya.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah mengingatkan sejak akhir Juli hingga Agustus, Kalbar rawan kebakaran lahan. Bahkan, pada pertengahan Agustus hingga awal September akan ada panas lagi.
Manggala Agni beserta tim terpadu lainnya telah mengantisipasi hal tersebut. Antisipasi dilakukan dengan menggelar patroli di 29 desa di Kalbar yang termasuk rawan kebakaran lahan. ”Semoga tahun ini kebakaran lahan tidak terlalu parah,” ujar Sahat.
Pemicu kebakaran tahun ini sebagian ada yang berulang di tempat sama. Ada juga muncul di tempat yang baru karena pembukaan lahan. Di salah satu kecamatan, ada kanalisasi di lahan gambut sehingga lahan kering dan mudah terbakar. Sebagian lain kebakaran terjadi di tanah mineral.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak Haryadi S Triwibowo mengatakan, kebakaran lahan gambut juga sempat terjadi di Kota Pontianak. Namun, api bisa dipadamkan, tepatnya di daerah Sepakat 2, dengan luasan sekitar 2.000 meter persegi. Ia menyebut, sekitar 99 persen kebakaran lahan karena unsur kesengajaan. Ada warga yang sedang membuka lahan.
Adapun kebakaran di Pontianak, lanjut Haryadi, terjadi sejak Senin (2/8/2021). Namun, sejauh ini cepat diantisipasi bersama tim relawan.
Antisipasi terus dilakukan dengan patroli bekerja sama dengan camat, lurah, TNI-Polri, dan relawan. Selain itu, untuk menjamin ketersediaan air, tim gabungan membuat embung dan normalisasi kanal. ”Di lahan gambut, yang penting ketersediaan air memadai. Kalau sudah ada embung mudah mengakses air. Jadi, jika sewaktu-waktu lahan terbakar, sumber air mudah didapatkan. Kesiagaan terus kami lakukan,” ujar Haryadi.
Prakirawan BMKG Bandara Supadio Pontianak, Dina Ike, mengatakan, tiga hari ke depan, ada potensi hujan ringan hingga sedang di Kalbar, khususnya Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya. Pada 7 Agustus, hujan intensitas ringan hingga lebat berpeluang terjadi, terutama di Kalbar bagian utara dan sepanjang pesisir Kalbar, seperti Kabupaten Kubu Raya, Sanggau, Landak, Sekadau, dan Ketapang.