Pemkot Kendari Kucurkan Bantuan Tunai untuk 1.178 Nelayan
Pemkot Kendari mengucurkan bantuan tunai untuk 1.178 nelayan di kota itu. Selain bantuan yang merata, pemerintah juga dituntut memaksimalkan penanganan Covid-19 agar kasus baru tidak terus melambung.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Sebanyak 1.178 nelayan mendapat bantuan tunai Rp 300.000 per orang dari Pemerintah Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Bantuan ini untuk meringankan beban nelayan yang terdampak pandemi Covid-19 dan cuaca buruk belakangan ini.
Wali Kota Kendari Sulkarnain Kadir menuturkan, pihaknya secara simbolis menyerahkan bantuan tunai kepada 1.178 nelayan. Bantuan diharapkan meringankan beban keluarga nelayan yang kesulitan akibat dampak ekonomi dari penyebaran Covid-19 lebih dari setahun terakhir.
”Masing-masing mendapatkan Rp 300.000 ditransfer ke rekening Bank Sultra. Tentunya bantuan ini belum menyelesaikan masalah, tapi kami berusaha meringankan beban bersama,” kata Sulkarnain, di Kendari, Rabu (4/8/2021).
Pemberian bantuan, kata Sulkarnain, akan dilakukan secara bertahap. Nelayan lain yang belum mendapatkan bantuan boleh mengajukan nama yang nantinya diverifikasi oleh dinas terkait dan inspektorat. Bantuan tidak hanya diberikan kepada kelompok nelayan, tetapi juga akan menyasar masyarakat yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga kelompok pedagang.
Sejauh ini, telah ada 8.000 warga yang terdata dan dalam tahap verifikasi. Pemeriksaan data penting agar tidak ada tumpang tindih penyaluran, terutama masyarakat yang telah menerima bantuan dari pemerintah pusat atau provinsi.
”Kami upayakan membantu di tengah keterbatasan yang kami miliki. Tentunya kami berharap agar pandemi selesai dan masyarakat bisa beraktivitas normal kembali,” ucap Sulkarnain.
Kepala Dinas Perikanan Kota Kendari Imran Ismail menyampaikan, bantuan terhadap 1.178 nelayan ini memang baru sebagian kecil dari nelayan yang ada di Kendari. Berdasarkan data, total nelayan di Kendari sebanyak 16.989 orang dari semua sektor perikanan, baik nelayan tangkap maupun budidaya.
Meski begitu, Imran menambahkan, sejumlah nelayan telah mendapatkan bantuan dari program lain sebelumnya. Bantuan kali ini difokuskan kepada nelayan yang tidak mendapatkan bantuan apa pun sebelumnya. ”Ini dananya dari APBD Kendari yang kami anggarkan sekitar Rp 300 juta. Kami masih membuka pendataan untuk nantinya diverifikasi sebagai penerima bantuan gelombang selanjutnya,” katanya.
Ketua Pusat Kajian dan Advokasi Hak Asasi Manusia (PuspaHAM) Sultra Kisran Makati menjabarkan, bantuan bagi masyarakat merupakan hal yang penting dilakukan. Kelompok nelayan yang berpenghasilan rendah akan terbantu hidupnya.
Akan tetapi, sambung Kisran, bantuan juga harus menyasar masyarakat lain yang terdampak pandemi Covid-19. Sebab, semua elemen masyarakat saat ini kesulitan secara ekonomi di tengah gejolak wabah.
Jadi, selain bantuan disalurkan, penanganan juga harus ditingkatkan.
Tidak hanya itu, pemberian bantuan juga dituntut sejalan dengan penanganan Covid-19 yang maksimal. Dua hal ini merupakan sebuah kesatuan agar masyarakat bertahan di tengah pandemi sekaligus menyelamatkan kesehatan warga.
”Jadi, selain bantuan disalurkan, penanganan juga harus ditingkatkan. Kita ingat, beberapa waktu lalu, kebijakan Pemkot Kendari tidak sejalan dengan upaya penanganan, baik dalam pembatasan aktivitas masyarakat maupun pemberian izin acara yang mendatangkan ribuan orang,” kata Kisran.
Kisran mengungkapkan, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pelaksanaan di lapangan tidak maksimal. Wilayah perbatasan tidak dijaga dan arus keluar-masuk orang di pelabuhan minim pengawasan.
Oleh sebab itu, pemerintah dituntut lebih maksimal dalam penanganan Covid-19, mulai dari penelusuran kasus hingga perawatan di fasilitas kesehatan. Dengan demikian, keselamatan warga terjamin dan kasus Covid-19 bisa diminimalisasi.
Hingga Rabu sore, jumlah kasus Covid-19 kumulatif di Kendari 7.052 kasus dengan 88 kasus meninggal. Jumlah kasus dalam perawatan 1.009 orang dan 5.955 orang telah dinyatakan sembuh. Penambahan kasus di Kendari terus terjadi dengan angka rata-rata 50 kasus baru setiap hari.