Puluhan Nakes Terpapar, Layanan IGD Rumah Sakit Manokwari Lumpuh
RSUD Manokwari belum dapat membuka pelayanan di ruang instalasi gawat darurat setelah 56 tenaga kesehatan dan penunjang terpapar Covid-19. Pasien yang meninggal karena masalah keterbatasan oksigen juga terus bertambah.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pelayanan di ruang Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Manokwari di Papua Barat lumpuh. Hal itu terjadi setelah 56 tenaga kesehatan dan tenaga penunjang rumah sakit terpapar Covid-19.
Pelaksana Tugas Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Manokwari Alwan Rimosan, saat dihubungi di Jayapura, Papua, Minggu (1/8/2021), mengatakan, RSUD Manokwari kekurangan tenaga di ruang instalasi gawat darurat (IGD) setelah 56 tenaga kesehatan (nakes) dan tenaga penunjang RSUD Manokwari terpapar Covid-19 dalam sepekan terakhir.
Ia memaparkan, ke-56 orang ini terdiri dari 9 dokter, 31 paramedis, dan 16 tenaga penunjang. Mereka selama ini kelelahan menangani pasien Covid-19 di ruang isolasi dan ruang IGD.
”Kami sudah menutup layanan IGD RSUD Manokwari selama dua hari terakhir. Sebab, belum ada tenaga dokter ataupun perawat yang dapat bertugas di ruang IGD,” ungkap Alwan.
Selain itu, menurut Alwan, pasien Covid-19 yang meninggal karena gejala berat dan minimnya pasokan oksigen di RSUD Manokwari terus bertambah hingga kini. Sebanyak dua pasien meninggal karena pasokan oksigen yang terbatas pada Jumat dan Sabtu.
Total sebanyak 14 pasien Covid-19 yang meninggal karena minimnya pasokan oksigen di tiga rumah sakit di Papua Barat. Ketiga rumah sakit ini adalah RSUD Provinsi Papua Barat, RSUD Manokwari, dan RSUD Pratama Warmare.
”Mesin produksi oksigen di RSUD Manokwari hanya mampu memproduksi 15 hingga 20 tabung berukuran 6 meter kubik per hari. Sementara kebutuhan oksigen di rumah sakit mencapai 50 hingga 100 tabung per hari,” ujar Alwan.
Alwan berharap adanya bantuan mesin produksi oksigen yang lebih memadai di RSUD Manokwari. Tujuannya, untuk memberikan pasokan oksigen yang cukup bagi pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Mesin produksi oksigen di RSUD Manokwari hanya mampu memproduksi 15 hingga 20 tabung berukuran 6 meter kubik per hari. Sementara kebutuhan oksigen di rumah sakit mencapai 50 hingga 100 tabung per hari.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Barat Arnold Tiniap mengungkapkan, total produksi oksigen di Manokwari, ibu kota Papua Barat, hanya 100 tabung per hari. Terdapat enam rumah sakit di Manokwari dan kebutuhan setiap rumah sakit minimal 100 tabung per hari.
Arnold memaparkan, meningkatnya pemakaian oksigen di setiap rumah sakit di Papua Barat dipengaruhi jumlah pasien Covid-19 dengan gejala berat yang melonjak drastis. Pasien mengalami sesak napas dengan saturasi oksigen di bawah angka normal 95 persen.
Total terdapat 1 kota dan 11 kabupaten yang berstatus zona merah Covid-19, yakni Kota Sorong serta Kabupaten Sorong, Sorong Selatan, Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Tambrauw, Maybrat, Raja Ampat, Kaimana, dan Fakfak. Hanya tersisa satu kabupaten yang zona hijau, yakni Pegunungan Arfak.
Dari data terakhir tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Barat, total kumulatif kasus positif mencapai 18.539 orang yang meliputi 15.425 orang sembuh, 2.829 orang masih dirawat, dan 316 orang meninggal. Jumlah warga Papua Barat yang terpapar Covid-19 pada Sabtu, 31 Juli, mencapai 328 orang.
”Dua puluh persen dari total kasus 100 hingga 200 positif Covid-19 per hari adalah pasien dengan gejala berat. Satu pasien dengan gejala berat bisa menghabiskan 10 hingga 15 tabung berukuran 2 meter kubik per hari,” papar Arnold.
Ia menambahkan, Gubernur Papua Barat Dominggus Mandacan telah menyurati Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk bantuan penyediaan oksigen.
Diketahui ada 23 rumah sakit di 11 kabupaten di Papua Barat dengan ketersediaan oksigen sangat terbatas. Sebanyak sembilan pasien Covid-19 dengan gejala berat meninggal karena tidak mendapatkan pasokan oksigen yang cukup.
”Permohonan bantuan dari SKK Migas untuk mengatasi masalah minimnya pasokan oksigen di Papua Barat. Hal ini untuk mencegah pasien Covid-19 dengan gejala berat meninggal karena minimnya ketersediaan oksigen di rumah sakit,” tutur Arnold.