Pasokan Oksigen 23 Rumah Sakit di Papua Barat Kritis
Sebanyak 23 rumah sakit di Provinsi Papua Barat sudah mencapai kondisi kritis oksigen untuk penanganan pasien Covid-19. Bahkan, tiga pasien di salah satu rumah sakit meninggal karena tidak mendapatkan oksigen.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 23 rumah sakit di Provinsi Papua Barat sangat memerlukan tambahan pasokan oksigen medis untuk penanganan pasien Covid-19. Sudah tiga pasien yang meninggal di rumah sakit karena tidak mendapatkan oksigen.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Barat dr Arnold Tiniap, saat dihubungi dari Jayapura, Papua, Selasa (27/7/2021), membenarkan adanya informasi tersebut. Ia mengakui, ketersediaan oksigen untuk penanganan pasien Covid-19 di Provinsi Papua Barat sangat terbatas.
Kondisi ini dipicu meningkatnya jumlah pasien Covid-19 bergejala berat sesak napas dengan saturasi oksigen di bawah ambang normal 95 persen. Kasus baru Covid-19 di Papua Barat mencapai 100-200 orang per hari. Sementara persentase keterisian tempat tidur (BOR) untuk pasien Covid-19 sudah mencapai 90 persen.
”Sebanyak 20 persen dari total 100-200 kasus positif Covid-19 per hari adalah pasien dengan gejala berat. Satu pasien dengan gejala berat bisa menghabiskan 10 hingga 15 tabung berukuran 2 meter kubik per hari,” tutur Arnold.
Ia menuturkan, setiap rumah sakit di Papua Barat membutuhkan minimal 100 tabung oksigen per hari, sementara produksi oksigen tidak mencukupi kebutuhan setiap rumah sakit. Misalnya, produsen di Kabupaten Manokwari, yang memiliki enam rumah sakit, hanya mampu memproduksi 100 tabung berukuran 6 meter kubik per hari.
Saat ini terdapat 1 kota dan 11 kabupaten yang berstatus zona merah Covid-19 di Papua Barat. Hanya tersisa satu kabupaten yang berstatus zona hijau, yakni Pegunungan Arfak. Sebanyak 12 daerah zona merah itu adalah Kota Sorong, Sorong, Sorong Selatan, Manokwari, Manokwari Selatan, Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Tambrauw, Maybrat, Raja Ampat, Kaimana, dan Fakfak.
Arnold mengatakan, dari 12 daerah itu, sebanyak 11 kabupaten mengalami kondisi minimnya ketersediaan oksigen. Hanya Kota Sorong yang pasokan oksigennya masih cukup memadai untuk pelayanan pasien Covid-19. Kota Sorong merupakan kota terbesar sekaligus simpul transportasi udara dan laut di provinsi itu.
”Kami membutuhkan bantuan pasokan oksigen dari luar Papua Barat dan tambahan alat produksi oksigen dengan kapasitas yang besar. Kami telah menyampaikan masalah ini ke Kementerian Kesehatan,” ujar Arnold.
Dari data terakhir tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Barat pada Selasa (27/7), total kumulatif kasus positif mencapai 17.397 orang. Data ini meliputi 13.786 orang sembuh, 3.341 orang dirawat, dan sebanyak 301 orang meninggal.
Masalah yang sama juga terjadi di Provinsi Papua. Delapan rumah sakit di Kota Jayapura, ibu kota Papua, juga mengalami kekurangan oksigen dalam penanganan pasien Covid-19 dengan gejala berat.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura Ni Nyoman Sri Antari mengungkapkan, terdapat delapan pasien di dua rumah sakit yang meninggal karena minimnya oksigen. Hal ini disebabkan ketersediaan oksigen tidak sesuai dengan jumlah pasien yang dirawat dengan gejala berat Covid-19.
Diketahui, jumlah kebutuhan oksigen di delapan rumah sakit tersebut sebanyak 426 tabung per hari. Adapun produksi oksigen maksimal hanya mencapai 300 tabung per hari.
Persentase BOR tempat perawatan untuk pasien Covid-19 sudah mencapai angka 98 persen di Kota Jayapura. Kota Jayapura menempati peringkat pertama di Papua dengan jumlah warga yang masih dirawat karena Covid-19 sebanyak 1.523 orang.