Milenial Palembang Tak Ketinggalan Membantu Masyarakat yang Menjalani Isoman
Pandemi Covid-19 terus menguatkan solidaritas sosial di Palembang, Sumatera Selatan. Berbagai komunitas, mulai dari anak muda sampai komunitas profesi, bergerak secara swadaya membantu para warga terdampak.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
Pandemi Covid-19 terus menguatkan solidaritas sosial di Palembang, Sumatera Selatan. Berbagai komunitas, mulai dari anak muda sampai komunitas profesi, bergerak secara swadaya membantu warga terdampak. Semua berharap pandemi bisa dilalui dengan selamat.
Di sebuah rumah berukuran 6 meter x 6 meter yang terletak yang terletak di Jalan Lantana, Kelurahan Talang Kelapa, Kecamatan Alang-alang Lebar, Palembang, Esveransa Simatupang (21) dan lima temannya sibuk memasukkan makanan matang ke dalam styrofoam. Ditemani alunan lagu rohani, mereka melakukannya sembari bercanda ringan.
Rumah itu difungsikan sebagai dapur peracikan makanan para pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri (isoman). Menu hari itu adalah nasi putih, sayur sop, kacang panjang udang, dan tempe kecap. Tidak lupa mereka menyisipkan vitamin dalam paket tersebut.
Total ada 106 paket makanan yang diracik untuk menu makan siang dan makan malam bagi warga yang menjalani isoman di sejumlah daerah di Kota Palembang. ”Dengan dua paket ini, mereka tidak perlu keluar dari rumah dan dapat fokus beristirahat,” ucap Esveransa.
Sejak pukul 04.00, mereka sudah bekerja dan berbagi tugas, mulai dari berbelanja bahan di pasar, memasak makanan, hingga mengemas. Hal itu harus mereka lakukan setiap hari karena tidak ada kulkas untuk menyimpan bahan mentah.
Tawaran makanan gratis itu mereka sampaikan lewat media sosial. Ternyata peminatnya cukup tinggi. Dalam waktu seminggu, sudah 53 orang yang meminta bantuan.
Syarat untuk menerima bantuan makanan itu adalah warga yang isoman hanya perlu memberikan bukti positif PCR dan berdomisili di Palembang. Adapun urusan pengantaran diserahkan pada jasa ojek daring.
Esveransa merupakan inisiator yang membentuk kelompok bernama Rise of the Christ’s Knight (Rock). Dengan modal awal Rp 1.000.000, dari menyisihkan uang jajan setiap anggota yang masih pelajar dan mahasiswa itu, mereka memulai aksinya.
Beberapa donatur kemudian memberikan dana tambahan sehingga terkumpul Rp 8.000.000. Dengan uang ini, mereka bisa memberikan makan gratis hingga 2 Agustus 2021.
”Kami tergantung pada dana, tetapi jika memang harus berhenti, kami bersyukur sudah bisa membantu,” ucap Esveransa.
Sebelum memberikan makan bagi warga yang menjalani isoman, Rock juga melakukan pekerjaan sosial lain, yakni menyemprotkan cairan disinfektan di setiap rumah. ”Ini kami lakukan agar bisa memberikan manfaat dibanding hanya menghabiskan waktu dengan bermain telepon pintar,” kata Esveransa.
Aksi sosial juga dilakukan Komunitas Perawat Peduli Palembang yang tetap membagikan makanan gratis bagi mereka yang terdampak pandemi. Setiap Jumat, mereka membagikan 200 paket makanan di sebuah masjid yang ada di KM 12 Palembang. Program yang dinamakan Jumat Barokah ini disambut antusias oleh warga yang terdampak pandemi.
Koordinator Komunitas Perawat Peduli Palembang, Fitriono Bagustio, mengatakan, selama dua tahun terakhir, komunitas rutin menggelar beragam kegiatan untuk membantu mereka yang terdampak pandemi, terutama masyarakat berpenghasilan menengah bawah.
Namun, di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), distribusi bantuan agak tersendat. Agustus ini Fitriono berharap PPKM di Palembang bisa mereda sehingga semua program, seperti sayur murah, paket makanan murah, dan program lain, bisa terlaksana.
Di masa PPKM , lanjut Fitriono, banyak warga yang membutuhkan bantuan, terutama mereka yang berpenghasilan menegah bawah. Itulah alasan mengapa penyaluran bantuan selalu menyasar pada permukiman pinggiran kota dan kawasan kumuh.
Memang ada kendala penyelenggaraan aksi sosial itu. Banyak anggota komunitas yang harus menjalankan tugas atau malah terpapar Covid-19.
Fitriono bersyukur komunitasnya tidak berjalan sendiri. Banyak orang yang peduli dengan menyumbangkan bantuannya, baik materi maupun makanan secara langsung. Jumlah bantuan yang mereka terima semakin banyak. ”Bahkan, beberapa pengusaha meminta agar mereka dapat memberi makanan secara rutin setiap minggunya,” ucapnya.
Pakar mikrobiologi Universitas Sriwijaya, Palembang, Yuwono, mengatakan, selain memperkuat sarana kesehatan untuk mereka yang berada dalam kondisi sedang dan kritis, penanganan pandemi juga penting untuk mereka yang menjalani isoman dengan mengirim pasokan makanan yang cukup. ”Itu untuk memperbaiki gizi warga agar tidak mudah terpapar,” ucapnya.
Menurut Yuwono, kesembuhan pasien Covid-19 sangat bergantung pada kondisi tubuh masing-masing. Karena itu, sangat penting tetap menjaga kondisi tetap berpikir positif disertai pasokan gizi yang cukup. ”Keduanya dapat membuat imunitas tubuh tetap baik,” ujarnya.
Saat ini pandemi di Sumsel mengalami tren meningkat. Dalam empat hari terakhir, jumlah kasus positif Covid-19 tidak pernah kurang dari 1.000 kasus per hari.
Kasus tertinggi terjadi pada Kamis (29/7/2021) dengan kasus harian mencapai 1.278 kasus. Bahkan, saat ini jumlah kasus aktif di Sumsel mencapai 10.030 orang, di mana 8.768 orang menjalani isolasi mandiri.
Karena itu, menurut Yuwono, bantuan sosial berupa bahan makanan harus tetap mengalir, terutama bagi mereka yang terdampak.
Sebelumnya bantuan berupa bahan makanan sudah digelontorkan untuk membantu masyarakat yang terdampak, baik yang dikerluarkan oleh Pemerintah Provinsi Sumsel maupun dari pemerintah pusat.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru berkomitmen tetap memberikan bantuan berupa bahan pangan karena memang itu yang dibutuhkan masyarakat. Selain membantu warga yang terdampak pandemi, bantuan berupa bahan pangan, utamanya beras, juga bisa membantu para petani agar produksi beras mereka terserap.
”Untuk anggaran bantuan sosial, no limit (tidak terbatas),” ujar Herman.
Namun, Herman berharap agar semua pihak seperti komunitas, organisasi masyarakat, dan pemerintah kabupaten/kota melakukan hal serupa agar beban warga terdampak bisa lebih ringan. ”Ini bukan urusan politik, tetapi tentang kemanusiaan,” ucap Herman.
Pengamat sosial dari Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, Abdullah Idi, mengatakan, dalam kondisi saat ini inisiatif masyarakat yang berkemampuan sangat diperlukan. Saat ini waktu yang tepat untuk bergotong royong. ”Orang berkemampuan mestinya bekerja sama untuk membantu mereka yang papa,” ucapnya.