Puluhan Pasien di Papua Meninggal karena Oksigen Terbatas
Pasokan oksigen yang terbatas menjadi salah satu kendala penanganan Covid-19 di Kota Jayapura, Papua. Sudah puluhan pasien Covid-19 yang meninggal karena gejala berat dan minimnya pasokan oksigen.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Lebih dari 20 pasien Covid-19 dengan gejala berat di Kota Jayapura, Papua, meninggal di rumah sakit karena pasokan oksigen yang terbatas selama bulan Juli. Pemerintah Kota Jayapura akan meminta bantuan oksigen ke pusat untuk mengatasi masalah tersebut.
Hal ini disampaikan Wakil Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jayapura Rustam Saru saat ditemui di Jayapura, Jumat (30/7/2021). Wakil Wali Kota Jayapura ini mengatakan, pasien yang meninggal tidak hanya karena pasokan oksigen terbatas. Mereka juga mengalami gejala berat, seperti sesak napas dengan saturasi oksigen di bawah 95 persen.
Dalam empat pekan terakhir, sebanyak 1.961 orang terpapar Covid-19 di Kota Jayapura. Sementara kapasitas tempat perawatan khusus pasien Covid-19 di 8 rumah sakit hanya 329 tempat tidur dan 200 kamar di tempat karantina terpusat.
Adapun kebutuhan oksigen di 8 rumah sakit tersebut sebanyak 426 tabung per hari. Sementara produksi oksigen maksimal hanya mencapai 300 tabung per hari. ”Sebanyak 20 pasien tersebut tiba di rumah sakit dalam kondisi gejala berat. Sementara pasokan oksigen di Kota Jayapura saat ini juga terbatas,” kata Rustam.
Ia mengatakan, Pemkot Jayapura telah membentuk Satgas Penanganan Isolasi Mandiri (Isoman). Satgas ini bertugas memberikan bantuan kepada warga yang menjalani isolasi mandiri di rumah. Hal ini juga untuk menekan risiko keparahan bagi warga yang isolasi mandiri sekaligus bertindak cepat untuk membawa mereka ke rumah sakit jika kondisi memburuk.
”Satgas akan memberikan bantuan obat dan vitamin bagi pasien isoman dengan gejala ringan. Satgas juga dapat memberikan surat rujukan untuk pasien isoman dengan gejala berat agar segera dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Kota Jayapura termasuk 14 daerah di Provinsi Papua yang masuk zona merah Covid-19. Kota Jayapura menempati peringkat pertama jumlah kasus tertinggi di Papua, yakni 11.500 orang hingga Kamis (29/7). Angka kematian di ibu kota provinsi ini pun tertinggi, yakni 227 orang.
Kasus aktif Covid-19 di Kota Jayapura saat ini 1.767 orang. Namun, tidak semua dari jumlah itu dirawat di rumah sakit karena minimnya tempat tidur. Sebanyak 1.356 warga yang positif Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah.
Rustam menambahkan, Pemkot Jayapura akan meminta bantuan kepada pemerintah pusat untuk mengatasi persoalan pasokan oksigen ini. ”Kami telah berupaya meminta bantuan anggaran ke Pemprov Papua untuk penanganan Covid-19. Namun, permintaan kami belum direspons hingga kini," ucapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura Ni Nyoman Sri Antari mengatakan, terdapat tambahan satu warga Kota Jayapura yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Hal ini disebabkan warga tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit walaupun kondisinya bergejala berat.
Total sebanyak 11 warga Kota Jayapura yang meninggal saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Warga yang meninggal karena mengalami gejala berat, seperti sesak nafas disertai deman tinggi. ”Kami mengimbau warga yang menjalani isolasi mandiri segera mendatangi rumah sakit jika gejala yang dirasakan semakin berat agar mendapatkan perawatan secara lebih dini,” kata Sri.
Ketua Harian Satgas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua Welliam Manderi mengatakan, pemerintah pusat akan mengirimkan bantuan 50 alat konsentrator oksigen ke Papua. Alat itu akan didistribusikan ke rumah sakit dengan pasokan oksigen sangat terbatas.
”Pemprov Papua juga telah menyediakan anggaran sebesar Rp 150 miliar untuk penanganan Covid-19. Anggaran ini untuk penyediaan alat kesehatan di rumah sakit, anggaran operasional karantina terpusat, dan bantuan bagi warga yang kondisi ekonominya terdampak,” kata Welliam.