Pelaku Wisata di Sekitar Borobudur Bertahan dengan Mencoba Usaha Lain
Para pelaku wisata di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, bertahan pada masa pandemi dengan berbagai cara, termasuk mencoba usaha lain. Namun, mereka tetap optimistis minat wisatawan berkunjung masih tetap tinggi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Para pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, tetap optimistis bertahan dengan berbagai cara, termasuk mencoba usaha lain di tengah kondisi sulit dampak pandemi. Namun, mereka meyakini pariwisata akan cepat pulih karena hingga kini pun masih menerima permintaan kunjungan dari banyak agen wisata.
Sekretaris Koperasi Desa Wisata Candirejo Ahmad Mudhofar Ersyidik mengatakan, sejak awal pandemi tahun lalu, jumlah kunjungan wisatawan di Desa Wisata Candirejo mulai merosot. Ditambah lagi kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, Desa Wisata Candirejo yang di kondisi normal ramai dikunjungi puluhan hingga ratusan tamu tiap minggu, selama Juli ini benar-benar nihil kunjungan.
Oleh karena tak ada aktivitas wisata, Koperasi Desa Wisata Candirejo kini menjalankan dua fungsinya yang lain, yaitu sebagai koperasi simpan pinjam dan melayani pembayaran listrik. Koperasi kini juga mengembangkan sektor usaha dagang.
”Saat ini kami berencana menambah pemasukan dengan menjalankan usaha dagang, pengadaan bahan pokok, bahan pangan untuk dijual ke warga sekitar,” ujar Ersyidik, Jumat (30/7/2021).
Ersyidik mengatakan, barang-barang yang akan dijual, antara lain, adalah beras produksi petani dari sejumlah daerah di Kabupaten Magelang, serta produk-produk UMKM dari Desa Candirejo.
Sebelumnya, bidang usaha baru tersebut sama sekali tidak dipikirkan karena usaha yang dijalankan di sektor wisata sudah mendatangkan pendapatan cukup besar berkisar Rp 800 juta hingga Rp 1 miliar per tahun. Dari pendapatan tersebut, sekitar 12 persen pemasukan disetor ke pemerintah desa sebagai pendapatan asli desa (PAD), sekitar 15 persen untuk operasional koperasi dan gaji pegawai, dan 70 persen lebih sisanya dibayarkan kepada semua warga desa yang terlibat dalam kegiatan wisata dari delapan paket wisata yang ditawarkan.
Supoyo, Ketua Kelompok Perajin Gerabah Bina Karya di Dusun Klipoh, Desa Karanganyar, Kecamatan Borobudur, mengatakan, pada kondisi normal, dia biasa menerima kunjungan dari wisatawan yang mengikuti paket wisata membuat gerabah sebanyak 200-300 orang per hari. Namun, dalam situasi pandemi, jumlah kunjungan merosot lebih dari 50 persen dan bahkan nihil selama pelaksanaan PPKM darurat.
Menyikapi kondisi tersebut, dia pun saat ini berencana melakukan inovasi baru. ”Karena pengunjung tidak bisa berwisata dan membuat gerabah di sini, saya berencana nantinya akan menjual paket tanah liat kepada pelanggan. Dengan menyertakan petunjuk membuat gerabah, wisatawan yang membeli paket tersebut bisa tetap mewujudkan keinginan mereka membuat gerabah di rumah masing-masing,” ujarnya.
Paket semacam ini bisa ditawarkan untuk membuat gerabah dalam ukuran kecil yang tidak memerlukan alat, seperti bentuk-bentuk bunga dan binatang.
Saat ini, di tengah sepinya kunjungan, Supoyo dan para perajin gerabah benar-benar memfokuskan pada usaha kerajinan dan memenuhi pesanan pelanggan. Namun, aktivitas produksi tersebut tidak bisa sepenuhnya diandalkan karena permintaan turun 50 persen dari biasanya.
Meski mulai mencoba usaha lain, pelaku wisata di sekitar Candi Borobudur tetap optimistis situasi akan segera pulih. Ersyidik, misalnya, mengaku tetap optimistis karena sejauh ini sejumlah biro travel yang menjadi rekanan mulai memberi tahu tentang rencana kunjungan wisatawan luar negeri.
”Sejumlah biro travel saat ini sudah mengagendakan rencana kunjungan tamu-tamu asing di tahun 2022 dan 2023,” ujarnya. Pada 2022, misalnya, salah satu biro travel sudah mengagendakan kunjungan 10 rombongan dari beberapa negara di Eropa.
Situasi tahun 2021 memang belum dapat dipastikan. Situasi pandemi memang membuat sektor wisata juga disadarinya menjadi sektor yang paling terpuruk. Namun, melihat respons pasar yang sudah tidak sabar untuk berwisata, Ersyidik optimistis wisata akan bangkit dengan cepat saat pandemi berakhir.
Hal serupa disampaikan Supoyo. Terbukti, saat PPKM darurat yang awalnya dijadwalkan berakhir pada 20 Juli sudah ada tiga sekolah menyampaikan rencana kunjungan wisata pembuatan gerabah di tempat Supoyo. ”Saya yakin kunjungan wisatawan akan segera mengalir saat kebijakan PPKM berakhir,” ujarnya.
Ketua Forum Daya Tarik Wisata Kabupaten Magelang Edwar Alfian mengungkapkan, tingginya minat masyarakat untuk berwisata terlihat dari respons masyarakat yang langsung ramai bertanya tentang pembukaan destinasi wisata saat PPKM darurat diagendakan berakhir. Karena akhirnya diperpanjang, sebagian pengunjung yang langsung datang ke destinasi wisata terpaksa pulang dengan kecewa.
Menyikapi kondisi tersebut, Edwar mengatakan, pemerintah diharapkan benar-benar menaruh perhatian serius pada sektor wisata dan tidak mengeluarkan kebijakan secara mendadak. Keberadaan kawasan Borobudur sebagai destinasi superprioritas mesti mendorong pemerintah memberikan perlakuan khusus pada pelaku wisata di Kabupaten Magelang. Terlebih, banyak pengelola destinasi di Kabupaten Magelang sudah siap membuka pintu kunjungan dengan protokol kesehatan ketat.
Kepala Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga Kabupaten Magelang Slamet Achmad Husein mengatakan, nasib pariwisata saat ini masih bergantung pada tren perkembangan kasus Covid-19 di Kabupaten Magelang. Dengan angka kesembuhan yang terus meningkat, dia berharap hal itu bisa membuat Kabupaten Magelang dinilai aman untuk dikunjungi.
Sembari menunggu keputusan pamerintah saat PPKM darurat dijadwalkan berakhir 2 Agustus mendatang, Slamet terus mengingatkan para pelaku wisata terus menjaga kebersihan lokasi dan merancang mekanisme penerapan protokol kesehatan di lokasi wisata masing-masing.