Pengelolaan Minim, Limbah Pasien Isoman Jadi Celah Penyebaran Covid-19
Warga yang menjalani isolasi mandiri masih cenderung minim protokol kesehatan. Belum ada juga pengawasan dan pengelolaan limbah warga yang isoman bisa jadi celah penyebaran Covid-19.
Oleh
IRMA TAMBUNAN
·2 menit baca
JAMBI, KOMPAS — Masih minimnya pengelolaan limbah dan pengawasan pasien Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri menjadi celah penyebaran virus korona baru. Pemerintah daerah diminta mengelolanya secara memadai.
Pakar Epidemiologi Universitas Jambi, Ummi Kalsum, mengatakan, jumlah warga terkonfirmasi positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri terus bertambah seiring makin terbatasnya daya tampung rumah sakit. ”Sekarang ini keterisian tempat tidur Covid-19 sudah di atas 80 persen pada sebagian besar rumah sakit di Jambi,” katanya dalam webinar jurnalis yang diselenggarakan Jambi Ekspres Organizer dan Yamaha Academy Jambi.
Tingkat kerentanan penyebaran Covid-19 di Jambi pun naik signifikan. Apalagi, sejak dua pekan terakhir, persentase kenaikan angka kasus aktif lebih tinggi dari nasional, sementara angka kesembuhan cenderung menurun. Angka kefatalan pun semakin tinggi.
Dua pekan terakhir, Jambi mengalami puncak baru kasus Covid-19. Kenaikan kasus mencapai 2.227 selama sepekan dan menjadi puncak tertingggi selama pandemi melanda Jambi. Begitu pula pasien meninggal mencapai 44 orang sepekan, menciptakan puncak baru angka kematian.
Keterbatasan di rumah sakit menyebabkan banyak warga yang terkonfirmasi positif Covid-19 terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah. Yang menjadi masalah, pengawasan isoman belum dikelola dengan memadai.
Mulai dari sekarang perlu hilangkan stigma, diganti dengan memberikan dukungan.
Pada sejumlah kasus, ditemukan warga yang menjalani isolasi mandiri tanpa protokol kesehatan yang ketat. Yang juga mengkhawatirkan, belum ada pengawasan dan pengelolaan terhadap limbah warga yang isoman.
”Semisal limbah maskernya dan pakaian kotornya, selama ini pengelolaannya bagaimana? Bisa jadi pakaian kotornya dikirim ke tempat jasa laundry, pasti limbahnya turut mengontaminasi. Ini menjadi celah pemicu penyebaran Covid-19,” katanya.
Psikolog Klinik Dewasa dan Keluarga, Dian Syafitrah, menambahkan, perlunya dukungan pemerintah daerah dan masyarakat sekitar bagi pasien yang terpaksa menjalani isolasi mandiri. Jangan sampai malah terjadi stigma terhadap penderita Covid, keluarganya, penyintas, ataupun warga yang rentan terpapar. ”Mulai dari sekarang perlu hilangkan stigma, diganti dengan memberikan dukungan,” katanya.
Gubernur Jambi Al Haris khawatir akan kondisi kenaikan angka Covid-19 di Jambi. ”Kalau melihat dari rasio angka, kami khawatir jika sehari terpapar 100, itu bisa meledak jumlah pasien Covid-19. Untuk itu, kami minta rumah sakit untuk menambah ruangan. Jangan sampai pasien tidak mendapatkan pelayanan,” ujarnya.
Menanggapi itu, Direktur Rumah Sakit Theresia, dr Irwan Adjie, berupaya mengatasi lonjakan kasus di Provinsi Jambi, berupaya menambah ruangan menjadi 20 kamar yang sebelumnya hanya 16 kamar untuk perawatan pasien Covid-19. Mengenai ketersediaan oksigen, disiapkan 60 tabung pemakaian per hari.