Di Tengah Krisis, DPR Diminta Sensitif soal Fasilitas Isoman di Hotel
Sejumlah anggota DPR menyatakan tidak akan menggunakan fasilitas isolasi mandiri atau isoman di hotel yang disediakan Sekretariat Jenderal DPR. Mereka lebih memilih isoman di rumah jika memang terpapar Covid-19.
Oleh
RINI KUSTIASIH
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dewan Perwakilan Rakyat diharapkan dapat lebih sensitif dalam membuat kebijakan di tengah krisis akibat pandemi Covid-19. Fasilitas anggota DPR untuk isolasi mandiri di hotel dipandang sebagai suatu kebijakan yang tidak perlu karena sebagian besar anggota DPR telah mendapatkan fasilitas rumah dinas yang layak. Anggaran yang akan digunakan untuk memfasilitasi anggota DPR itu sebaiknya dialokasikan untuk keperluan lain yang lebih mendesak dalam penanganan pandemi.
Direktur Indonesia Parliamentary Center (IPC) Ahmad Hanafi mengatakan, di tengah situasi krisis yang membutuhkan penghematan anggaran, seharusnya anggota DPR lebih memprioritaskan untuk isolasi mandiri (isoman) di rumah. Jika memang diperlukan bantuan berupa makanan dan obat-obatan, institusi DPR dapat mendukung anggotanya dengan bantuan Satgas Covid-19 yang dibentuk oleh Kesekretariatan Jenderal DPR.
”Sebaiknya isoman saja di rumah, dan tidak perlu fasilitasi isoman di hotel. Kalau memang diperlukan obat-obatan dan makanan, bisa saja mereka meminta respons cepat dari Satgas Covid-19 yang dibentuk oleh Kesekjenan DPR sehingga obat-obatan bisa diantarkan. Anggaran untuk hotel itu pun bisa dihemat,” ucapnya pada Rabu (28/7/2021) di Jakarta.
Sebelumnya, beredar pemberitahuan mengenai pemberian fasilitas isoman di hotel bagi anggota DPR yang terpapar Covid-19 dalam surat dari Sekretariat Jenderal DPR Indra Iskandar tertanggal 26 Juli 2021. Surat itu memberitahukan kepada seluruh anggota DPR bahwa Kesekjenan DPR bekerja sama dengan sejumlah hotel menyediakan fasilitas isoman bagi anggota DPR yang terpapar Covid-19, baik yang tidak mengalami gejala maupun yang bergejala ringan.
Ada dua hotel yang bekerja sama dengan DPR, yakni Hotel Ibis di Grogol dan Hotel Oasis di Atrium Senen. Dalam paket fasilitas isoman itu, anggota DPR akan mendapatkan layanan pemeriksaan atau visitasi dokter, vitamin tiga kali sehari, dan makan tiga kali sehari, layanan tes usap PCR, dan tes antigen.
Rata-rata, menurut Indra, tarif kedua hotel itu sekitar 600.000 per hari. Tarif itu dinilainya tidak terlalu mahal untuk kelas Jakarta karena tergolong harga hotel bintang tiga. Segala fasilitas yang diterima dalam isoman di hotel itu akan ditanggung oleh negara (Kompas, 28/7/2021).
Hanafi mengatakan, dalam kondisi krisis dibutuhkan kebijakan yang lebih sensitif dengan situasi masyarakat secara umum. Jika DPR lebih memilih isoman di hotel, peluang penularan penyakit justru lebih besar karena di hotel mereka akan cenderung dapat berinteraksi dengan orang lain. Beda halnya jika mereka berdiam diri di rumah atau rumah dinas, interaksi mereka lebih dapat dikontrol karena hanya berhubungan dengan anggota keluarga yang terbatas.
”Setiap anggota DPR diberi rumah dinas, dan rumah itu memiliki kamar dan kamar mandi yang jumlahnya cukup. Oleh karenanya, mereka dapat berbagi kamar di rumah itu, yakni satu kamar khusus untuk isolasi mandiri dan kamar lainnya untuk anggota keluarga. Tinggal di hotel sepertinya tidak diperlukan,” ucapnya.
Indra Iskandar mengatakan, penyediaan fasilitas itu hanya untuk jaga-jaga karena setelah mempelajari Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan, ada fasilitas untuk pejabat kementerian dan lembaga untuk fasilitas isoman di hotel.
”Ini hanya untuk jaga-jaga saja. Kalau ada yang memerlukan, mereka dapat menggunakannya. Jika ternyata tidak ada yang memerlukannya, tidak akan dipakai fasilitas itu. Anggaran juga tidak dikeluarkan karena kami tidak melakukan booking kamar. Pembayaran hanya dilakukan jika ada kamar yang dipakai,” ungkapnya.
Tak akan digunakan
Dihubungi terpisah, anggota Komisi IX DPR dari Fraksi PDI-P, M Nabil Haroen, mengatakan, dirinya telah mengetahui pemberitahuan Sekretarian Jenderal DPR tersebut. Namun, secara pribadi ia tidak akan memakai fasilitas isoman di hotel itu. Menurut dia, isoman sebaiknya dilakukan di rumah. Saat ini, ia pun lebih fokus dalam melakukan percepatan program vaksinasi di daerah dalam rangka reses.
”Saya pribadi tidak akan menggunakan fasilitas itu seandainya saya memerlukan isoman. Saat ini, saya juga melihat teman-teman di DPR juga sudah banyak turun ke daerah untuk membantu vaksinasi, dan memberikan bantuan kepada warga yang terdampak pandemi. Justru saya ini yang mau belajar dari mereka,” katanya.
Nabil mengatakan, setiap anggota DPR pun telah dijamin dengan asuransi yang baik sehingga setiap keluhan terkait kesehatannya dijamin negara. Fasilitasi kesehatan itu dipandang sudah sangat memadai bagi anggota DPR.
Wakil Ketua Komisi II DPR dari Fraksi Partai Nasdem Saan Mustopa mengatakan, dirinya baru saja pulih dari Covid-19. Selama ini, ia pun melakukan isoman di rumah dan tidak menemukan persoalan dengan isoman di rumah.
”Isoman bagi anggota DPR tidak harus di hotel. Banyak juga anggota DPR yang saya tahu isoman di rumah, dan tidak ada persoalan dengan itu. Saya rasa anggota DPR juga sudah bisa mempertimbangkan masing-masing perlu tidaknya isoman di hotel itu,” katanya.
Menurut Saan, kebijakan isoman di hotel itu mungkin sekadar untuk berjaga-jaga dalam kondisi tertentu jika ada anggota DPR yang memerlukannya.
Namun, ia meyakini fasilitas itu tidak akan banyak digunakan oleh anggota DPR. Pasalnya, isoman di hotel lebih menyulitkan bagi anggota DPR karena mereka akan merasa terisolasi dari keluarga.
”Saya lebih memilih isoman di rumah karena saya bisa mendengar suara anak atau istri saya setidaknya. Saya juga bisa berjemur. Kalau isoman di hotel rasanya seperti terpenjara karena sehari-hari hanya ada di kamar. Mungkin juga akan lebih stres kalau isoman di hotel. Saya pikir mungkin tidak ada anggota DPR yang menggunakan fasilitas itu. Kalaupun ada, pasti sedikit sekali,” kata Saan.